tag:blogger.com,1999:blog-41011461368867372912024-02-20T02:47:44.659-08:00Kontemplasi LiarNikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.comBlogger34125tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-55344482945298288332018-08-13T18:27:00.001-07:002018-08-13T18:27:37.729-07:00Mensyukuri Hubungan Tujuh Tahun yang Kandas<div style="text-align: justify;">
Beberapa hari yang lalu saya dihubungi seseorang yang membuat saya kembali mengingat lembaran masa lalu saya, ketika saya masih bersama mantan kekasih dan sebab musabab putusnya hubungan kami yang sudah terjalin lebih dari tujuh tahun. Hal ini kemudian mendorong saya untuk menulis tulisan berbau curhat dalam judul yang saya harapkan cukup menarik perhatian ini : Mensyukuri Hubungan Tujuh Tahun yang Kandas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya saya sudah cukup sering menulis curhatan saya soal ini di blog ini, hingga mungkin beberapa dari kalian yang pernah membaca tulisan saya sebelumnya akan merasa saya perempuan yang belum bisa move on - karena masih saja menulis topik yang sama berulang kali, bahkan tiga tahun setelah hubungannya kandas! Tapi anggap saja tulisan saya kali ini dalam blog setengah curhatan setengah kontemplasi ini adalah perjalanan retrospektif ala "Eternal Sunshine of the Spotless Mind" buat saya untuk menjalani kehidupan percintaan berikutnya dengan lebih baik. Amen!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin kamu cukup familiar dengan lawakan yang terangkum dalam meme seperti ini:<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwdNVO76JXjDYuQKaKJaB3K8NqFpMSN5uh7BpJEDq1nQnb-FB185iaPaoyh04c5wlqIQTtre_DsgB7Nbnaw6FDMt-sd0ghlGCANcS3KPFjrMpsIr9_1jTG2yVVhWRmR81OErvliF8-y4Ay/s1600/pacaran-lama-ga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwdNVO76JXjDYuQKaKJaB3K8NqFpMSN5uh7BpJEDq1nQnb-FB185iaPaoyh04c5wlqIQTtre_DsgB7Nbnaw6FDMt-sd0ghlGCANcS3KPFjrMpsIr9_1jTG2yVVhWRmR81OErvliF8-y4Ay/s320/pacaran-lama-ga.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Biasanya, hal ini diucapkan oleh seseorang untuk menyindir mereka yang menjalin hubungan pacaran terlalu lama, tapi enggak nikah-nikah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Serupa dengan itu, mungkin kita juga cukup sering mendengar kalimat netizen terlontar saat menanggapi berita selebriti yang pacaran tidak butuh waktu lama tapi langsung menikah (sebut saja: Putri Marino dan Chicco Jerikho, atau Raisa dan Hamish Daud - yang kabarnya cuma pacaran beberapa bulan sebelum menikah). </div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
"Wah, ini namanya jodoh ya. Ga butuh waktu lama!"</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQsDteIdEQrBTH4UR8gGmlrabBhJKCkTU6XRYpO77UFY-S6z-OcRsm3hnVXjM-VR8wyTrt7JC0FT25S1EUlj2mriQpIIFghFPPJdnrO9R4LdOyzKeSlNFSAK_fHKBNbxwVw4-WrbX-HvUn/s1600/w644.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="338" data-original-width="644" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQsDteIdEQrBTH4UR8gGmlrabBhJKCkTU6XRYpO77UFY-S6z-OcRsm3hnVXjM-VR8wyTrt7JC0FT25S1EUlj2mriQpIIFghFPPJdnrO9R4LdOyzKeSlNFSAK_fHKBNbxwVw4-WrbX-HvUn/s640/w644.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Komentar-komentar seperti ini biasanya membuat saya jadi memikirkan nasib kisah cinta saya sendiri. Bagaimana saya menjalin hubungan dengan sesemantan yang lama pacarannya menyentuh angka tujuh tahun, sebelum akhirnya putus dengan cara yang... <i>well,</i> sedikit brutal.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tidak akan bercerita panjang lebar soal hubungan kami terdahulu, tapi beginilah gambaran kasarnya: saya berpacaran dengan sesemantan dari usia 19 tahun dan berakhir pada usia 26 tahun. Tujuh tahun menjalin hubungan tentu bukan waktu yang sebentar, apalagi sesemantan pacar pertama. Dia memutuskan hubungan kami beberapa bulan sebelum acara lamaran formal dan dua hari setelah kami hunting cincin tunangan. Setelah putus sekitar tujuh bulan, sesemantan saya kemudian menikahi perempuan lain.<br />
<br />
Kisah cinta saya mungkin tidak sedramatis film-film drama di serial TV (tidak ada yang sekarat, tidak ada memergoki pacar selingkuh di atas tempat tidur dengan wanita lain, dan adegan-adegan plot twist dramatis lainnya), namun nasib kisah cinta saya ini sudah lumayan bisa dijadikan bahan lagu yang akan menyentuh pendengar mainstream. <i>Dear Taylor Swift, could you write song about me?</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmWkMG-CA-V04z-lDn4QW-c5xzM-mab36ifWPicPDAw29pGCpJKRvSAJme_OJbgFlSZrYIOcVYQDM2weR0QuiTqF8HuRGwdgXvDS7wgCamnwHaDtOBM8eW7lDXh7oU2X5nTm0kk7GSEtHH/s1600/scumbag-taylor-swift_o_795780.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="495" data-original-width="500" height="316" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmWkMG-CA-V04z-lDn4QW-c5xzM-mab36ifWPicPDAw29pGCpJKRvSAJme_OJbgFlSZrYIOcVYQDM2weR0QuiTqF8HuRGwdgXvDS7wgCamnwHaDtOBM8eW7lDXh7oU2X5nTm0kk7GSEtHH/s320/scumbag-taylor-swift_o_795780.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
...<br />
<br />
<b>Apakah saya sempat sedih akan hubungan lalu saya yang gagal?</b><br />
<br />
Oh, tentu. Saya sempat mengalami fase <i>mentally & emotionally breakdown</i> karena putus, apalagi putus (atau diputuskan) dengan cara yang tidak baik dan tidak gentle. Belum lagi ditinggal kawin tidak lama setelahnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL8Sxq_dYDaguRzfgBrp-aybGj8vCOCj9HvaU5tBUmjfziJW8wnBlRQMIvY7D7dkFn5puO_e5_MnOGnQk0wG81o7Z69FY40i9giFxKwAOllHbs8-t9BJCPKKpak1jdOWGDnUVf9lkg0kHy/s1600/562149-meme-pacaran-lama.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="375" data-original-width="500" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgL8Sxq_dYDaguRzfgBrp-aybGj8vCOCj9HvaU5tBUmjfziJW8wnBlRQMIvY7D7dkFn5puO_e5_MnOGnQk0wG81o7Z69FY40i9giFxKwAOllHbs8-t9BJCPKKpak1jdOWGDnUVf9lkg0kHy/s320/562149-meme-pacaran-lama.jpg" width="320" /></a></div>
<b><br /></b><b>Lalu, apakah saya menyesali hubungan saya yang dahulu?</b><br />
<br />
Untunglah, kini saya sudah berada di fase yang orang bilang: sudah <i>move-on. </i>Dan saya merasa diri saya cukup dewasa, bijaksana, <i>and totally move on, </i>ketika saya juga bisa menjawab: saya tidak menyesal.<br />
<br />
Saya sama sekali tidak menyesali pernah bertemu dan berkenalan dengan sesemantan, hingga menjalin hubungan dengan dirinya - dalam waktu yang relatif lama.<br />
<br />
Saya mensyukuri pernah menjalin hubungan dengan sesemantan, sebagaimana saya mensyukuri hubungan saya yang kandas, dan mensyukuri putusnya hubungan kami dengan cara yang tidak baik.<br />
<br />
Mari kita bahas orang-orang yang ngomentarin pasangan yang pacaran lama tapi tidak berujung ke pelaminan, sedangkan ada yang baru pacaran sebentar tapi langsung menikah. Komentar orang-orang biasanya seperti ini:<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>"Pacaran lama putus... Ternyata selama ini jagain jodoh orang,"</i></blockquote>
Ini satu hal yang perlu saya klarifikasi.<br />
<br />
Jodoh itu nggak cuma orang yang kamu nikahi. Jodoh itu bisa juga berupa orang yang cuma kamu pacari. Jodoh itu bahkan bisa berupa kamu lagi laper di rumah lalu ada abang tukang bakso atau bapak jualan tahu campur lewat - itu juga jodoh!<br />
<br />
Lagipula kenapa kamu menganggap kalau orang yang sudah menikah itu artinya sudah ketemu jodohnya? Ketika kamu menganggap pernikahan adalah garis finish dari perjalanan mencari jodoh, maka bisa dipastikan kamu adalah orang yang terlampau naif. Pacaran bisa putus, menikah ya bisa cerai. Jodoh bisa berakhir, apapun statusnya (pacaran, menikah, atau bahkan... kekasih gelap?).<br />
<br />
Lagipula, orang tuh ya, mau masih pacaran mau udah nikah, kalau selingkuh ya selingkuh aja. Jadi persetan dengan pria-pria yang saat masih pacaran suka nakal dengan alasan: "Puas-puasin dulu, kan masih pacaran. Nanti kalau sudah menikah baru tobat,". Oh, sekali kamu terbiasa mengkhianati komitmen monogami: selingkuh dan "<i>jajan" </i>saat pacaran, maka setelah menikah - yang tak lebih dari legalitas negara dan sakralitas agama - tidak akan mengubah tabiatmu yang doyan mencari selangkangan selain pasanganmu. Penyakit kelamin lebih akan membuat seseorang setia daripada pernikahan ~<br />
<br />
Karena itulah saya menganggap bahwa sesemantan pernah menjadi jodoh saya. Dahulu. Namun rupanya kami telah berhenti berjodoh.<br />
<br />
Saya mensyukuri pernah "berjodoh" dengan dirinya, biarpun harus kandas di tengah jalan. Mari saya jelaskan kenapa tidak menyesal.<br />
<br />
....<br />
<br />
<b>ALASAN 1 : PRACTICE MAKES PERFECT</b><br />
<br />
Jangan kira menjalin hubungan itu tidak butuh latihan. Jangan kira sekali dirimu cocok dengan seseorang, cinta kalian berdua yang begitu besar akan bisa mengalahkan segalanya. Jangan kira cinta membuat segalanya mudah. Fase jatuh cinta itu cuma bertahan rata-rata maksimal 3 tahun, setelah itu akan berupa attachment dan commitment. Godaan biasanya akan terasa lebih besar saat fase in love-mu ini sudah terlampaui.<br />
<br />
Saya menganggap masa pacaran saya dengan mantan adalah masa latihan. Iyes, latihan menjalin hubungan. Apakah itu artinya selesai latihan saya bisa lulus menjalani ujian akhir? Oh tidak, latihan ini terus menerus. Tidak ada yang namanya ujian akhir. Dengan kekasih saya yang sekarang, saya masih berlatih menjalin hubungan. Tapi setidaknya dengan kekasih saya saat ini, saya sudah punya bekal bagaimana cara menjalin hubungan dengan baik dari gagalnya hubungan sebelumnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuLDH9zyRJs0PUJVZH-KF-fVjTD4FKno0o_P7Z7_6JVV8S3BR6IjesVno0uDywjevcVNeM9Ip-WpAzHW00F98OsqCZ9KeFhqeaLpY32MZ1LT4I3uBo1g6rrMwJFSJ9W4Wy7DXNT3hbxkZT/s1600/download.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="311" data-original-width="450" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuLDH9zyRJs0PUJVZH-KF-fVjTD4FKno0o_P7Z7_6JVV8S3BR6IjesVno0uDywjevcVNeM9Ip-WpAzHW00F98OsqCZ9KeFhqeaLpY32MZ1LT4I3uBo1g6rrMwJFSJ9W4Wy7DXNT3hbxkZT/s320/download.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Salah satunya adalah perkara komunikasi. Saya tahu bagaimana saya bisa bersikap sangat sok tahu serta bersikap merendahkan kepada mantan saya yang dahulu. Kata pakar percintaan: cinta bisa pudar, namun bisa ditumbuhkan kembali. Namun ketika respek hilang, maka sulit untuk menumbuhkannya kembali. Sifat sok tahu dan meremehkan ini saya anggap menjadi salah satu andil kandasnya hubungan kami, karena itulah saya berusaha untuk meminimalisir itu saat menjalin hubungan dengan kekasih saya saat ini. Saya berusaha menjaga respek saya kepadanya sambil berusaha agar tidak membuat kekasih saya kehilangan respek dengan tingkah saya.<br />
<br />
Contoh lainnya adalah perkara ngambek-ngambekan. Mungkin problem utama setiap pria dalam hubungan adalah ketika perempuannya ngambek dan mereka tidak tahu harus berbuat apa. Wah, saya sering banget ngambek kayak begini. Kalau sudah ngambek, saya diam dalam waktu yang lama sambil berharap pasangan saya tahu apa yang saya pikirkan - lalu dengan ajaibnya melakukan apa yang saya ingin ia lakukan.<br />
<br />
Tapi kemudian saya belajar untuk menelanjangi ego saya dan menghilangkan sifat ngambek saya yang super ga penting ini. Kalau ada sesuatu yang mengganggu saya, alih-alih menyimpannya sendiri dan ngambek, saya mengutarakan dengan dewasa tentang hal yang mengganggu saya itu kepada pasangan. Hal ini memang seperti merendahkan harga diri saya sendiri, tapi dampak selanjutnya baik. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Pasangan saya bisa langsung tahu maksud saya apa, dan saya sendiri tidak capek menyimpan marah dalam bentuk ngambek berhari-hari. Win-win solution!<br />
<br />
Perkara seperti ini aja, ternyata, butuh waktu latihan yang lama lho. Rupanya saya butuh latihan untuk akhirnya tahu, sadar dan menerima, kalau our partner can't read our mind!<br />
<br />
Pacaran sebagai latihan menjalin hubungan adalah satu hal yang tampaknya luput dari perhatian penggiat anti pacaran dan nikah muda. Dikiranya saat pacaran cuma ada cium-cium dan esek-esek. Dikiranya taaruf sebentar, cocok, lalu menikah dengan niat baik akan menghasilkan hubungan yang baik-baik saja. Pacaran dianggap sebagai hal yang buruk, namun tidak mau bertanggung jawab ketika kedua orang langsung menikah tanpa waktu berkenalan yang cukup akhirnya menemukan ketidakcocokan yang tidak bisa ditoleransi.<br />
<br />
Tahu cerita drama yang melibatkan putri pengacara terkenal nan kontroversial - Salma, anak Sunan Kalijaga, dengan Taqy - seorang hafiz Quran? Keduanya taaruf, menikah, lalu hanya beberapa bulan kemudian sudah cerai. Ketika banyak orang menyalahkan si Salma yang dianggap childish dan punya masa lalu yang kurang baik, saya justru ingin menyoroti si Taqy.<br />
<br />
Taqy adalah pemuda yang terlihat sempurna, just because doi hafal Quran dan nampak sholeh dan relijius. Taqy, di usia 21 tahun saat pernikahan, kabarnya tidak pernah berpacaran sebelumnya. Buat saya "tidak pernah pacaran" ini yang turut andil menyebabkan hubungan rumah tangganya bermasalah. Taqy, tidak pernah pacaran, tidak tahu cara menjalin hubungan dan menghadapi perempuan, lalu sekalinya menikah dengan perempuan "bold" seperti Salma? <i>How can he handle her? By reciting quran verse and praying?</i><br />
<i><br /></i>
<i>Anyway, </i>dengan mengatakan bahwa practice makes perfect, saya ga mengatakan bahwa kamu harus banyak-banyak "latihan" (atau pacaran) sebelum menikah lho. Saya tahu proses orang menjalin hubungan dan mendapatkan jodoh berbeda-beda. Lagipula, ini bukan masalah kuantitas tapi kualitas! Percuma pacaran berulang kali, kalo kamu tidak pernah coba memperhatikan, menganalisa dan memahami hubungan yang kamu jalani. Belum pernah pacaran? Rajin-rajin dengar dan baca curhatan dan nasihat orang lain yang bisa kamu terapkan ke kisah cintamu sendiri.<br />
<br />
...<br />
<br />
<b>ALASAN 2 : KARENA BERAKHIR DENGAN TIDAK BAIK</b><br />
<br />
Saya mensyukuri karena sesemantan memilih untuk mengakhiri hubungan dengan tidak baik. Dia tampaknya menghindari aneka macam limpahan emosional - yang mungkin ia tidak sanggup <i>handle, </i>dengan memutuskan hubungan kami, <i>by phone</i>. Alasannya juga tampak mengada-ngada dan buruk (entahlah, mungkin saat ingin putus ia harusnya menyiapkan semacam pidato dulu alih-alih melakukannya secara spontan dan aneh). Percayalah, kamu harus bersyukur jika kamu diputuskan dengan cara yang tidak baik dan menyakitkan. Ini akan membuat semuanya lebih mudah ke depan.<br />
<br />
Saya selalu bilang untuk memulai hubungan baru, kamu harus punya <i>good closure</i> dengan hubungan yang terdahulu. Jangan sampai ada <i>unfinished business</i> dengan hubungan yang lalu, yang akan membuat <i>"unfinished business"</i>-mu ini menghantuimu sampai nanti. <i>Good closure </i>adalah ketika kamu pada akhirnya menyadari cintamu sudah mati dengan kekasihmu sebelumnya. Sedangkan <i>unfinished business</i> adalah ketika hubunganmu doank yang berakhir, tapi cintamu enggak.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhElM_L1arWsQJMx5m9AH5DA-x3qWTydcHeykave7bE7tGaOph4E0c_98hUsP7pNzXw_0HU60YD8_qSeSCadjJSTeHkrESW45p_0kNrX1-27FjMNWbSquI4CL74TBZf1QdkUDsDnbL715z3/s1600/oneday2-final.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="650" data-original-width="975" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhElM_L1arWsQJMx5m9AH5DA-x3qWTydcHeykave7bE7tGaOph4E0c_98hUsP7pNzXw_0HU60YD8_qSeSCadjJSTeHkrESW45p_0kNrX1-27FjMNWbSquI4CL74TBZf1QdkUDsDnbL715z3/s400/oneday2-final.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">One Day (2011), film sepasang teman yang punya "unfinished business" bertahun-tahun...</td></tr>
</tbody></table>
Jadi, lebih baik putus karena diselingkuhi daripada karena beda agama atau tidak direstui orang tua. Sering lihat video viral tentang kisah pilu seseorang yang datang ke pernikahan mantannya lalu membuat drama? Hampir selalu alasan kandasnya hubungan mereka adalah karena tidak direstui orang tua. Situasi seperti beda agama dan tidak direstui orang tua buat saya adalah <i>unfinished business</i>, sedangkan perselingkuhan adalah <i>good closure. </i><br />
<br />
Maka setelah putus dengan cara yang kurang baik, saya hanya menangisi kandasnya hubungan kami, tapi saya tidak pernah menangisi orangnya. Ini adalah dua hal yang berbeda lho. Menangisi orangnya artinya saya masih ingin balikan sama doi, tidak menangisi orangnya artinya saya bersyukur ga jadi sama doi.<br />
<br />
Kalaupun ada sampah emosional yang tertinggal, itu adalah pertanyaan kenapa sesemantan lebih memilih perempuan lain daripada saya untuk dijadikan pendamping hidupnya? Ini beban yang terbawa terus hingga lama (selain beban rasa marah). Ada perasaan<i> insecure</i> seperti: apakah saya kurang cantik, kurang seksi, kurang baik, kurang mandiri, dll?<br />
<br />
Untungnya saya justru menemukan jawabannya dari mulut kekasih hati saya saat ini. Secara bijaksana, kekasih saya ini - dulu masih pendekatan ya belum <i>in a relationship</i> - bilang bahwa bukan karena saya "kurang sesuatu", tapi mungkin karena sesemantan memang tidak cinta lagi dan memilih orang lain untuk jadi partner hidupnya. Hal ini membuat saya lebih mudah untuk "mengampuni" diri saya sendiri, dan juga dosa-dosa sesemantan.<br />
<br />
<i>Duh, gimana saya ga jatuh cinta sama kekasih saya sekarang?</i><br />
<div>
<br /></div>
...<br />
<br />
<b>ALASAN 3 : PUNYA BAHAN PEMBANDING</b><br />
<b><br /></b>
Saya tidak tahu apakah alasan ini adalah alasan yang akan disepakati oleh pakar percintaan bersertifikat. Membanding-bandingkan kekasih baru dengan mantan kekasih adalah hal yang buruk - karena setiap orang punya sifat yang berbeda, dan tidak ada orang yang suka dibanding-bandingkan. Saya juga bisa murka kalau kekasih saya membandingkan saya dengan mantan-mantan pacar atau gebetannya.<br />
<br />
Unless, mantan kekasihmu jauh lebih buruk daripada kekasihmu yang baru. In my case, ini yang terjadi. Alhamdulillah ya Allah ~<br />
<br />
Sebenarnya, biarpun akhir hubungan kami tidak baik, saya tidak akan mengatakan kalau sesemantan saya adalah orang yang buruk. Kalo doi jahat, saya ga mungkin bertahan sampai tujuh tahun. He is a good guy. Kekasih saya saat ini juga <i>good guy, but he is more than a good guy. </i>Setelah pernah menjalin hubungan dengan sesemantan, lalu menjalin hubungan dengan kekasih saya yang baru ini, saya menyadari bahwa kekasih saya ini lebih baik - atau setidaknya, ia lebih cocok dengan saya, dan punya sifat yang lebih saya butuh dan inginkan.<br />
<br />
Saya dan sesemantan punya banyak kesamaan, namun dengan kekasih saya saat ini punya lebih banyak kesamaan lagi. Lebih penting lagi: saya dan kekasih punya visi dan mimpi yang sama. Kami punya passion yang sama. Kami punya hobi yang sama. Kami punya selera humor aneh yang sama. At least, sampai saat ini. Doakan kami baik-baik saja, para pemirsa ~<br />
<br />
Karena itulah kini saya bisa mensyukuri bisa lepas dari sesemantan dan menemukan kekasih lain yang jauh lebih cocok dengan saya, dan punya kualitas-kualitas sifat yang lebih saya kagumi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6DB15Xf1EcpYDA0KhyphenhyphenpYMWrmkYg4gV2OLdUJqDMzZVgGxqbpXuK3anOBzUvVmrlqbXJlQ9Wb3TOiNrvE5TotpUhiHZsC7CNTM41YM6tIODI7z8QbNQB4n7xyHYQjDYRn_02xFp4ULL9GK/s1600/break-up-funny-meme.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="641" data-original-width="700" height="293" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6DB15Xf1EcpYDA0KhyphenhyphenpYMWrmkYg4gV2OLdUJqDMzZVgGxqbpXuK3anOBzUvVmrlqbXJlQ9Wb3TOiNrvE5TotpUhiHZsC7CNTM41YM6tIODI7z8QbNQB4n7xyHYQjDYRn_02xFp4ULL9GK/s320/break-up-funny-meme.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Dengan analisa yang sama, maka saya bisa memahami kenapa sebagian orang tidak bisa lepas dari <i>toxic relationship </i>- terutama jika kekasihnya adalah pacar serius pertama. Saya juga bisa memahami kenapa seorang anak dari keluarga broken home lebih sulit menjalin hubungan daripada mereka dari keluarga yang harmonis. Ketika kamu tidak punya bahan pembanding, maka sulit mengukur apakah hubunganmu adalah hubungan yang membuatmu (lebih) bahagia. Kadang orang merasa bisa menerima "keburukan" pasangan sebagai hal lumrah dalam sebuah hubungan, karena ia tidak punya pembanding hubungan lain yang bisa membuatnya bahagia itu seperti apa.<br />
<br />
Dengan analisa yang sama pula, ketika kamu punya mantan yang menurutmu lebih baik dari kekasihmu saat ini - siap-siap saja selalu terbayang masa lalu!<br />
<br />
...<br />
<br />
Maka kesimpulannya begini, mensyukuri hubungan yang kandas itu butuh proses waktu yang tidak sebentar. Jika kamu adalah orang yang masih belum sepenuhnya move on, take your time and enjoy the process. Sebagai orang yang melankolis yang gemar menganalisa, saya "menikmati" proses menyembuhkan luka saya dengan melakukan analisa-analisa seperti ini, menuliskannya ke blog, dan mencari tahu dengan lebih baik lagi apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup. Kalau kamu seniman, energi sakit hatimu bisa kamu tuangkan pada karya-karyamu. Menurut saya, sebuah karya yang hebat lahir dari penderitaan yang hebat. (Apakah saya lebay? Iya!!).<br />
<br />
Syukurlah saya kini berada di posisi yang lebih bahagia. Saya ga kebayang kalau saya beneran menikah dengan sesemantan - saya mungkin akan sangat tidak bahagia. Ketahuilah bahwa orang yang kamu nikahi menentukan kebahagiaanmu sepanjang hidup. Jadi jangan main-main kayak Nikita Mirzani.<br />
<i><br /></i>
<i>Cheers!</i></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-26040641255579619372017-10-14T18:43:00.002-07:002017-10-14T18:43:43.952-07:00Seks Dulu Baru Cinta<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiOrRBusugfKmo9IYfJIFHAKR_YFlkopz1mAr-WKWfZ0m5b-bkfPH7l8UhvfyxoqFsd22JOm4kPJUpQDRDX5Kc3s32luYDr3N3Qi7jHf-9jUIqi3trfKqu1eeGWNAAtvSnZPN6hi70cKaG/s1600/Feet_Bed.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1000" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiOrRBusugfKmo9IYfJIFHAKR_YFlkopz1mAr-WKWfZ0m5b-bkfPH7l8UhvfyxoqFsd22JOm4kPJUpQDRDX5Kc3s32luYDr3N3Qi7jHf-9jUIqi3trfKqu1eeGWNAAtvSnZPN6hi70cKaG/s640/Feet_Bed.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Mungkin, judul dalam tulisan ini terdengar sangat mengerikan (dan sedikit <i>clickbait</i>). Saya membayangkan sebagian orang yang membaca ini (apalagi mereka-mereka yang biasanya sealiran dengan psikolog Ellie Risman) akan berkata "Astaghfirulloh," sambil mengelus dada ketika membaca judul tulisan ini. Bisa jadi saya akan dituduh mengajarkan sesuatu yang tidak baik bagi anak muda, semacam ajakan untuk melakukan hubungan seks sebelum pernikahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hei, santai dulu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sama sekali tidak sedang membicarakan boleh atau tidaknya berhubungan seks dulu sebelum menikah. Bukan itu poin tulisan <i>random</i> ini. Akan tetapi, ada baiknya Anda yang membaca ini bisa membaca dengan mengesampingkan dulu perkara seks dalam kerangka berpikir agamais. <i>Deal? </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sini saya ingin menerangkan bahwa <b>dalam skala waktu evolusi manusia, (hubungan) seks hadir dulu baru kemudian ada cinta.</b> Melalui kesimpulan ini saya ingin mengatakan bahwa cinta adalah salah satu produk dari evolusi manusia. Cinta tidak diciptakan (atau tercipta) untuk membuat dunia ini indah, damai, dan semacamnya, namun cinta antara 2 manusia adalah sekedar hasil produk evolusi yang dianggap "menguntungkan" bagi kelangsungan hidup manusia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(Ngomong-ngomong, ini semua sekedar <i>uthak athik gathuk </i>tapi agak ilmiah ya. Tulisan saya di sini sebagian cuma sekedar hasil analisis saya. Saya hanya mengambil kesimpulan dari sedikit pengetahuan yang saya tahu, tentang evolusi, tentang seks, dan tentang cinta.... *uhuk-uhuk*... Dan saya kira, cukup banyak artikel ilmiah (terutama dari situs favorit saya <b><a href="http://psychologytoday.com/">psychologytoday.com</a>) </b>yang lebih mampu menawarkan sesuatu yang lebih komprehensif, lengkap, dan bisa dipertanggungjawabkan tentang ini. Tapi biarlah saya menulis dengan bahasa saya sendiri.....)<br />
<br />
....<br />
<br />
<b>SEKS DAN CINTA</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp7vIki-hO_8N0qhg6P8JGTveKpqrELMkCq8APAqMJ52nb1QjAbK5EVzcZebi7Vlp0joSVhYNwes7K_whJX6iO_9sa5Qymnx90p7NvLB0MKbP13UHikASJv_Ycsew_yqZZJfsSZE2rIrCq/s1600/17TRAINWRECK-facebookJumbo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="1000" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp7vIki-hO_8N0qhg6P8JGTveKpqrELMkCq8APAqMJ52nb1QjAbK5EVzcZebi7Vlp0joSVhYNwes7K_whJX6iO_9sa5Qymnx90p7NvLB0MKbP13UHikASJv_Ycsew_yqZZJfsSZE2rIrCq/s640/17TRAINWRECK-facebookJumbo.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<br />
Ngomongin evolusi dan seleksi alam, maka kita perlu mengetahui bahwa tujuan "hidup" makhluk hidup murni hanya untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Manusia, tentu saja berkembang biaknya dengan berhubungan seks (<i>coitus/intercourse/</i>persenggamaan).<br />
<br />
Apa itu cinta? Dalam pengertian biasa dan konteks hubungan antara 2 orang berpasangan, cinta diartikan sebagai ketertarikan antara dua orang manusia yang melibatkan emosi dan kasih sayang. Sedangkan secara saintifik, "pakar cinta" Helen Fisher mengatakan bahwa cinta berfungsi untuk melanjutkan keturunan dan menjaga manusia untuk tetap bersama. Secara biologis dan neurosaintifik, diketahui bahwa otak manusia yang jatuh cinta melibatkan senyawa kimia seperti dopamin, serotonin, hingga oksitosin. Konon katanya, efek jatuh cinta sama dahsyatnya dengan penggunaan kokain.<br />
<br />
Waktu ABG, saya merasa cinta adalah keinginan "berpacaran" dengan gebetan, mesra-mesraan dan romantis-romantisan. Saya tidak pernah merasa cinta sebagai sebuah keinginan seksual. Namun setelah dewasa, saya menyadari bahwa cinta antara dua orang manusia juga hampir selalu melibatkan keinginan seksual. Sesuatu yang terdengar naif, lugu, dan romantis rupanya juga melahirkan keinginan untuk bergumul di ranjang. Dulu (sampai sekarang juga sih), saya merasa cinta tingkatannya lebih tinggi daripada hasrat seks. Mungkin ini karena faktor dogma dalam otak saya yang memandang seks sebagai sesuatu yang kotor dan hina, sesuatu hewani dari sifat natural manusia. Namun dalam perspektif lain, hubungan seks juga biasa disebut bercinta<i> (making love)</i>, yang mengartikan bahwa berhubungan seks adalah suatu aktivitas yang indah dan romantis ketika dilakukan dua orang yang sedang jatuh cinta (atau dalam kerangka berpikir agamais: sudah berada dalam mahligai pernikahan).<br />
<br />
Intinya, cinta antara dua orang pada akhirnya hampir selalu melibatkan keinginan untuk berhubungan seks (kecuali Anda aseksual, tapi<i> tho</i> populasi manusia aseksual di dunia diperkirakan hanya sekitar 1-3%).<br />
<br />
Berhubung saya kurang kerjaan, saya suka membaca artikel-artikel psikologi yang berkaitan dengan cinta, pernikahan, dan seks (padahal nikah aja belum). Lalu saya mendapat kesimpulan bahwa salah satu pondasi pernikahan yang bahagia ga melulu ada pada hal-hal yang sifatnya emosional semacam kepercayaan, kasih sayang, keterbukaan, saling dukung mendukung, dll.... namun juga hubungan fisik yang harmonis di ranjang! Betapa kualitas hubungan harus dibangun dari 2 perkara: emosi dan fisik, lahir dan batin. Saya juga sering mendengar, bahwa 2 masalah terbesar penyebab perceraian pasangan adalah ekonomi dan sex.<br />
<br />
Setiap orang punya pandangan sendiri-sendiri soal seks, entah apakah Anda melihat hubungan seks sebagai aktivitas yang bersifat <i>pleasure</i>, atau sekedar kebutuhan untuk disalurkan, atau cuma aktivitas prokreasi (berkembang biak) yang harus dikontrol seekstrim mungkin, atau memandang seks sebagai sesuatu yang tabu dan tidak pantas dibicarakan bersama-sama dalam diskusi ilmiah sekalipun. Namun seks, - diakui atau tidak, suka atau tidak suka - merupakan salah satu hal penting dalam hubungan antara dua orang manusia.<br />
<br />
Lalu saya membayangkan, nenek-nenek moyang kita jaman dahulu - spesies-spesies pendahulu sebelum Homo Sapiens yang kapasitas otaknya masih kecil dengan kemampuan berpikir yang masih sangat sederhana, tentu melakukan persenggamaan hanya sekedar dorongan atau insting natural untuk berkembang biak, bukan "do it" untuk cinta atau bahkan <i>boro-boro</i> untuk ibadah. Cinta dalam pengertian modern tentu saat itu belum ada. Maka, bisa disimpulkan bahwa seks hadir lebih dahulu dari cinta, dan tentu saja jauh sebelum konsep monogami dan pernikahan. Dengan kata lain. cinta adalah kelanjutan dari insting berhubungan seks.<br />
<br />
Jika ditinjau dari kerangka berpikir biologi evolusioner, maka kita bisa melihat cinta sebagai produk evolusi yang fungsional. Lalu timbul pertanyaan, kenapa sih evolusi manusia menghasilkan "cinta" antara dua orang manusia? Kenapa dalam proses manusia bereproduksi memerlukan "cinta" dan "kasih sayang"? Kenapa ada pernikahan? Apakah manusia adalah makhluk yang fitrahnya monogami?<br />
<br />
...<br />
<b><br /></b>
<b>CINTA SEBAGAI PRODUK EVOLUSI YANG FUNGSIONAL</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVeqOsSQvNZYGdINRNtbS0h6XdC8fR4i8tssEIO_YmycCkaEfn2ANqJHd4iCqICxXCx2fiD1Vhqo3OHo1VPzy0x9ZPwRnuGzXGz_9khyphenhyphenk8obqzbGvHKQUNfMwUmRYaG0C-PdQCDZNZ8nMY/s1600/cat+and+mother.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="340" data-original-width="340" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVeqOsSQvNZYGdINRNtbS0h6XdC8fR4i8tssEIO_YmycCkaEfn2ANqJHd4iCqICxXCx2fiD1Vhqo3OHo1VPzy0x9ZPwRnuGzXGz_9khyphenhyphenk8obqzbGvHKQUNfMwUmRYaG0C-PdQCDZNZ8nMY/s640/cat+and+mother.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<br />
Apa fungsi cinta?<br />
<br />
Setiap makhluk hidup punya caranya sendiri dalam berkembang biak dan bertahan hidup, termasuk manusia. Kebetulan karena saya punya kucing di rumah dan suka memperhatikan kelakuan hewan ini, mari kita bandingkan cara hidup kucing dan manusia.<br />
<br />
Kucing betina yang sedang birahi akan dikejar-kejar oleh kucing pejantan, dan selama musim kawin ini kucing betina akan melakukan aktivitas seksual yang bikin ngelus dada jika dilakukan manusia. Si betina akan berhubungan seks dengan banyak kucing pejantan sekaligus. Kucing betina saya bisa diantriin hingga 3 cowok selama musim kawin ini (gang bang versi kucing) dan bisa melahirkan anak dengan bapak yang berbeda dalam satu kehamilan. Setelah hamil, kucing betina tidak akan birahi lagi, sampai ia kemudian melahirkan, hingga biasanya tiga bulan setelah melahirkan. Dalam proses kelahiran hingga merawat anak, kucing betina akan mengurus anaknya sendirian tanpa perlu bantuan si pejantan (dimana si pejantan udah cari cewek lagi). Tentu ini adalah proses berkembang biak yang sangat berbeda dengan manusia, dimana pada manusia, si Bapak biasanya ikut bertanggung jawab dalam merawat dan membesarkan anak.<br />
<br />
Tapi, kesamaan apa yang dimiliki kucing dan juga dimiliki manusia? Cinta antara ibu (induk) dan anak.<br />
<br />
Saat proses kehamilan, pada minggu-minggu akhir menjelang kelahiran diketahui bahwa hormon oksitosin ibu akan meningkat. Oksitosin juga akan dirilis pada saat proses kelahiran. Hormon ini diduga merupakan hormon yang berperan besar dalam menciptakan ikatan cinta dan kasih sayang antara ibu dan anaknya. So, "cinta antara ibu dan anak" - yang dihasilkan dari hormon oksitosin - menggerakkan sang ibu untuk menyayangi dan merawat anaknya. Dengan merawat anaknya, maka kelangsungan spesiesnya bisa terjamin. Dan tahukah kamu, oksitosin juga dirilis oleh manusia setelah berhubungan seks?<br />
<br />
Tapi, kenapa manusia tidak seperti kucing? Kenapa manusia butuh cinta antara lelaki dan perempuan?<br />
<br />
Manusia adalah salah satu makhluk hidup dengan keunikan tersendiri. Keunikan paling spesial adalah kemampuan berpikir kita yang menjadikan otak manusia sebagai salah satu organ paling penting. Dalam rentang waktu skala evolusi yang relatif singkat, diketahui kapasitas otak manusia berkembang lebih besar secara signifikan (yang berhubungan dengan kemampuan berpikir manusia), yang membuat ukuran kepala manusia juga lebih besar. Otomatis, ukuran kepala bayi manusia juga jadi lebih besar dibandingkan ukuran bayi nenek moyangnya. Namun, pembesaran ukuran otak dan lingkar kepala manusia ini tidak diimbangi dengan pembesaran organ reproduksi wanita. Akibatnya, bayi manusia harus sudah dilahirkan saat ukuran kepalanya cukup untuk melewati vagina induknya, dengan konsekuensi bayi yang dilahirkan tersebut dalam kondisi yang belum cukup kuat atau mandiri. Bayi manusia sangat lemah jika dibandingkan bayi hewan lainnya. Bandingkan dengan kucing, dimana kucing dalam usia 6 bulan sudah bisa mandiri dan terlepas dari induknya, atau bahkan bayi gajah yang langsung bisa berdiri 30 menit sejak dilahirkan. Sementara bayi dan balita manusia cenderung mengalami pertumbuhan yang sangat lamban dan butuh waktu bertahun-tahun dalam asuhan ibunya. <b>(1)</b><br />
<br />
Maka, manusia "mengembangkan" mekanisme-nya sendiri dalam pola pengasuhan anak yang ideal. Mekanisme yang dalam konteks seleksi alam terbukti paling baik dalam proses kelangsungan hidup spesies kita ini. Apakah itu? Cinta!<br />
<br />
Pada spesies manusia, pola pengasuhan anak yang paling ideal adalah saat Bapak turut serta dalam merawat dan membesarkan anak. Enggak seperti kucing pejantan yang cuma mau enaknya aja terus kabur. Maka terciptalah pembagian tugas: sang ibu hamil, melahirkan dan membesarkan anak, sedangkan Bapak akan pergi berburu mencari makanan (nafkah) dan memberi perlindungan untuk sang ibu dan anaknya. Selanjutnya adalah hipotesis berikut: agar sang Bapak dan sang Ibu bisa tahan untuk <i>stick with each other for so long</i>.... evolusi kemudian menciptakan produk hormon cinta agar keduanya bisa langgeng bersama. Cinta menghasilkan dopamin dan serotonin yang disebut dengan hormon kebahagiaan, namun dalam jangka panjang juga ada hormon oksitosin (suka disebut dengan <i>"cuddling hormone")</i> yang lebih berkontribusi sebagai<i> "attachment"</i>. Hormon yang diketahui juga dikeluarkan saat kita orgasme kala berhubungan seks.<br />
<br />
Baru-baru ini saya juga membaca sebuah penelitian tentang hubungan antara testosteron dan pengaruhnya terhadap <i>long-term relationship.</i> Hormon testosteron erat kaitannya dengan sifat kompetitif dan <i>sex-drive </i>manusia. Pada lelaki hormon ini dihasilkan oleh testis, sedangkan pada perempuan oleh ovari. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa lelaki yang telah berada dalam hubungan jangka panjang memiliki kadar testosteron yang lebih rendah dibandingkan lelaki yang <i>single</i> maupun yang baru berpacaran. Hal ini rupanya berkaitan dengan fokus yang berubah, dari <i>"mating"</i> ke <i>"parenting".</i> Penelitian lain menunjukkan bahwa hormon testosteron yang lebih rendah pada lelaki dalam <i>long-term relationship</i> berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan, mengurangi kecenderungan untuk selingkuh, dan mengurangi probabilitas untuk bercerai dibandingkan mereka dengan hormon testosteron yang lebih tinggi. <b>(2) (3).</b><br />
<br />
Namun yang perlu dipertanyakan adalah: bagaimana 2 hal ini berkaitan dalam sebab-akibat? Apakah kita <i>"happy marriage"</i> dulu baru punya level testosteron yang rendah, ataukah level testosteron yang rendah dulu baru kita punya <i>"happy marriage"?</i> Entah apapun jawabannya, yang jelas ini merupakan salah satu penelitian lagi yang mendukung bahwa "takdir" manusia tidak terlepas dari kinerja senyawa materialis dalam tubuh. Sebagaimana halnya cinta yang merupakan perwujudan kinerja hormon-hormon dalam tubuh.<br />
<br />
Mungkin rasanya perkara cinta ini terlalu disederhanakan jika kita hanya meninjau secara materialis, namun ya begitulah... cinta adalah aktivitas kimiawi di otak yang membuat kita menyayangi manusia lainnya. <i>Somehow,</i> tubuh kita bekerja dengan sendirinya untuk menghasilkan dan mengembangkan "hormon cinta" demi kelangsungan hidup spesies kita sendiri.<br />
<br />
...<br />
<br />
<b>MONOGAMI ITU TIDAK SEROMANTIS ITU...</b><br />
<b><br /></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD54ZxDnXIeaRBqA5k_l-DMeF7qcxbOWZ5NzvPAx0-kmwhAb0pUzo4DeWg43KbAHVAYUKeE5RhteDzR6gDNTM65BU4GW_hEumGhwLM8ct5WFUpZfoIrnHHgVHTq2o1ebBC-PeDKNkwSY3b/s1600/Monogamous-Birds-Brian-Stevens.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="416" data-original-width="628" height="422" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD54ZxDnXIeaRBqA5k_l-DMeF7qcxbOWZ5NzvPAx0-kmwhAb0pUzo4DeWg43KbAHVAYUKeE5RhteDzR6gDNTM65BU4GW_hEumGhwLM8ct5WFUpZfoIrnHHgVHTq2o1ebBC-PeDKNkwSY3b/s640/Monogamous-Birds-Brian-Stevens.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<b><br /></b>
Tidak ada yang lebih romantis dari sepasang manusia yang jatuh cinta, berjanji untuk saling setia, lalu tetap mampu saling mencintai hingga maut memisahkan. Perhatikan, saya menyebut kata "sepasang", itu artinya saya sedang membicarakan monogami. Saya nggak pernah mendengar cerita tentang kisah poligami yang romantis, bahkan saya kesulitan memahami ada orang yang menganut konsep<i> open relationship</i> atau <i>polyamori</i>, karena buat saya seharusnya cinta itu tidak bisa dibagi-bagi. Hampir selalu yang romantis-romantis itu bersifat monogami.<br />
<br />
Namun menurut kacamata biologi evolusioner, konsep monogami tidak seromantis itu. Konsep monogami adalah konsep egois dari pejantan dan betina untuk mendapatkan keuntungan maksimal masing-masing bagi dirinya.<br />
<br />
Monogami, termasuk di dalamnya pernikahan, adalah suatu strategi efektif yang memaksa lelaki dan perempuan untuk saling setia satu sama lain. Cinta dalam konsep monogami adalah cinta yang egois, dipenuhi rasa cemburu dan juga posesif. Ketika kamu mencintai pasangan, maka kamu berharap pasanganmu juga balik mencintai dan setia kepadamu. Konsep setia juga bisa diartikan dengan tidak berhubungan seks selain dengan pasangan.<br />
<br />
Seperti yang sudah jelaskan sebelumnya, pola pengasuhan ideal bagi spesies manusia adalah dimana Bapak berperan serta dalam merawat dan membesarkan anak. Sang ibu, tidak hanya kesusahan karena harus merawat sang bayi yang masih belum mandiri, namun juga dalam kondisi yang sangat rentan selama proses kehamilan, melahirkan, hingga menyusui. Maka dalam kacamata "untung-rugi", sang ibu tentunya harus "mengikat" sang Bapak supaya ikut bertanggungjawab merawat dan membesarkan anak serta dirinya sendiri. Lalu apa untungnya buat sang Bapak? Sebenarnya, dengan ikut merawat sang anak, sang Bapak juga berusaha memastikan agar anaknya bisa bertahan hidup dan tumbuh dengan baik. Selain itu, dengan turut serta merawat ibu dan anaknya, ia juga bisa memastikan bahwa anak yang dikandung sang ibu adalah benar anaknya, dan sang ibu nggak main api dengan lelaki lainnya. <i>Fair</i> kan? <b>(3).</b><br />
<b><br /></b>
Konsep transaksional untung-rugi antara laki-laki dan perempuan ini kemudian mendapatkan legitimasinya lewat lembaga pernikahan. Pernikahan adalah sebuah konsep perjanjian sakral dengan Tuhan atau komunitas masyarakat. Dengan adanya pernikahan, maka ada semacam "ikatan" secara sosial dalam menjalankan konsep pembagian tugas tersebut. Pernikahan adalah ketika perempuan "mengikat" sang lelaki untuk berjanji menafkahinya dan anaknya, dan lelaki "mengikat" perempuan untuk hanya setia berhubungan seks dengan sang lelaki - sehingga memastikan anak dalam kandungan sang perempuan adalah anak kandung sang lelaki.<br />
<br />
Melalui sudut pandang ini juga kita juga bisa mengambil kesimpulan kenapa "keperawanan" secara evolusi sangat berharga bagi lelaki. Karena dengan memastikan sang perempuan masih perawan, ia mampu meyakinkan dirinya bahwa anak yang kelak dikandung sang perempuan pada hasil persenggamaan adalah benar anak kandungnya dan bukan anak kandung lelaki lainnya yang merupakan saingannya. Adalah sebuah hal yang sifatnya "rugi bandar" ketika sang ayah kelak mengetahui kalau anak yang dirawatnya bukanlah anaknya.<br />
<br />
...<br />
<br />
<b>APAKAH FITRAH MANUSIA ADALAH MONOGAMI?</b><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV9ns-OxWg5NL89CxsLAzYiEjSFYeD9ih1u6paZAQPe1CfJVD1cR4snJEdV20pNRoRt_CvspA9NH8miO7PXAWJz4dO-ylIa_GTtE0CyhBfLxLI4kyHARykpDXHX-vbEli3-BQrfjBk3_2f/s1600/coqnorviIS5tQZ6cas6-SQ-default.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="620" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV9ns-OxWg5NL89CxsLAzYiEjSFYeD9ih1u6paZAQPe1CfJVD1cR4snJEdV20pNRoRt_CvspA9NH8miO7PXAWJz4dO-ylIa_GTtE0CyhBfLxLI4kyHARykpDXHX-vbEli3-BQrfjBk3_2f/s400/coqnorviIS5tQZ6cas6-SQ-default.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;">Picture: hopesandfears.com<br /></td></tr>
</tbody></table>
Menjawab dengan pasti pertanyaan-pertanyaan ini tentunya adalah sebuah keniscayaan. Jika ditinjau dari penjelasan saya sebelumnya soal adanya hormon cinta dan konsep untung-rugi antara ibu dan bapak dalam monogami, maka boleh jadi kita akan menjawab bahwa fitrah manusia memang monogami. Berikut ini adalah penjelasan lain yang mendukung argumentasi itu:<br />
<br />
Saya pernah membaca penelitian lain yang meneliti kenapa penis manusia tidak mempunyai tulang <i>(baculum).</i> Ini adalah hal yang aneh karena hampir semua mamalia lain mempunyai <i>baculum, </i>termasuk sepupu primata kita seperti gorilla dan simpanse. Menurut penelitian tersebut, ini ada hubungannya dengan pola monogami sebagai strategi manusia bereproduksi sejak kita (homo sapiens) masih disebut homo erectus sekitar 1,9 juta tahun yang lalu. Strategi monogami membuat persaingan di antara lelaki untuk mendapatkan wanita tidak terlalu kompetitif, sehingga <i>baculum</i> yang berfungsi membantu penetrasi dalam proses reproduksi pun menghilang dari penis manusia. Selain tidak punya<i> baculum, </i>strategi reproduksi monogami juga menyebabkan testikel manusia cenderung kecil. Bandingkan dengan simpanse yang menjalani konsep <i>promiscous mating </i>(berganti-ganti pasangan)<i> </i>yang punya ukuran testikel sebesar otaknya, karena mereka "harus" menghasilkan banyak sperma untuk berhubungan dengan banyak wanita. <b>(5). </b><br />
<br />
Dalam hubungan sebab-akibat yang tumpang tindih (apakah kita monogami dahulu baru organ reproduksi pria seperti itu, ataukah sebaliknya organ reproduksi pria seperti itu dahulu baru kita bermonogami), yang jelas organ reproduksi manusia pria telah "membatasi" pola perilaku seksual berganti-ganti pasangan.<br />
<br />
Sebuah penelitian yang menarik lainnya juga mengungkapkan sebuah hipotesis mengejutkan kenapa manusia mengembangkan konsep pernikahan dalam norma masyarakat. Alasannya sama sekali bukan perkara romantis, namun untuk mencegah penularan penyakit seksual! Pada masyarakat berburu dan pengumpul, manusia berkelompok dalam jumlah kecil - dimana sejumlah lelaki bisa melakukan hubungan seks dengan banyak perempuan. Karena jumlah anggotanya yang kecil, maka penularan penyakit seks tidak mempunyai efek yang signifikan. Namun, saat menerapkan konsep agrikultur dimana jumlah anggota dalam satu komunitas cenderung makin besar, menjalani poligami beresiko meningkatkan penularan penyakit seksual seperti <i>siphilis, clamydia, </i>dan <i>gonorrhea</i>. Hal ini akhirnya membuat manusia mengembangkan perilaku monogami sebagai jalan keluar yang lebih baik.<b> (6).</b><br />
<b><br /></b>
<b>Lalu, fitrah manusia benar monogami donk?</b><br />
<b><br /></b>Entahlah. Argumen-argumen di atas tampaknya memang mendukung fitrah manusia adalah pelaku monogami, namun saya kerap menyangsikan ini setelah melihat banyaknya perceraian, atau pernikahan yang <i>fucked-up</i> banget, atau banyaknya orang yang selingkuh dimana-mana....<br />
<br />
Sebagai argumen kontra dari penjelasan yang sudah saya ungkapkan sebelumnya, kita perlu mengingat bahwa sistem reproduksi dan perilaku seksual antara lelaki dan perempuan yang berbeda. Dalam kaitannya dengan menghasilkan dan membesarkan anak, lelaki hanya berkontribusi sangat sedikit: sebatas mengeluarkan sperma dalam rahim perempuan. Sementara itu, perempuan memiliki kontribusi yang sangat besar: menghasilkan ovum, hamil selama 9 bulan, proses melahirkan yang sangat berat, hingga proses menyusui dan merawat anak.<br />
<br />
Saya sudah menyebut sebelumnya bahwa tujuan hidup makhluk hidup adalah bertahan hidup dan berkembang biak sebanyak-banyaknya. Dalam kaitannya untuk menghasilkan anak sebanyak-banyaknya, lelaki yang berkontribusi sedikit dalam menghasilkan anak secara "kesempatan" secara untung-untungan harusnya bisa "membuang benih" sebanyak-banyaknya untuk menghasilkan keturunan sebanyak-banyaknya. Sementara perempuan tidak punya kesempatan seperti itu karena harus hamil, melahirkan dan menyusui... maka investasi yang terbaik bagi wanita adalah kebalikan dari pada lelaki: berkonsentrasi pada anak yang dikandungnya.<br />
<br />
Karena itulah, kurang lebih hal di atas bisa menjelaskan kenapa lelaki mesum (dan cenderung lebih mudah berselingkuh) dan perempuan matre. Lelaki mesum karena keuntungan evolusi mendorong dirinya untuk berinvestasi dengan membuang benih sebanyak-banyaknya. Sedangkan perempuan matre, karena dengan menemukan lelaki "berkecukupan", hidupnya dan anaknya akan jauh lebih terjamin. Hal ini juga sedikit banyak bisa menjelaskan kenapa lelaki suka berkompetisi dalam kekuasaan dan kekayaan, karena hal ini memungkinkannya untuk memperoleh akses seks yang lebih banyak. Sedangkan perempuan dengan kekuasaan dan kekayaan cenderung melakukannya untuk kepentingan dirinya sendiri (dan anaknya). Lelaki, juga cenderung lebih tidak selektif dalam memilih pasangan, karena dalam pemikiran "investasi sebanyak-banyaknya", makin banyak ia membuang benih maka keturunannya pun akan jadi makin banyak. Sementara perempuan harus selektif karena keinginan bahwa anaknya nanti akan mewarisi gen yang baik dari bapak dengan kualitas gen yang baik. <b>(4). </b>Well, penjelasan ini adalah hal yang sangat mungkin ditentang oleh feminis di seluruh dunia. Tapi, pada akhirnya manusia adalah budak dari gennya sendiri.<br />
<br />
Sekilas penjelasan di atas seperti mendukung premis "lelaki lebih mudah selingkuh daripada wanita". Sebenarnya tidak ada data penelitian yang benar-benar valid dan benar tentang hal itu, atau apakah lelaki memang punya nafsu seksual lebih besar daripada wanita. Malah konon katanya keduanya punya nafsu seks sama besarnya. Namun saya pernah membaca sebuah penelitian lain (lupa dimana nemunya), bahwa dalam kehidupan biara lelaki dan perempuan yang harus melakukan selibat (pastor dan biarawati), yang cenderung untuk melanggar janji selibatnya adalah.... laki-laki. Mungkin ini berkaitan juga dengan bentuk organ lelaki dan perempuan yang berbeda, dimana lelaki yang "bernafsu" lebih terlihat secara fisik (ereksi) dibandingkan perempuan yang tidak terlihat tanda-tandanya. Well, di sini saya tidak sedang berusaha menjustifikasi bahwa "lelaki emang wajar untuk berselingkuh" atau "perempuan tidak selayaknya memendam seksualitasnya" lho.<br />
<br />
Selain faktor di atas, banyak penelitian yang juga menunjukkan bahwa cinta punya semacam kadaluwarsa. Fase yang kita sebut <i>"fallin in love"</i> umumnya hanya bertahan selama 2-4 tahun. Helen Fisher sendiri mengajukan hipotesis bahwa waktu 4 tahun ada hubungannya dengan waktu yang dibutuhkan seorang anak paling membutuhkan asuhan ayah dan ibunya. Pudarnya perasaan "jatuh cinta" saya rasa juga merupakan salah satu hasil dari kemampuan otak manusia untuk beradaptasi, yang efek buruknya akhirnya menghasilkan rasa bosan.<br />
<br />
Argumen kontra lainnya saya dapat dan simpulkan dari pendapat sejumlah para pakar dalam sebuah artikel di <b><a href="http://www.hopesandfears.com/hopes/now/question/216753-are-humans-meant-to-be-monogamous">hopesandfears.com</a>. </b>Manusia, tidak secara natural monogami. Malahan monogami adalah sesuatu sifatnya baru dalam peradaban manusia (hanya 20% dari masyarakat berteknologi primitif yang menjalankan monogami). Belum lagi adanya dimorfisme, dimana ukuran tubuh lelaki manusia lebih besar daripada wanita yang berhubungan dengan poligini - persaingan antar jantan untuk memperebutkan wanita. Kalaupun ada kecenderungan untuk monogami, ini lebih disebabkan adanya aturan kulturan dan norma sosial yang mendorong ini. Aturan soal seks demikian sangat ketat, dan aturan ini tidak akan ada jika memang dorongan ke arah non-monogami itu tidak ada. Namun, David P. Barash mengungkapkan, sekalipun monogami bukanlah sesuatu yang sifatnya natural, tidak berarti hal itu tidak bisa dipaksakan demi mendapatkan keuntungan yang lebih baik.<br />
<br />
Lalu bagaimana dengan poligini?<br />
<br />
Dari kacamata antropologi, sebuah penelitian menyebutkan bahwa 85% dari masyarakat di dunia mempunyai konsep poligini (lelaki dengan banyak wanita). Akan tetapi setahu saya, poligini hampir selalu melibatkan sang Bapak yang punya cukup materi untuk diberikan kepada istri-istri dan anak-anaknya. Pada kondisi masyarakat jaman dahulu kala, yang poligini biasanya lelaki-lelaki yang punya status, kedudukan, kekuasaan, dan kekayaan. Tengoklah raja-raja, kepala suku, atau bahkan nabi Muhammad yang memang merupakan seorang penguasa di bidang politik dan agama. Dalam konsep "untung-rugi" yang sebelumnya saya terangkan, sang betina dan sang pejantan masih bisa mendapatkan keuntungan sesuai kepentingannya masing-masing.<br />
<br />
...<br />
<br />
<b>CASUAL SEX : MEMBEDAKAN NAFSU DAN CINTA</b><br />
<b><br /></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTBy12JwiNsShPtXrmMzYgPNL9Q9GBeWBjreL0QuKkpMS8JfjbOjRCQi2JbrmDBEBJZOExQ821L1iNyCbn0SqKpdXIaPz0FOShHPtismRr-iF5lgI_JdUYi4JG2WKN5EUsqy_HPsKhdhsE/s1600/casual+sex.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTBy12JwiNsShPtXrmMzYgPNL9Q9GBeWBjreL0QuKkpMS8JfjbOjRCQi2JbrmDBEBJZOExQ821L1iNyCbn0SqKpdXIaPz0FOShHPtismRr-iF5lgI_JdUYi4JG2WKN5EUsqy_HPsKhdhsE/s640/casual+sex.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<b><i>"Men use love to get sex, Women use sex to get love.."</i></b></blockquote>
Pertanyaan berikutnya adalah, jika memang evolusi menghasilkan hormon cinta, kenapa orang bisa berhubungan seks tanpa melibatkan cinta (casual sex)? Casual sex adalah seks tanpa ikatan, atau seks tanpa cinta. Bentuknya bisa macam-macam: <i>one night stand, fuck-buddy,</i> hingga <i>friends with benefit. </i>Bagaimana membedakan nafsu seks dengan cinta? Apakah orang bisa berhubungan seks tanpa melibatkan atau menimbulkan cinta sama sekali?<br />
<br />
Sesungguhnya, menjawab pertanyaan ini juga <i>tricky.</i> Pertama, karena saya ga punya pengalaman untuk menjawab ini (haha). Kedua, karena saya masih sangat konservatif dan <i>old-school </i>perkara ini. Ketiga, apapun jawaban generalisasi yang saya jelaskan, tidak semua orang akan setuju. Pasti orang akan membaca argumen saya lalu mencocokkannya dengan pengalaman pribadinya, membuat susah untuk menjawabnya dengan benar dan memuaskan banyak orang.<br />
<br />
Ngomongin casual sex atau bahkan pre-marital sex yang terjadi saat ini, tidak bisa tidak melihat konteks sosio-historis yang terjadi di dunia. Ada revolusi seksualitas di dunia. Orang tidak lagi memandang seksualitas sebagai doktrin yang tabu dan konservatif - orang merayakannya sebagai sebuah kebebasan. Dari aspek kultural, "free-sex" ini juga berkaitan dengan gerakan feminisme: bahwa perempuan bukanlah obyek seks, namun juga subyek. Selain itu, ada pergeseran paradigma saat ini yang menganggap seks sekedar aktivitas fisik, seks adalah kebutuhan, dan seks itu menyenangkan. Hal-hal seperti inilah yang mungkin bikin ibu-ibu paranoid akan mengelus dada melihat "pergaulan kids jaman now". "Free-sex" ini juga berkaitan erat dengan kemajuan teknologi yang tidak ada di masa lalu: kontrasepsi. Sungguh, penemuan kontrasepsi ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan yang berdampak paling masif dalam perubahan cara pandang seksualitas. Cara pandang ini tentu mempengaruhi penilaian orang bahwa <i>"sex without love is okay".</i><br />
<br />
<i>But really?</i> Apakah <i>casual sex without love</i> beneran bisa?<br />
<br />
Sungguh menjawab ini juga susah karena setiap penelitian yang dilakukan bias terhadap nilai-nilai moral dan sosial yang dipegang masing-masing orang. Manusia adalah budak dari gennya, namun nilai-nilai luar yang tertanamkan ke kita juga mempunyai efek yang sama besarnya. Contohnya, budaya patriarki di masyarakat yang membuat lelaki bangga dengan sifat-sifat maskulinitasnya (sehingga cenderung terbuka terhadap sex dan cowok yang bisa nidurin banyak cewek itu keren) sementara perempuan yang lebih terbuka dengan seksualitasnya akan mengalami <i>slut-shaming. </i>Lelaki kemudian terbiasa untuk mewajarkan hasrat seksnya, sementara perempuan harus menutupi hasrat seksnya.<br />
<br />
Namun, jika ditinjau dari skala evolusi manusia, seks hadir dulu daripada cinta. Karena itu seharusnya kita tidak heran bahwa <i>deep down in our brain</i> ada nafsu seks yang jauh lebih purba dari <i>romantic emotional. </i><br />
<br />
Saya juga uda bahas soal bagaimana lelaki dan perempuan berbeda dalam proses reproduksi dan perilaku seksualnya. Lelaki, secara desain, memungkinkannya untuk lebih mudah berselingkuh dan lebih mesum daripada perempuan. Dalam kaitannya dengan "menyebar benih sebanyak-banyaknya", lelaki juga cenderung tidak selektif dalam memilih perempuan untuk menjadi partner sexnya. Semakin banyak semakin bagus. Beda dengan perempuan yang harus selektif karena perempuan secara evolusi harus mencari lelaki yang bisa memberikan dukungan yang baik bagi dirinya dan anaknya. Setelah berhubungan seks, diketahui juga bahwa kadar hormon oksitosin (hormon cuddling) pada lelaki cenderung lebih rendah daripada perempuan. Jadi dari sononya, perempuan <i>after have sex </i>relatif jadi lebih "baper" daripada laki-laki.<br />
<br />
Sebuah penelitian dilakukan untuk melihat kecenderungan lelaki dan perempuan dalam menerima ajakan<i> casual sex </i>dari orang asing. Seorang lelaki dan perempuan asing dengan random mengajak sejumlah lelaki dan perempuan di jalan untuk "have sex". Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa jika yang mengajak perempuan cantik, maka lelaki yang menerima ajakannya sejumlah 83% dan 60% untuk perempuan yang mukanya biasa aja. Sementara hasilnya untuk perempuan? 0% (untuk cowok asing yang mukanya biasa aja) dan 3% (untuk cowok yang ganteng). Penelitian ini secara tidak langsung membuktikan bahwa perempuan lebih ogah terhadap casual (or random) sex dibandingkan lelaki. <b>(7). </b>Sebenarnya penelitian ini bias juga sih, karena berkaitan dengan image bahwa ada cowok asing tiba-tiba ngajak<i> have sex<b> </b></i>pasti sexual predator. Seram!<br />
<br />
Sebuah studi lain mengungkapkan bahwa lelaki yang atraktif (<i>alpha-male type,</i> berkuasa, punya duit, tampan, secara fisik kuat) memiliki pengalaman<i> casual sex </i>yang lebih banyak daripada mereka yang tidak. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Loyola Marymount University juga mengungkapkan kesimpulan lain: lelaki yang atraktif tidak hanya punya pengalaman sex lebih banyak, namun juga menginginkan<i> casual sex </i>lebih banyak. Ini tentu sangat sesuai dengan konsep evolusi: untuk mendapatkan banyak keuntungan reproduktif, lelaki harus "menebar benih sebanyak-banyaknya". Strategi ini berbeda jika sang lelaki tidak atraktif, secara tidak sadar otaknya akan berkata, <i>"Daripada buang-buang waktu dan energi menginginkan sesuatu yang tidak bisa saya lakukan (karena perempuan akan mencari lelaki yang superior), lebih baik saya fokus pada strategi long-term relationship,"</i>.<br />
<br />
Makanya hai para perempuan, carilah lelaki yang biasa saja karena biasanya lebih setia ~<br />
<br />
Lalu bagaimana dengan para perempuan? Perempuan yang atraktif (cantik) memang akan didekati oleh banyak lelaki - yang memungkinkannya untuk memiliki kesempatan pengalaman <i>casual sex / short-term relationship </i>lebih banyak daripada perempuan lainnya yang kurang atraktif. Namun, perempuan yang kurang atraktif bisa juga mendapatkan banyak <i>casual sex </i>jika mereka menginginkannya. Namun secara evolusi, tidak ada keuntungan bagi perempuan untuk menjalani hubungan jangka pendek seperti itu. Hal ini sesuai dengan survey yang kemudian dilakukan, bahwa perempuan yang atraktif tidak menginginkan seks yang lebih banyak sebagaimana yang terjadi pada lelaki atraktif. Jadi,<i> attractiveness </i>seorang perempuan tidak berkorelasi dengan keinginan <i>casual sex</i> lebih banyak.<br />
<br />
<b>Jadi, apakah cuma lelaki yang bisa melakukan seks tanpa perasaan?</b><br />
<b><br /></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5oCGHZzHzxopTgDek9xeNnyWRXc6mbo0zzuyh5MNCk7M16S5LlUbzpzyRURBQJ_G911uqOSSFv-oGpDfm1tXAzIFwkRHfJnbZpkcMPgm2StAOKUtYYoJbKwLvK-0Qy1be4RvRSEmhmOcr/s1600/when+harry+met+sally.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="612" data-original-width="612" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5oCGHZzHzxopTgDek9xeNnyWRXc6mbo0zzuyh5MNCk7M16S5LlUbzpzyRURBQJ_G911uqOSSFv-oGpDfm1tXAzIFwkRHfJnbZpkcMPgm2StAOKUtYYoJbKwLvK-0Qy1be4RvRSEmhmOcr/s320/when+harry+met+sally.jpg" width="320" /></a></div>
<b><br /></b>
<b><br /></b>
Menariknya, berkebalikan dengan kepercayaan umum, mereka yang tertarik melakukan seks tanpa komitmen tidak otomatis membuat mereka tidak tertarik dengan hubungan jangka panjang. Faktanya, mereka yang menginginkan <i>casual sex</i> juga menginginkan <i>romantic sex.</i> Hubungan jangka panjang juga adaptif bagi setiap manusia. Bahkan, lelaki yang sangat "hot" pun mendapatkan keuntungan banyak dari hubungan jangka panjang, seperti proses membesarkan anak yang lebih baik dan mendapatkan kebutuhan emosional.<b> (8)</b>. Hmmm.... ini membuat saya teringat dengan banyaknya lelaki yang selingkuh tanpa perasaan, namun masih tetap berusaha bertahan dengan keluarga dan istri utamanya. <i>Sounds not fair, I know....</i><br />
<br />
<i>In fact,</i> sebuah penelitian terbaru dari Concordia University mengungkapkan bahwa cinta dan hasrat seks berasal dari bagian otak yang berbeda, namun bisa overlap. Ini tidak berarti bahwa cinta dan seks adalah 2 hal yang sama, namun mereka tidak terlalu berbeda seperti yang dibayangkan sebelumnya. Cinta dan seks, rupanya bisa saling tumpang tindih dan susah dibedakan. <i>So, based on this study, </i>cinta bisa tumbuh dari<i> lust, </i>demikian pula sebaliknya. Jadi, ketika kita kamu baper setelah melakukan hubungan seks, itu bukan berarti kamu <i>needy</i> - tapi justru otakmu bekerja normal. Dan kalau menurut penelitian ini,melakukan hubungan seks sebelum menjalani hubungan emosional tidak berarti menggagalkan kemungkinanmu untuk mendapatkan cinta yang sebenarnya karena telah melakukan hubungan fisik terlebih dahulu. <b>(9).</b> (*Ngomong-ngomong, saya membayangkan orang-orang yang sevisi dengan AILA Indonesia akan membaca ini sambil berkata <i>"Astaghfirulloh...."</i>).<br />
<br />
Saya jadi teringat sebuat <i>golden rule </i>di forum-forum kehidupan malam para pria-pria hidung belang yang pernah saya baca (Saya tahu, saya emang kurang kerjaan banget jadi <i>silent reader </i>baca forum-forum mesum beginian). Aturan itu adalah, jika mau pakai wanita panggilan, jangan RO (repeat order) lebih dari 3 kali supaya nggak timbul perasaan. Hmmmm... ini menjadi salah satu bukti bahwa kadang lelaki nakal pun tetap aja bawa perasaan dan tidak bisa membedakan mana nafsu doank mana cinta.<br />
<br />
Berkaitan dengan <i>overlapping</i> antara seks dan cinta serta adanya hormon oksitosin yang timbul saat berhubungan seks, saya merasa inilah yang terjadi pada mereka yang mengalami proses taaruf atau indahnya pacaran setelah menikah. Sebagai orang yang menganggap pernikahan hendaknya dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai, saya suka dibikin bingung dengan mereka yang taaruf yang di mata saya seolah-olah "menikah dengan orang asing... dan malam pertama dengan orang asing...". Hiiiiii.... kan <i>awkward</i> ya? Tapi saya suka denger mereka yang taaruf bisa menjalankan pernikahan mereka dengan sangat bahagia, dan menyukai proses pacaran setelah menikah. Selain karena dogma soal menikah sebagai bagian dari agama, saya rasa ini ada hubungannya secara biologis dengan hal-hal di atas. Dua orang yang tidak pernah melakukan hubungan seks, lantas melakukan hubungan seks untuk pertama kali, keluarlah hormon oksitosin di otak mereka.... sehingga mereka bisa merasakan cinta setelah menikah.<br />
<br />
(Tapi... saya sendiri sih kayaknya ga mungkin. <i>I have a specific type,</i> saya punya kecenderungan untuk hanya bisa jatuh cinta dengan orang-orang tipe tertentu. Dan tipe-tipe tertentu itu biasanya ga mungkin ikutan taaruf! Hahahaaha....)<br />
<br />
...<br />
<br />
<b>LOVE FROM MY PERSPECTIVE</b><br />
<b><br /></b>
Mungkin ada yang kemudian bertanya-tanya bagaimana pandangan saya soal seks dan cinta, berhubung saya bisa sangat <i>analytical</i> soal 2 hal ini. Saya suka <i>discuss </i>soal ini dengan ibu saya (<i>we are a weird family,</i> atau saya aja yang orangnya kelewat terbuka ngobrolin beginian ama orangtua!), dan hal ini bikin ibu saya khawatir anaknya bakalan <i>frigid</i> karena terlalu "ilmiah" soal ini. Apakah hal ini bikin saya jadi tidak percaya cinta dan menganggap cinta cuma ilusi di kelapa? <b>Iyes.</b> Tapi toh pada kenyataannya saat ini saya sedang jatuh cinta, dan saya menikmati ilusi ini... saya biarkan aja perasaan emosional ini mengalir dan membuat hidup saya bahagia. J<i>ust because you know something isn't really-really "real", doesn't mean I can't enjoy it.</i><br />
<br />
Selain itu, dengan mengetahui hal-hal seperti ini bisa membantu saya memahami hubungan dan membantu meningkatkan kualitas hubungan saya dengan pasangan. Dan.... berhubung saya hobi kepo urusan rumah tangga orang lain dan melakukan serangkaian analisa, mengetahui hal-hal ini bisa bikin saja punya nasehat yang baik. Beh. Harusnya dulu saya masuk psikologi. Ngapain juga masuk teknik!<br />
<br />
<b>SUMBER :</b><br />
<br /></div>
(1) Asal Usul Manusia : Richard Leakey. Penerbit KPG.<br />
(2) <a href="https://www.psychologytoday.com/blog/head-games/201405/do-differences-in-testosterone-explain-relationship-quality" style="text-align: justify;">https://www.psychologytoday.com/blog/head-games/201405/do-differences-in-testosterone-explain-relationship-quality</a><span style="text-align: justify;">)</span><br />
<span style="text-align: justify;">(3) Mengapa Seks Itu Asyik : Jared Diamond. Penerbit KPG.</span><br />
<span style="text-align: justify;">(4) Virus Akal Budi : Richard Brodie. Penerbit KPG.</span><br />
<span style="text-align: justify;">(5) <a href="https://www.theguardian.com/science/2016/dec/14/why-dont-humans-have-a-penis-bone-scientists-may-now-know-baculum">https://www.theguardian.com/science/2016/dec/14/why-dont-humans-have-a-penis-bone-scientists-may-now-know-baculum</a></span><br />
<span style="text-align: justify;">(6) <a href="http://www.independent.co.uk/news/science/humans-monogamy-marriage-stis-sexual-diseases-a6982531.html">http://www.independent.co.uk/news/science/humans-monogamy-marriage-stis-sexual-diseases-a6982531.html</a></span><br />
<a href="https://www.blogger.com/%C2%A0https://www.psychologytoday.com/blog/homo-consumericus/201105/sex-differences-in-accepting-solicitations-casual-sex"><span style="text-align: justify;">(7) </span>https://www.psychologytoday.com/blog/homo-consumericus/201105/sex-differences-in-accepting-solicitations-casual-sex</a><br />
(8) <a href="https://www.psychologytoday.com/blog/strictly-casual/201405/which-us-craves-casual-sex-more">https://www.psychologytoday.com/blog/strictly-casual/201405/which-us-craves-casual-sex-more</a><br />
(9) h<a href="ttps://www.huffingtonpost.com/2012/07/09/from-sex-to-love-emotional-attachment-sexual-desire-brain-dating_n_1659334.html">ttps://www.huffingtonpost.com/2012/07/09/from-sex-to-love-emotional-attachment-sexual-desire-brain-dating_n_1659334.html</a><br />
<br />Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-60369893620851715672017-08-29T03:59:00.004-07:002017-08-29T03:59:49.286-07:00Karena Uang Adalah Tujuan Hidup!<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOKSgCl9rubrAVeRiIsF87EiqwpyLzP84bRjZ2inHpVYloM9cJELBjX2HvPqbyWj7I7sQYczDKyOwcextjsAAUfdaLpa8_ugCysiimFV6KzRZKt2pElAckwPJNNjp-ZVHMQ-xU4S1IHemT/s1600/money.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="322" data-original-width="500" height="412" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOKSgCl9rubrAVeRiIsF87EiqwpyLzP84bRjZ2inHpVYloM9cJELBjX2HvPqbyWj7I7sQYczDKyOwcextjsAAUfdaLpa8_ugCysiimFV6KzRZKt2pElAckwPJNNjp-ZVHMQ-xU4S1IHemT/s640/money.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Saya kepikiran untuk menulis ini setelah beberapa hari lalu "diceramahi" seorang bapak-bapak supaya saya jadi orang maju dan sukses. Hmm.. tentu yang dimaksud adalah sukses menurut standar beliau dan kebanyakan orang. Kesuksesan yang diukur dari jabatan tinggi, seberapa banyak penghasilan yang kamu punya, atau seberapa besar perusahaanmu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kira-kira dalam salah satu <i>motivational preaching</i>-nya beliau berkata, "Lha kamu ga pengen apa jadi "penjahit" yang bisa dapat duit 20 juta rupiah per baju? Masa lulusan S1 jadi begini-begini aja.. <i>Eman</i> doonk..".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(<i>By the way,</i> beliau tahu pekerjaan saya seorang pedagang pakaian dengan merk lokal. Tampaknya beliau miris melihat pola bisnis saya yang tidak berkembang). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tersenyum malu-malu (karena saya emang pemalu). Maunya saya jawab enggak, tapi saya tahu beliau cuma ingin mendengarkan jawaban yang ia inginkan. Jadi saya jawab, "Ya mau donk, om!"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Nah gitu donk!" si Bapak tersenyum senang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tersenyum manis penuh kepalsuan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hey, bukannya saya nggak ingin 20 juta. Saya mau aja. Tapi perbincangan singkat dengan sang Bapak membuat saya mempertanyakan apakah motivasi menjadikan uang sebagai tujuan hidup adalah hal yang baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya jadi teringat kejadian beberapa tahun lalu. Seorang teman tumben-tumbennya datang bersilaturahmi ke rumah. Saya langsung mengendus sesuatu.... karena seorang teman yang tidak cukup akrab tiba-tiba "ngajak silaturahmi" biasanya tujuannya cuma satu: menawarkan produk MLM!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan teknik level marketing yang cukup mahir, ia membuka perbincangan dengan pertanyaan-pertanyaan retoris semacam ini, "Niken, kamu nggak pengen punya kapal pesiar? nggak pengen punya mobil mewah? nggak pengen punya rumah mewah?".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya cuma tersenyum palsu dengan maksud menghormati, lantas mendengarkannya bercerita tentang bisnis MLM yang ia tawarkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh, strategi menawari saya dengan kapal pesiar, mobil mewah, rumah mewah, dll adalah strategi yang tidak mempan buat saya. Saya nggak menginginkan hal-hal itu. Eh, bukannya munafik sih, kalau ada yang nawarin saya ya enggak nolak. Tapi saya tidak pernah menjadikan itu sebagai - katakanlah - <i>"life goal achievement".</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dahulu waktu di kampus saya juga pernah mengikuti semacam pelatihan kepemimpinan. Seorang senior menyuruh kami membuat tulisan tentang mimpi dan cita-cita kami. Saya nggak ingat persis apa yang saya tulis, saya cuma ingat kalimat pertamanya. Lalu secara kebetulan, kok ya saya yang diminta jadi yang pertama untuk membacakan tulisan saya tentang mimpi dan cita-cita saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Mimpi dan harapan saya adalah saya ingin hidup bahagia," demikian saya berkata penuh percaya diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh, satu ruang ketawa. Pikir mereka saya bercanda, padahal saya serius nggak ada maksud ngelawak. Kemudian saya baru <i>ngeh</i> bahwa yang dimaksud adalah cita-cita semacam "kerja di mana", "menjadi apa", dan hal-hal semacam itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh cita-cita saya sangat sederhana (dan tidak berbobot!).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya nggak munafik sih, saya ya pengen duit banyak. Tapi dari dulu kalau saya kepikiran punya duit banyak, yang saya inginkan adalah membelanjakan uang tersebut untuk makan enak dan beli buku. Mungkin bolehlah dipake untuk<i> travelling</i> (yang pasti saya kepengen ke Amerika Serikat, <i>road trip</i> dari East Coast to West Coast naik mobil sambil dengerin <i>folk song</i>.. <i>whew!</i>).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVPItdvVw9Ol5BGBxHoB3y1m7QBn4ci3tMOt1kxde6bFLBTZCpakC3vzsE9UmFqCt_2K6ObhH2FXplEFrgABORhlHfGX3g7g94lFZbKJEczoZxBOJGYHmp7HiCoDQ0Yh3eJeuZxHFe2WcA/s1600/road+trip.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="415" data-original-width="625" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVPItdvVw9Ol5BGBxHoB3y1m7QBn4ci3tMOt1kxde6bFLBTZCpakC3vzsE9UmFqCt_2K6ObhH2FXplEFrgABORhlHfGX3g7g94lFZbKJEczoZxBOJGYHmp7HiCoDQ0Yh3eJeuZxHFe2WcA/s640/road+trip.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya ga kepikiran untuk membelanjakan uang saya untuk beli baju mahal, atau mobil mewah, atau <i>travelling</i> "cantik" ala selebgram yang bisa travelling dengan sempurna itu (<i>because wearing high heels while travelling in exotic country is a big thing!</i>). Mungkin kemewahan yang saya inginkan sebatas punya perpustakaan pribadi atau <i>home theatre </i>di rumah, dan jaminan asuransi kesehatan di rumah sakit yang bisa dipercaya. Lalu kalau ada sisa saya pengennya bikin yayasan non-profit, atau pengen ngebantu orang-orang miskin yang sakit, atau semacam menyumbangkan sebagian besar uang saya untuk pelestarian lingkungan. Intinya, saya jadi pengen orang kaya macam Bill Gates, Mark Zuckerberg atau Elon Musk. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah ibu saya bercerita soal dirinya yang tidur di rumah teman beliau yang kaya raya di Jakarta. Punya rumah besar banget, 3 lantai (dengan lift), terletak di pusat kota yang harga tanahnya selangit. Keluarga mereka adalah keluarga pebisnis handal yang kenal baik dengan pejabat-pejabat negeri ini. Ibu saya dijamu makan malam mewah: <i>roast salmon</i> dan <i>tiramisu cake.</i> Mendengar keseluruhan ceritanya, saya cuma ngiler kepengen makan <i>roast salmon</i> dan<i> tiramisu cake</i>-nya. Nggak ada tuh <i>ngarep </i>pengen punya rumah mewah...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, tapi mungkin saya bisa bilang gitu soalnya saya sekarang nggak punya duit. Mungkin begitu saya punya duit banyak saya juga bakalan hidup <i>glamor</i> seperti bos First Travel atau koleksi mobil mewah kayak Roro Fitria.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena itu saya pun heran, bagaimana orang dengan motivasi dan kepercayaan diri serendah ini dan sama sekali tidak ambisius, malah berkecimpung di dunia bisnis dan perdagangan. Sejujurnya, yang saya cintai dari bisnis yang saya kerjakan ini sebatas proses kreativitasnya saja, tapi tidak dengan seluk beluk bisnis-nya yang memusingkan kepala. Ditambahlagi, sebagai seseorang yang rada berhaluan sosialis (ngakunya), saya paling anti dengan usaha-usaha bisnis berbau kapitalis. Klop sudah ga akan pernah jadi kaya!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sekedar sebuah curhatan pribadi, kadang saya mikir apa stagnansi pekerjaan yang saya tekuni ini karena saya terlalu takut untuk melangkah keluar dari zona nyaman saya. Saya tahu saya memang harus keluar dari zona nyaman saya ini jika ingin "maju", tapi<i> </i>untuk bisa keluar dari jebakan <i>comfort zone </i>ini seenggaknya saya harus punya motivasi yang kuat, dan itu tak kunjung saya dapatkan. Saya bahkan nggak tahu apa tujuan hidup saya (dan apakah setiap orang perlu punya tujuan hidup?). Kini saya susah membedakan apakah saya ini cuma pemalas atau seorang eksistensialis (yang pemalas!).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Demikian pula dalam memilih pasangan hidup, saya tidak pernah silau dengan kendaraan yang dipunyai pasangan. Ada nilai-nilai tertentu dari calon pasangan yang bagi saya jauh lebih menarik hati daripada penghasilannya (atau penghasilan orangtuanya). Lagipula saya juga bukan tipe cewek-cewek yang minta dibelanjain ini itu... (saya cuma cukup ditraktir makan enak!). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi saya, ada nilai-nilai dalam hidup yang nilainya jauh lebih berharga dari uang. Seperti persahabatan, keluarga, kreativitas, kasih sayang, integritas, dan idealisme. Biarpun kerjaan saya sekedar sebuah small business, tapi saya menyukai dan menikmati proses menjalankannya yang saya kerjakan sendiri. Saya bisa menaruh idealisme dan kreativitas saya sepenuhnya di sini. Walaupun tentu saja, menjalankan bisnis dari passion ini kadang bisa bikin stress juga karena belum tentu berhasil....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<i>And you know,</i> kita butuh keberhasilan untuk bisa punya harga diri di mata masyarakat (terlebih lagi, demi orang tua!).<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya kira nggak banyak orang bisa paham nilai-nilai "kenikmatan" yang saya jalankan ini. Termasuk sang Bapak yang saya ceritakan di depan. Saya tahu maksudnya baik, namun saya mendapat kesan bahwa beliau sedikit memaksakan standar hidupnya ke orang lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kelihatannya saya seperti cewek idaman yaa.. cewek bersahaja yang enggak matre. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eits, tapi bayangkanlah jika semua orang seperti saya yang pasif, damai, dan submisif. Dari skala evolusi, jika manusia diciptakan tanpa ambisi materialistis seperti saya, mungkin manusia akan tetap hidup nomaden dan jadi umat primitif. Tanpa ambisi materialistis, revolusi industri mungkin tidak akan pernah tercapai. Para kapitalis jadi orang-orang sederhana nan bersahaja bak Dalai Lama atau Mahatma Gandhi. Er... dunia mungkin akan jadi damai, tapi itu pasti dunia yang sangat membosankan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menjadikan uang sebagai motivasi dan tujuan hidup nggak selamanya buruk kok.<br />
<br />
Anda boleh mencaci maki kapitalisme, namun kapitalisme dan motivasi duit menggerakkan umat manusia melakukan hal-hal yang menakjubkan. Amin!</div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-46129019678258719292017-08-16T17:15:00.002-07:002017-08-16T17:21:09.032-07:00Story of My Life: Analisa Hubungan Pasca Putus dengan Mantan<div style="text-align: justify;">
Di era baru dunia digital saat ini, ada aturan bijaksana yang kurang lebih seperti ini: "simpan rapat-rapat kehidupan pribadimu", atau dalam bahasa tidak resminya: "JANGAN GALAU DI INTERNET, WOY!".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aturan bijaksana ini saya pegang baik-baik kala galau diputus mantan 2 tahun yang lalu. Ada dendam dan marah mewarnai drama pasca putus dengan mantan, yang rasanya kepengen banget saya beberkan dalam acara serupa konferensi pers kepada semua orang yang mengenal saya dan mantan. Tapi emosi itu saya pendam habis-habisan, cuma saya salurkan dalam bentuk menulis diary di Penzu atau meracau kepada orang-orang yang benar-benar peduli dengan saya. Jadi, niat "usil" untuk menggelar cerita dramatis ke ranah publik pun tidak terjadi (kan malu juga kalo sampe jadi viral, walau mungkin bagus juga untuk publikasi bisnis hahaha). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya saya "gatel" banget dari dulu pengen nulis ini. Entahlah, bagi penulis dan blogger, pasti paham perasaan saya. Ingin menuliskan isi hati yang boleh dibaca orang... Tapi saya juga masih sempat ada gengsi tinggi karena siapa tahu sesemantan membaca tulisan saya ini. Namun kini saya sudah di fase tidak lagi peduli soal gengsi, saya sudah makin mengenali diri saya sendiri. dan saya menulis ini karena ingin mengeluarkan uneg-uneg saja. Dan saya harap kekasih saya yang baru tidak keberatan... :p</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>....</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>HOW WE BROKE UP</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOojL_jluGj7MpHgDbFiLNAb8r3rmUohJwSRQqDV9wbp3E3N_9x0qHfwzqHPcNvzEbWy7-KOTM_xsC0bt4G599n08Xhl55Y9djMt0aMRCNkB_LFTXeYYSUnKVF2JGAhRtmEbgzleVZkmSn/s1600/break+up.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="355" data-original-width="660" height="344" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOojL_jluGj7MpHgDbFiLNAb8r3rmUohJwSRQqDV9wbp3E3N_9x0qHfwzqHPcNvzEbWy7-KOTM_xsC0bt4G599n08Xhl55Y9djMt0aMRCNkB_LFTXeYYSUnKVF2JGAhRtmEbgzleVZkmSn/s640/break+up.png" width="640" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai pembelaan, saya kira wajar bagi siapa saja untuk susah <i>move on</i> ketika diputus tiba-tiba tanpa ada pertanda dan penjelasan apa-apa. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya dan mantan sudah berhubungan selama 7 tahun, di fase sudah perkenalan keluarga dan sudah hunting cincin tunangan. Tidak ada angin tidak ada hujan, sesemantan tiba-tiba minta <i>"break".</i> Otomatis saya langsung panik dan shock (konyolnya, terbersit dalam otak saya yang pertama kali adalah: "aduh mati kalo ga jadi kawin sama dia aku kawin sama siapa? siapa lagi yang mau sama aku?"). Oke, persetan dengan<i> "we were on a break"</i> ala hubungan Rachel dan Ross di Friends, bagi saya break di sebuah hubungan adalah sekedar "tidak mau rugi". Emang kalo break mau apa? Apakah "sah" berhubungan dengan orang lain, lantas setelah dirasa ga cocok balikan lagi sama mantan? (Seperti yang <i>exactly </i>dilakukan Ross Geller di Friends Season 3?!)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tepat saat sang mantan mengungkapkan keinginannya untuk <i>break,</i> saya langsung otomatis kepikiran satu hal: sesemantan menemukan wanita lain. Saya kejar dia ketemu cewek siapa, tapi doi mengaku tidak ada wanita lain. Dia cuma bilang bahwa dia merasa hubungan kita sudah hambar dan mendingin. Saya ngotot dan bertanya, hubungan sudah 7 tahun emang mau hubungan seperti apa? Mendingin dan menjadi hambar itu wajar. Fase <i>honeymoon in love </i>yang menggebu-gebu memang sudah berakhir.<br />
<br />
Tapi setelah drama penuh tangisan India, malamnya dia minta balikan dan bilang bahwa "dia cuma lelah". Hubungan kami pun membaik lagi. Sampai seminggu kemudian dia minta putus lagi, lewat telpon. Kali ini serius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kebetulan sang mantan kerja di luar kota, jadi begitu diputus saya nggak ada kesempatan ketemu untuk meminta penjelasan. Penjelasan hanya saya dapatkan dari percakapan penuh pertengkaran lewat telepon. Yang saya ingat adalah ia berkata "dunia kita sudah berbeda!" sebagai sebuah alasan lain. Saat itu saya menanggapi dengan sarkas bahwa dia berada di dunia ghaib dan saya di dunia nyata.<br />
<br />
Kemudian saya yang kalut menelpon ibu sang mantan, mencurahkan isi hati saya, dan ibu sang mantan hanya minta saya untuk bersabar. Sayapun bersabar... berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi, menganalisa apa yang salah dalam hubungan kami, sambil membiarkan dia dalam kesendiriannya.... lantas siapa tahu kita balikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun satu bulan kemudian saya dengar selentingan bahwa dia sudah punya cewek lain. Ga butuh waktu lama, sehari setelah ulangtahun saya (dua bulan habis putus) saya lihat di profil whatsapp-nya sudah ada foto cincin tunangan. Dan saya tahu tak lama kemudian dia sudah kawin dengan wanita lain. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>.....</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>WHY WE BROKE UP</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Konklusi yang saya ambil segera setelah saya mengetahui dia punya pacar baru tak lama setelah putus adalah: dia selingkuh. Sesuai dengan firasat saya di awal saat dia pertama kali minta <i>break.</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lantas kemudian saya mulai mengetahui banyak hal yang selama ini tidak terlihat oleh saya yang kelewat cuek jadi pacar. Ada banyak hal-hal yang makin mengindikasikan bahwa mungkin selama ini ia bukanlah <i>the greatest boyfriend on earth. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah saya marah? Sangat. Saya bahkan sudah mengarang skenario ala Fatal Attraction di kepala saya. Kalau dijadiin film Indonesia skenario versi saya itu akan berjudul Mantan Gila. Haha. Anyway, bahkan menulis ini saya masih marah dan kesal, dan cerita di atas saya tulis dengan sedikit kelegaan dan kepuasaan pribadi yang tidak baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya merasa setiap hubungan harus punya "closure" yang tepat supaya bisa move on dengan bijaksana... Maka, saya mengira "closure" hubungan kami adalah kenyataan bahwa sesemantan diam-diam selingkuh dan bukan pacar yang baik. Dengan pengetahuan ini, saya merasa bisa melangkah dengan baik untuk melupakan mantan. Namun, closure ini punya semacam "baggage" yang saya bawa kemudian: saya jadi curigaan setiap lelaki tukang selingkuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lantas, dua tahun kemudian saya pun bertemu dengan mas S yang kemudian jadi pacar baru. (Cerita cinta alay saya dan mas S ini sudah saya tulis di tulisan sebelumnya. Tiga artikel sekaligus!). </div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>....</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>THANK GOD WE BROKE UP!</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjzxnSEq0p52rzTQrjEHgO7j2CvlpUrMxN5-baUYWDgYZH9ALh8hqj66OO_e6tzRu2VwkTxhcGklJ1qnUhrzuEfkQtT4sh92QzgwSllHjodn6xffOfYV8KlITkjZgqRxdrvOkMxdQMMudg/s1600/cheating-stories-that-didnt-end-the-relationship.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="964" data-original-width="1600" height="384" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjzxnSEq0p52rzTQrjEHgO7j2CvlpUrMxN5-baUYWDgYZH9ALh8hqj66OO_e6tzRu2VwkTxhcGklJ1qnUhrzuEfkQtT4sh92QzgwSllHjodn6xffOfYV8KlITkjZgqRxdrvOkMxdQMMudg/s640/cheating-stories-that-didnt-end-the-relationship.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
So, apakah mantan benar selingkuh?<br />
<br />
Entahlah, mungkin dari perspektif sebagai "korban" saya akan menghakimi bahwa ia memang selingkuh. Namun, lama-lama saya mencoba untuk menjustifikasi alasan ia selingkuh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin ia memang selingkuh, tapi ia tidak sepenuhnya salah.<br />
<br />
Menjalani beberapa bulan bersama mas S, saya tidak hanya membandingkan ritme hubungan kami dengan hubungan saya dan mantan, namun juga membandingkan kepribadian mas S dan mantan. Hey, kamu boleh menceramahi saya soal "tidak boleh membanding-bandingkan" pacar baru dengan mantan, namun sulit untuk tidak melakukan perbandingan. Haha. Lagipula ini bukannya saya belum move on, tapi karena saya berusaha menganalisis hubungan yang lalu dan membawa pelajaran-pelajaran tersebut ke hubungan yang baru ini.<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<i>And for the first time, finally I just realize...</i>.bahwa semua penjelasan mantan yang dahulu terdengar omong kosong ternyata.... benar. Ironis ya? Butuh orang lain untuk menyadarkan itu. Saya menyadari hal itu setelah bertemu mas S, dan mungkin mantan sudah lama menyadari itu, terutama saat dia bertemu perempuan yang kini jadi istrinya.<br />
<br />
Dua alasan yang paling saya ingat yang ia kemukakan (dan ternyata benar) adalah: hubungan kami sudah hambar dan dunia kami sudah jauh berbeda.<br />
<br />
Kesalahannya adalah ia tidak mengkomunikasikan itu sebelumnya. Tiba-tiba saja ia melontarkan keluhan itu setelah putus, dimana saya yang terlalu cuek jadi pacar tidak pernah menyadari ada yang salah dengan hubungan kami sebelumnya. Sehingga ketika lontaran itu terucap pada kejadian yang sama sekali tidak diduga (ditambah lagi ia menyampaikannya dengan cara yang kurang bijaksana), otomatis saya shock dan marah.<br />
<br />
Dulu saya bersyukur saya putus dengan mantan dengan anggapan bahwa sesemantan adalah "tukang selingkuh" , namun sejak bertemu mas S, saya bersyukur saya putus dengan mantan untuk alasan yang berbeda.<br />
<br />
Mas S yang bilang, dalam sebuah chattingan dini hari, bahwa jika sesemantan benar-benar orang brengsek, tentunya sudah sejak lama ia akan berselingkuh dari saya. Bukannya butuh waktu 7 tahun. Mas S bilang bahwa mantan memang telah memilih wanita lain untuk jadi istrinya, dan mungkin mantan mencintai sang wanita itu. Sesemantan mungkin berselingkuh dari saya, tapi belum tentu ia berselingkuh dari istrinya. <i>So... </i>untuk pertama kalinya saya jadi kepikiran bahwa ada kemungkinan sesemantan benar-benar mencintai perempuan itu, bukannya ia tukang selingkuh. Kenyataan ini bikin saya lebih ke arah patah hati daripada sakit karena diselingkuhi.<br />
<br />
(Tapi ya ga tau juga sih. Siapa tahu sesemantan beneran<i> asshole. That's probably better!</i>).<br />
<br />
...<br />
<br />
<b>WELL, WE REALLY HAVE A DIFFERENT WORLD...</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj4G0EqSGXgS16DzTWozD560IrdaBBTMEH2g83FKkAM1tDWyQyOl0npyvXU7L622Z1MAyhaCSsUJnqtvAjoSeer7ZROG0MrYyPCeBjK0CFOqynFg1wJmYgZlVwfhiIUhRNq3a3QYSlr7wB/s1600/relationship.005.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj4G0EqSGXgS16DzTWozD560IrdaBBTMEH2g83FKkAM1tDWyQyOl0npyvXU7L622Z1MAyhaCSsUJnqtvAjoSeer7ZROG0MrYyPCeBjK0CFOqynFg1wJmYgZlVwfhiIUhRNq3a3QYSlr7wB/s640/relationship.005.jpeg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<br />
Saat minta putus. mantan pernah bilang bahwa dunia kami telah berbeda. Dahulu saya kira alasan ini mengada-ada dan omong kosong belaka. Namun sejak saya bertemu mas S, saya menyadari bahwa saya dan mantan memang punya dunia yang sudah berbeda. Tapi jelas yang dimaksud dunia yang berbeda bukanlah dia di dunia ghaib saya di dunia nyata....<br />
<br />
Kami dulu memang satu jurusan saat kuliah dan punya selera musik yang sama, tapi itu bukan jaminan kami berdua bakalan punya visi misi hidup yang sama. Dengan berbeda pandangan hidup, beda dunia (saya kerja di bisnis kecil di bidang kreatif, dia kerja di kontraktor minyak), beda idealisme (saya lebih idealis), lalu serangkaian faktor-faktor lainnya... di titik tertentu saya sudah kehilangan <i>interest </i>dengan apa yang ia kerjakan (atau bahkan dirinya pribadi). Saya tidak peduli dengan kerjaan dia.... demikian dengan dia juga tidak peduli dengan apa yang saya kerjakan. Lalu kita pun juga berhenti membicarakan masa depan. (Bahkan mau kawin pun karena "dorongan" dari orangtua).<br />
<br />
Mungkin alasan kami bersama adalah masalah kebiasaan. Dan rupanya butuh "pihak ketiga" untuk menyadarkan hal itu semua.<br />
<br />
Setelah menjalani beberapa bulan dengan mas S, saya tidak hanya menemukan sosok kekasih yang bisa bikin saya jatuh hati, tapi juga partner yang cocok dalam banyak hal. Kami punya idealisme yang kurang lebih mirip, kami berkutat di dunia kerja yang sama, dan kami punya pandangan masa depan yang sama. Kami bahkan punya <i>insecurity </i>yang sama sehingga bisa saling ngasih motivasi. Karena memiliki kesamaan dalam banyak hal, saya bisa appreciate dengan apa yang mas S lakukan di kerjaannya, begitu pula dengannya, bisa memberikan apresiasi atas kerjaan dan hobi saya. Kami bahkan mencoba usaha bersama. Semuanya terasa seperti "click!" "click!" "click" langsung cocok. Saya juga keheranan sendiri bagaimana kami bisa dengan mudahnya "nyambung".<br />
<br />
<i>So yep, mas S is better than my ex.</i> Haha. Mungkin sebenarnya bukan siapa yang lebih baik atau tidak, tapi dalam banyak hal saya bisa lebih cocok dengan mas S. Dan ada 1-2 hal "kelebihan" dari mas S yang bisa lebih saya hargain yang dulu tidak ada di mantan.<br />
<br />
(Tapi entahlah, toh saya kan masih lagi <i>in love phase</i> - karena baru juga jadi pacar beberapa bulan - jadi hormon di kepala ini nampaknya membutakan rasionalitas di kepala!)<br />
<br />
....<br />
<br />
<i><b>So, am I still mad about my ex?</b></i><br />
Marah dan sedih itu masih ada. Jelas.. Terkadang bahkan juga ada motivasi balas dendam yang ingin memamerkan "Well, my life is better than you!". Tapi ya semuanya ga separah dulu lagi. Saya bahkan sudah tidak terlalu peduli lagi.<br />
<br />
Saya ga mau jumawa dengan mengatakan bahwa kehidupan cinta saya sekarang begitu sempurna. Sebagaimana salah satu alasan kenapa hubungan 7 tahun saya bisa berakhir: suatu saat masa-masa indah yang saya rasakan saat ini juga akan menjadi hambar dan mendingin. Dan saya lumayan parno banget bahwa suatu saat itu akan tiba... dan memang akan tiba pada waktunya. Saya pikir dengan siapapun orangnya, masa hambar dan mendingin dalam hubungan itu akan tiba, jadi seenggaknya langkah praktik yang bisa kita lakukan adalah mencari orang yang tepat untuk diajak hambar dan mendingin. Haha.<br />
<br />
<br /></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-72959388062366891522017-07-04T04:10:00.000-07:002017-07-05T05:56:34.646-07:00Story of My Love Life : Jodoh Adalah Kebetulan yang Romantis (Part 3)<div style="text-align: justify;">
Lanjut lagi ya curhatannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melalui <a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2017/06/story-of-my-love-life-jodoh-adalah.html"><b>part 1</b></a> dan <b><a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2017/06/story-of-my-love-life-jodoh-adalah_30.html">part 2</a></b>, saya sudah cerita kalau saya akhirnya punya pasangan (*cieee).<br />
<br />
Sampai detik ini, semuanya rupanya mengalir cukup mudah. Entah bagaimana semesta bisa mempertemukan kami 2 orang yang terpisah jarak dan tidak pernah kenal sama sekali sebelumnya, melalui sebuah aplikasi kencan digital. Padahal awalnya saya ga berniat terlalu serius, sempat skeptis dan pesimis, eeehhh... kok ya bisa jadi. Tuhan memang Maha Humoris dan ahlinya Ironi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapiiiii.... kedekatan dengan mas S sempat bikin saya stress juga sebelumnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>KECEMASAN ASMARA</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy09nPlPTC_MH52PKIuOC5kr-mVRcfLVWVSbIWk8oTxRJEqXecBfcBYkzWBraKIKvYYb7JB6s9RViHUvQPhVEyna158wzEFgNdqlvLyUsXoZC82O77Rjq0sqyorCUwIZLtr9VmgFp-Ou0U/s1600/anxious.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="500" height="576" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy09nPlPTC_MH52PKIuOC5kr-mVRcfLVWVSbIWk8oTxRJEqXecBfcBYkzWBraKIKvYYb7JB6s9RViHUvQPhVEyna158wzEFgNdqlvLyUsXoZC82O77Rjq0sqyorCUwIZLtr9VmgFp-Ou0U/s640/anxious.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apa itu kecemasan asmara? Kecemasan asmara adalah kecemasan mengenai hubungan asmara (*ya iya lah). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Habis putus setelah 7 tahun pacaran bikin saya galau. Saya tahu galaunya saya ini lebay banget, mengingat masih ada orang yang masalahnya lebih parah lagi dari saya. Karena saya tahu perkara asmara ini perkara "ecek-ecek", saya berusaha menertawakan kandasnya hubungan asmara ini dengan ketawa-ketawa dan bersikap santai. Eh, tapi ternyata tetap saja meninggalkan bekas trauma tersendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ditambah lagi, saya ini juga <i>overthinking</i> parah.... dan ini suka bikin saya jadi cemas untuk banyak hal sepele. Saya tahu kecemasan ini yang suka membatasi saya untuk melakukan banyak hal. Saya tahu saya ini aneh. Ingin rasanya kapan-kapan menemui psikolog atau psikiater untuk periksa otak saya ini normal atau enggak. Apakah saya ini mengalami gejala <i>anxiety disorder</i> atau enggak. (Sejauh analisa saya, saya ini introvert, suka cemas, penakut, melankolis, submisif, kurang percaya diri, <i>overthinking,</i> suka stress di tengah keramaian dengan orang-orang yang tidak terlalu saya kenal.... intinya satu hal yang bisa bikin saya bertahan cuma selera humor saya). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu awal dekat dengan mas S saya kepikiran macem-macem (berhubung saya sudah baper). Jangan-jangan doi <i>player</i>. Jangan-jangan doi cuma cari cewek buat ditidurin. Jangan-jangan kita ini ga cocok. Jangan-jangan <i>chemistry</i> kita ini ga <i>real</i>. Jangan-jangan dia cuma pengen main-main. Jangan-jangan dia <i>psycho</i>. Jangan-jangan dia cuma iseng. Jangan-jangan kita ini ga satu frekuensi. Jangan-jangan saya dikibulin. Jangan-jangan lama-lama dia akan melihat keburukan saya, trus kabur. Jangan-jangan saya tidak cukup baik untuk dia atau lama-lama saya yang <i>ilfil </i>sama dia. Ya hal-hal se<i>random</i> itu lah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lebay sih. Saya tahu. Tapi pikiran-pikiran jahanam itu tetap saja merasuki otak saya sampai saya pusing sendiri. Saya sampai kewalahan.<br />
<br />
Masa awal dekat dengan mas S disertai gejala tubuh yang <i>clearly </i>mengindikasikan bahwa saya stress: susah tidur dan sembelit. Selama beberapa hari saya baru bisa tidur mendekati tengah malam, lalu dalam 4 jam kemudian saya sudah bangun dengan hati berdebar-debar dan nggak bisa tidur lagi. Ini adalah gejala tidak normal mengingat semua orang yang mengenal saya tahu bahwa saya ini hobinya tidur. Selain itu saya juga sampai sembelit, dan untuk pertama kalinya sampai perlu minum obat pencahar dulcolax. Rasanya ternyata ga enak banget di perut pas waktunya mules-mules... walaupun kelegaan setelahnya sangat menyenangkan dan bikin hidup indah lagi. Haha. Thankyou Dulcolax! (*skalian promosi)<br />
<br />
<b>RELATIONSHIP'S CLOSURE</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFwdTTY0CEhu0duxN145MWNqIqBYV52h4FRwa0Kwip2y2jNtQNPFxTcqK5cu0A4K8zercQVOA_8_CMTxEPLldHg_FdT2rJJf36WYyC1OuutKVH66PuBpmOqRSO6OPdaq5EJEdRXkNL1reR/s1600/eternal+sunshine+of+the+spotless+mind+quote.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="276" data-original-width="500" height="352" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFwdTTY0CEhu0duxN145MWNqIqBYV52h4FRwa0Kwip2y2jNtQNPFxTcqK5cu0A4K8zercQVOA_8_CMTxEPLldHg_FdT2rJJf36WYyC1OuutKVH66PuBpmOqRSO6OPdaq5EJEdRXkNL1reR/s640/eternal+sunshine+of+the+spotless+mind+quote.png" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<br />
Saya tahu stress saya itu salah satunya disebabkan oleh trauma hubungan sebelumnya. <i>Err.. it's such a long story,</i> mungkin suatu hari saya bakal bikin edisi curhatan saya tentang ini... Yang jelas pas putus ini bikin saya agak curigaan sama lelaki, setelah sebelumnya saya tipe pacar yang sama sekali cuek dan ga posesif (eh ternyata sedikit posesif itu penting).<br />
<br />
Saya selalu berpikir bahwa setiap hubungan percintaan (baik dalam term "jadian" atau sekedar gebetan) harus punya semacam<i> <b>closure </b></i>yang <i>clear </i>dan<i> finished </i>supaya bisa memulai hubungan baru dengan baik. Tanpa adanya <i>closure</i> yang baik, maka <i>baggage</i> dari romansa percintaanmu di masa lalu bisa mempengaruhi hubunganmu selanjutnya. Apalagi <i>closure</i> putus cinta yang penyebabnya berakhir "belum tuntas", contohnya karena hal-hal seperti beda agama, tidak direstui orangtua, atau perkara cinta ga kesampaian. Duh, rawan kebawa terus ga bisa <i>move on</i> sampe mati...<i> (I know a man who is still dreaming about his first love in high school, 35 years later....). </i><br />
<i><br /></i>
<i>Closure</i> saya untuk hubungan terakhir saya adalah: sesemantan ternyata bukan lelaki yang baik. Saya kira <i>closure</i> ini merupakan sebuah<i> closure</i> yang baik karena saya tidak akan berpikiran untuk kembali dengan mantan (lagian ga bisa juga balikan) atau saya juga tidak akan menangisi kepergiannya dengan hati yang masih mencintai. <i>He's just my past. He's an asshole. I don't love him anymore. </i><br />
<br />
<i>Closure</i> ini memang mengakhiri perasaan saya. Tapi rupanya... <i>closure</i> semacam itu justru menjadikan saya sangat pesimis dan memandang bahwa kebanyakan laki-laki tabiatnya tukang selingkuh atau monogami itu bukan "fitrah natural" manusia. Itulah yang bikin saya stress dan mengira-ngira bahwa mas S mungkin adalah salah satu lelaki yang demikian. <i>Closure </i>yang saya kira cukup baik itu justru memenjarakan saya pada prasangka yang tidak membebaskan saya untuk memulai hubungan yang baru.<br />
<br />
Sampai kemudian, saya mendapatkan petunjuk<i> closure</i> yang membebaskan saya. Menariknya, hal itu justru saya dapatnya dari mas S.<br />
<br />
Apa itu? Rahasia. Haha.<br />
<br />
<i>The point is, this closure helps me a lot to start my new relationship with different perspective. </i>Walau berat, saya tidak lagi menyalahkan mantan untuk <i>ending</i> hubungan kami yang buruk. Saya bahkan bisa menerima bahwa<i> ending </i>hubungan saya yang buruk separuhnya adalah karena kesalahan saya. Saya pun bersyukur bahwa <i>closure</i> ini saya dapatkan dari mas S yang secara terbuka memberikan pandangan baru buat saya. Sejak mendapatkan pencerahan ini, saya sudah tidak terlalu sering ngebahas mantan lagi. Tapi... saya malah kepikirannya mantannya mas S dan ini bikin saya <i>jealous-jealous </i>sendiri. Haha.<br />
<br />
Memang kadang paranoid dan kecemasan saya masih ada, apalagi kalo pas waktunya rindu dan PMS. Tapi saya bersyukur mas S setidaknya masih bisa nge-<i>handle</i> saya di waktu-waktu seperti itu. Saya sendiri juga berupaya untuk melihat setiap "keparnoan" saya dengan serasional mungkin sehingga tidak membuat saya sampai obsesif terlalu parah. Saya juga berusaha untuk terbuka dan langsung <i>straight to the point</i> bilang mengenai kecemasan saya ke mas S supaya dia tahu dan nggak menebak-nebak. Saya tahu otak laki-laki dan perempuan berbeda, dan saya terlalu "tua" untuk bermain ngambek-ngambekan dan membiarkan lelaki harus menebak isi pikiran saya.<br />
<br />
<b>SO LOVE IS REALLY THAT WONDERFUL</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1nDIu5th22WelKwDHhVch4Wo6EHe5BK68PHR7dlpalDCL4P0e12q1WjU_DDkExP1BwDPlKbcf7tLCXDWRtM7ES6xxo-MkypYqpytGwTl7Ne51ZHiowr6XuVF4eiK1JeOBauq5cRhT8ulU/s1600/500-days-of-summer-hall-and-oates.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="313" data-original-width="750" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1nDIu5th22WelKwDHhVch4Wo6EHe5BK68PHR7dlpalDCL4P0e12q1WjU_DDkExP1BwDPlKbcf7tLCXDWRtM7ES6xxo-MkypYqpytGwTl7Ne51ZHiowr6XuVF4eiK1JeOBauq5cRhT8ulU/s640/500-days-of-summer-hall-and-oates.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Cinta adalah salah satu inspirasi paling besar dalam hidup manusia. Cinta mungkin bisa bikin cemburu buta macam suami membunuh istrinya karena sang istri ketahuan selingkuh (serem amat ya), tapi cinta juga bisa menghasilkan musik dan puisi indah. Cinta juga bisa bikin saya yang suka berlagak <i>cool </i>jadi nulis tulisan alay macam begini. <i>And yes, love is really a wonderful feelin..</i><br />
<br />
Terakhir saya jatuh cinta mungkin... 8 tahun lalu. Fase lama sama mantan bisa dibilang sudah bukan jatuh cinta, tapi lebih ke tahap yang sering orang sebut <i>attachment</i>. Jatuh cintanya itu sendiri, terjadi di awal-awal hubungan. Jatuh cinta adalah fase paling menyenangkan.... itulah kenapa orang suka<i> flirting </i>dan bilang bahwa masa pendekatan adalah masa paling indah dari setiap hubungan. Dan saya sedang menikmati dan merasakan indahnya jatuh cinta.<br />
<br />
<i>Sometimes this feelin make me overwhelmed</i>. <i>The first met.. the first touch.. the first I love you.. the first date... the first kiss.. </i>Seperti rekaman rusak yang saya putar-putar dalam kepala sambil mengenang saat-saat menyenangkan itu. Cinta seperti bisa bikin saya menari gembira tanpa peduli apa pendapat orang lain. Oh, semuanya kini terdengar seperti lagu cinta.<br />
<br />
Oh, rupanya jatuh cinta memang sememabukkan itu.<br />
<br />
<i>This dopamine level makes me crazy. </i><br />
<br />
(Saya kadang bersyukur saya bisa punya sisi emosional khas wanita yang membuat rasionalitas saya sesekali mengabur.... sehingga saya bisa menikmati perasaan menyenangkan ini. Saya tidak butuh <i>drugs </i>atau rokok. Saya cuma butuh jatuh cinta!)<br />
<br />
<b>LOVE IS BLIND</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg24S1KPoYIixJbYFHPesaD_DZLMdLFiAimfY7L23a7aekufksTSJ04UuZynrcOdHuNGJnsNzkc0tGt37jLkjto9E9V09cXfy_Qz53Wp5Bv1GAzmUw3M4HWDvSPnMyjc2i93eYDuccL85Rw/s1600/blind+love.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="666" data-original-width="1000" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg24S1KPoYIixJbYFHPesaD_DZLMdLFiAimfY7L23a7aekufksTSJ04UuZynrcOdHuNGJnsNzkc0tGt37jLkjto9E9V09cXfy_Qz53Wp5Bv1GAzmUw3M4HWDvSPnMyjc2i93eYDuccL85Rw/s640/blind+love.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<br />
Saya tahu pasti bahwa idiom "tahi kucing rasa coklat" atau "jatuh cinta membuatmu buta" itu benar adanya. Entah bagaimana hormon-hormon di otak yang disebut cinta ini bisa mengacaukan pemikiran rasionalitasmu sehingga membuatmu "berhalusinasi" dalam kebahagiaan yang menyenangkan. Euforia cinta!<br />
<br />
Saya suka ngelamun sambil mikir, rupanya apa yang kita ketahui bisa sebegitu berbedanya dengan apa yang kita rasakan. Contohnya: saya tahu ilusi "cinta" ini tidak benar-benar nyata, namun saya merasakannya dan perasaan ini indah dan nyata. Dalam sikon yang terburuk: ada orang yang tahu bahwa pasangannya bukanlah lelaki yang baik, tapi dia <i>denial</i> dan dan tetap mencintainya. Cinta bisa semembutakan dan sebodoh itu. Cinta bisa membuatmu jadi seorang masokis!<br />
<br />
Di mata saya sosok mas S sejauh ini cukup sempurna. <i>He is a nice, sweet, and sensitive guy. Kind of guy that easily make me fallin in love. </i>Dia sederhana, ga neko-neko, sama sekali ga pernah ngomong sok <i>keminter </i>(sebagaimana beberapa lelaki yang seringnya <i>bragging</i> tentang dirinya), saya suka karena dia bisa menertawakan dirinya sendiri, perhatian, dan dia bisa memahami saya dengan baik. Dia menghargai apa yang saya lakukan dan bisa meng-<i>encourage </i>saya saat saya lagi <i>down </i>dan butuh semangat. Kami punya perbedaan pandangan soal hal yang cukup prinsipil, tapi dia ga pernah maksa saya atau merubah saya untuk berpikiran sama dengannya. Saya ngerti dia punya beberapa kelemahan, tapi itu tidak menjadikannya sesuatu yang menghalangi saya untuk sayang sama doi.<br />
<br />
Yang saya sukai dari hubungan ini adalah setidaknya untuk saat ini kami berdua punya visi yang sama. Saya tidak mendambakan hidup berkeluarga dalam kesuksesan yang bergelimangan harta... saya hanya ingin hidup bahagia. Begitu pula dengan dirinya. Saya mungkin sering bilang: gambaran surga buat saya adalah bersantai di rumah bersama keluarga. Sesekali bertengkar rebutan channel televisi atau makanan. Menghabiskan waktu bersama pasangan dengan ngobrol sambil bercanda. Kadang pergi keluar bersama teman-teman dekat. Tertawa untuk hal-hal sepele dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh kami. Hal-hal sesederhana semacam itu. (Terutama apalagi ketika kamu telah mengetahui sedihnya kehilangan salah satu orang yang kamu cintai, maka gambaran surga hanyalah cukup berkumpul dengannya).<br />
<br />
Kami juga punya visi yang serupa tentang cara kami menikmati hidup, dengan kesederhanaan dan idealisme kreativitas kami. <i>It's important for me. And I'm glad i found someone that want to share and work on his vision with me. </i><br />
<i><br /></i>
Tapi lalu terkadang ini membuat saya berpikir:<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>Apakah saya mencintanya karena dia baik, atau dia terlihat baik di mata saya karena saya mencintainya?</i></blockquote>
Hey, rupanya sebab-akibat bisa kebalik-balik seperti ini.<br />
<b><br /></b>
<b>JATUH CINTA ADA MASA KADALUWARSANYA</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0stRbbckR7DIWdmeTe7twjxj4HUSli9wUE-1CA0RcCfTjfhCMMcAlI_Lkqqr_laVdyfb3OMbSfQkTzdLU6Wc-UDIWr15sh3p3GxaUbEVRk5lQrCI6r9h7DHKTMJgBJ4lWM6uVbzfMaNuB/s1600/blue+valentine.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1200" height="384" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0stRbbckR7DIWdmeTe7twjxj4HUSli9wUE-1CA0RcCfTjfhCMMcAlI_Lkqqr_laVdyfb3OMbSfQkTzdLU6Wc-UDIWr15sh3p3GxaUbEVRk5lQrCI6r9h7DHKTMJgBJ4lWM6uVbzfMaNuB/s640/blue+valentine.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Blue Valentine - film yang menunjukkan bahwa hubungan cinta bisa berakhir biarpun elu kawin ama cowok seganteng Ryan Gosling!</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tapi saya juga tahu persis bahwa jatuh cinta ada masa kadaluwarsanya. Kalo <i>scientist</i> bilang, fase <i>in love </i>cuma bisa bertahan maksimal 3 tahun. Saya menyalahkan kemampuan adaptasi manusia yang menyebabkan fase jatuh cinta itu tidak abadi. Seandainya abadi dan manusia bisa puas dengan monogami, maka hidup akan jauh lebih mudah dan damai. <i>Life will be less drama.</i><br />
<br />
Jadi, saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Satu hal yang jelas, euforia jatuh cinta ini suatu saat akan pudar. Namun <i>attachment </i>harus kuat dibangun supaya kami bisa merasa nyaman dan damai dalam hubungan monogami ini. Saya harus bersiap menghadapi segala "kelucuan" dan "kegemasan" yang muncul di fase <i>in love </i>akan berubah menjadi sesuatu yang <i>"annoying"</i> ketika fase <i>in love</i> ini berakhir. Demikian dengan mas S, harus bersiap menghadapi bahwa saya mungkin akan sangat menyebalkan di masa depan.<br />
<br />
Saya berusaha bersikap realistis. Saya harus bersiap diri bahwa akan ada kemungkinan terburuk di dalam setiap hubungan. Seperti lagu Jatuh Bangun : <i>"Percuma saja berlayar kalau kau takut gelombang, percuma saja bercinta kalau kau takut sengsara....". </i>Namanya jatuh cinta, resiko ditanggung penumpang.<br />
<i><br /></i>
<i>And I know for sure that there is no perfect relationship.</i> Termasuk di hubungan saya dan mas S yang masih <i>anget-anget </i>ini. Kalaupun saat ini semuanya terasa mudah dan sempurna, itu karena kami lagi fase <i>in love</i> aja jadi semuanya memenuhi idiom "tahi kucing rasa coklat" itu tadi. Dari awal saya udah was-was bahwa semuanya tidak mungkin akan semudah ini... sehingga saya ketar-ketir sendiri nungguin batu sandungan di hubungan kami.<br />
<br />
<i>Oh yes, </i>dan memang akhirnya nemu juga ada beberapa masalah dalam hubungan kami. Kami berdua sama-sama tahu, tapi berhubung masih di fase <i>in love</i>.. jadinya masalah ini nggak dibahas terlalu serius. Hahaha...<br />
<i><br /></i>
....<br />
<br />
Kami nggak bisa bisa menebak masa depan kami akan seperti apa. Bisa jadi kami berakhir seperti film <i>romantic-comedy</i> (yang endingnya <i>happy</i>), atau film romantis ala film indie (yang endingnya seringnya pahit dan apes). Mungkin di masa depan visi kami tidak lagi sama, mungkin perasaan ini tidak lagi sama, siapa yang tahu? ... well, ada banyak kemungkinan-kemungkinan di kepala saya yang super pesimis ini. Saya bersyukur mas S orangnya lebih optimis dari saya.. sehingga ada penyeimbang dalam hubungan ini.. haha.<br />
<br />
Tapi saya juga percaya yang namanya cinta itu bisa dipelihara kok. Apalagi kalau cinta itu pernah ada. Biarpun mungkin butuh drama dan usaha kerja keras, kalo keduanya mau sama-sama berjuang, maka <i>ending</i> ala film <i>romantic-comedy </i>harusnya bisa dicapai....<br />
<br />
Hey, tapi siapa yang bisa menebak masa depan?<br />
<br /></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-38833753939216759132017-06-30T08:58:00.002-07:002017-06-30T18:20:52.617-07:00Story of My Love Life: Jodoh Adalah Kebetulan yang Romantis (Part 2)<div style="text-align: justify;">
Ini adalah lanjutan postingan curhat sebelumnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kronologi nasib saya yang saya tulis sebelumnya di <b><a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2017/06/story-of-my-love-life-jodoh-adalah.html">Part 1</a></b> adalah kira-kira sebagai berikut : <b style="font-style: italic;">patah hati - galau - 2 tahun kemudian - main Tinder - kenalan sama mas S - intens chattingan - </b>(Kisah cinta saya emang biasa aja kok, sayanya aja yang sok dramatis). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>LALU SEMESTA MEMPERTEMUKAN KAMI...</b><br />
<b><br /></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8B-7gRderKihyphenhyphenAlLja6dkxqe3J0bxxZ8sBFDDOmZLLOpB-xdyIS4AFl31XDHh15xKVtIA2dYKicEWoStraAYIA69mG6rfxZaFN1rDSLEHR92nu06kypNHAgPOwXD9fYPxWxU0jByNezZG/s1600/5182642-if-its-meant-to-be-it-will-be.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="332" data-original-width="500" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8B-7gRderKihyphenhyphenAlLja6dkxqe3J0bxxZ8sBFDDOmZLLOpB-xdyIS4AFl31XDHh15xKVtIA2dYKicEWoStraAYIA69mG6rfxZaFN1rDSLEHR92nu06kypNHAgPOwXD9fYPxWxU0jByNezZG/s640/5182642-if-its-meant-to-be-it-will-be.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Judulnya lebay ya. Biarin. Supaya romantis. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah intens chattingan setiap hari selama 3 minggu dan saya udah mulai baper, tibalah saya pada fakta menyedihkan: kami terpisah jarak 200 km. Mas S hidup di Boyolali, sementara saya di Surabaya. Ya 200 km ga jauh sih, cuma kan kita ini sebatas 2 orang asing yang kebetulan ketemu lewat aplikasi <i>online dating.</i> Membuang waktu dan uang demi berjumpa dengan orang asing tentu adalah perkara serius.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>But hey,</i> kemudian sebuah kebetulan terjadi. Saya masih tetap tidak percaya takdir, tapi rasa-rasanya semesta melakukan suatu kebetulan yang membuat semua jadi terasa lebih mudah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua orangtua saya mengajak ke Purwokerto, karena Budhe saya yang di sana saat itu sakit. Ayah saya lalu berencana pulangnya mampir ke Solo, sekalian <i>nyekar</i> karena makam kakek nenek saya ada di Solo. Lha.... kok kebetulan banget. Janjianlah saya dan mas S untuk berjumpa di Solo. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>INTERMEZZO : BAGAIMANA ORANGTUA SAYA IKUTAN "KETEMU" MAS S</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, saya ini kan anak mami-papi banget. Mana anak rumahan pula. Udah gitu apa-apa saya sering cerita ke Ibu saya, termasuk tentang nasib percintaan saya sebelumnya yang apes. Tapi sejak saya kenal mas S ini saya nggak berani cerita banyak ke Ibu saya. Paling cuma sekedar cerita ada cowok ngajak chattingan yang dikenal lewat Tinder yang kok ya sepintas mirip mantan. Trus saya nggak cerita lanjutannya lagi (bahwa saya intens chattingan sampai 3 minggu dan uda baper). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa saya nggak cerita banyak? Pertama, karena saya malu (wakakaka). Kedua, karena saya nggak mau cerita banyak dahulu karena emang cerita saya sama mas S belum jelas. Lha ini kan baru sebatas chatting-chattingan doank. Setelah sebelumnya gagal kawin otomatis saya juga ga pengen buru-buru mengenalkan cowok yang sayanya sendiri belum sreg ke orangtua saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Trus saya panik sendiri gimana caranya mengelabui kedua orang tua saya untuk bisa "kabur" ketemu mas S pas di Solo. Saya karang-karang lah alasan "mau ketemu temen ngobrolin bisnis". <i>Bullshit </i>banget ga sih. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pas sampai di Solo eh kok ya kepo banget papa saya tanya-tanya, "Lha kamu ada teman di Solo? Teman apa? Kenal dimana? Kok bisa kerja di Solo? Teman kuliah? Teman SMA? Ngomongin bisnis apa?".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buset.... nanyanya udah kayak interograsi<i>.</i> Saya <i>gelagepan</i> ngarang cerita, "Temannya teman, Pa. Kerja bisnis undangan nikahan di Solo......". Sebenarnya ceritanya masuk akal sih, cuma sayanya aja yang ga pinter boong karena muka sudah pucat pasi dan intonasi suara mencurigakan. Jadi kayaknya orangtua saya agak ga percaya, cuma keduanya ga bilang apa-apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya sampai di hotel. Janjian ketemuan jam setengah 7 tapi jam 5 saya udah mandi. Udah gitu mandinya lama dan dilanjutkan dengan dandan. Definisi dandan bagi saya sebenarnya emang cuma pake BB cream, pensil alis, dan lipstik. Udah gitu doank, tapi itu udah dandan banget buat saya. Pake atasan dan celana hitam, jangan lupa semprot minyak wangi. Udah kelar dandan, tapi tetap bolak-balik ngaca...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kayaknya di sinilah papa mama saya sudah curiga. Mau ngomongin bisnis kok dandannya heboh bener. Aslinya papa saya lagi santai tidur-tiduran, trus tiba-tiba entah kenapa langsung bangkit semangat untuk mandi sambil ngajak turun ke mall bareng (saya janjian ketemuan di mall yang jadi satu dengan hotel yang saya inapi). Mama saya bilang, "Papa kamu kepikiran tuh kamu ketemu orang asing di Solo,".</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>OHMYGOD.</i> Lebay banget ya emang orangtua saya <i>ya Allah.</i>.... ya kalik dipikirnya anaknya mau diculik atau diajak <i>check in. </i>Tapi akhirnya, saya ngaku kalo mau ketemu sama cowok kenalan dari Tinder. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pas turun ke mall dan saya janjian ketemu sama mas S di satu titik lokasi, saya berpisah dengan orangtua saya. Udah berasa lega nih ga dikepoin orangtua. Akhirnya ketemu mas S, lantas kita turun eskalator. Eh kok ya dari jauh saya ngelihat orangtua saya lagi di depan pameran mobil lihat-lihat barang. Langsung saya panik dan mengarahkan langkah kita berdua menjauhi orangtua saya. Kan <i>awkward</i> banget kalik kalo sampe ketemu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan penuh pertyimbangan strategis saya sengaja pilih makan di tempat yang nyempil pojokan, di Solaria, dan pilih area <i>smoking</i> (kebetulan mas S ngerokok). Huuufff... udah lega nih ga bakal ketemu orangtua. Sampe akhirnya... nampaklah kedua orangtua saya jalan ke arah saya (saya makan di area dekat pintu keluar-masuk mall yang berlawanan arah dengan pintu arah ke hotel). O-oh. Saya ga bisa apa-apa karena otomatis orangtua saya pasti akan jalan berpapasan dan ngelihat anak perempuannya lagi kopdar sama cowok. Lantas untuk mengatasi kecanggungan yang terjadi saya pun melambai-lambai pasrah. <i>DAMN YOU STUPID NARROW MALL!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untungnya orangtua saya tahu diri. Konyolnya ternyata orangtua saya justru lebih salahtingkah dari saya. Langsung kedua orangtua saya berlagak mau jalan ke arah berlawanan (mama saya keliatan banget <i>gelagepan </i>sampe nabrak langkah papa saya) sambil diam-diam mencuri pandang dan ngapalin muka mas S. Astaga, demi apa saya punya orangtua begini.... </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Okay... Skip skip. Next! </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>THE FIRST WE MET</b><br />
<b><br /></b>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcxysvi7FTS9aeGkKWJiZd1WEuWoUwsjLN8l-1211J42MdcPAKgKhTd_8c-i-gYEWuR3O0XXvpmNXfCBVpSKOCrFDji51TFAoWs_FOX_bpGFME41hNvknj-D5TYyxwjecnpg5vT8fu-l9w/s1600/awkward+first+date.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="432" data-original-width="700" height="394" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcxysvi7FTS9aeGkKWJiZd1WEuWoUwsjLN8l-1211J42MdcPAKgKhTd_8c-i-gYEWuR3O0XXvpmNXfCBVpSKOCrFDji51TFAoWs_FOX_bpGFME41hNvknj-D5TYyxwjecnpg5vT8fu-l9w/s640/awkward+first+date.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>It was an awkward first date...</i></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin kamu membayangkan bahwa pertemuan pertama kami akan jadi sebuah cerita yang romantis. Saya akhirnya bertemu dengannya, ia menyapa dengan hangat, kami bertatapan mata, dan seketika hati kecil saya langsung berbisik, <i>"He is the one!"</i>. Lalu kami mengobrol dengan asyik sampai lupa waktu.... Berasa kayak Jesse dan Celine di film Before Sunrise. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Nope.</i> Pertemuan pertama kami... <i>awkward</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah janjian di satu titik, akhirnya kami bertemu juga. Doi pakai jaket jeans dan celana jeans. Kami bersalaman kaku. Saling sapa basa-basi, <i>"Eh akhirnya ketemu juga..."</i>. Setelah itu kami cari makan di Solaria. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jujur, mas S agak berbeda dengan yang saya perkirakan. Ya inilah namanya kopdar sama kenalan dari dunia maya ya. Pasti ada aja yang kesannya berbeda dari yang diperkirakan. Saya masih berusaha mencerna dan menyatukan mas S yang saya kenal di Line dan yang akhirnya saya temui di dunia nyata. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya kira semuanya akan mengalir lancar dan romantis, tapi yang ada saya <i>blank</i>. Waktu makan di Solaria saya beneran <i>error </i>sampai diajak ngomong nggak berani menatap mata mas S (kaku banget ga sih). Udah gitu sepupu saya yang saya kasih tahu kalo saya mau ketemuan sama cowok dari Tinder bolak balik whatsapp saya, "Elu aman kan? Elu jangan mau diajak keluar ya! Ga usah nonton ntar elu digrepe-grepe!". Ya, separno itu emang sepupu saya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selama duduk makan Solaria kerasa banget bahwa saya nggak bisa santai. Mana duduknya di tempat yang agak remang sehingga mata saya yang minusnya tinggi ini ngerasa nggak nyaman. Tapi mas S baik banget, berusaha ngobrol ngajak basa-basi soal kerjaan, soal keluarga, cerita X-Men (ternyata doi maniak komik2 begini). Saya kemudian juga mencoba bercanda ngrasanin ABG gaul yang berseliweran dan pasangan yang kayaknya lagi berantem di meja sebelah. Tapi <i>overall, </i>pas makan di Solaria itu kerasa banget canggungnya (terutama saya). Si doi kayaknya lebih kalem dan santai sambil ngisep rokok. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aneh juga bahwa orang yang kayaknya sudah akrab di dunia maya tapi ternyata pas di dunia nyata bisa sekaku ini. Rada garing sih. Tapi ga mungkin juga saya langsung mengambil kesimpulan cepat kalau "saya dan dia nggak cocok" dari satu jam awal pertemuan. Lalu saya pun ajak doi jalan-jalan muter-muter di dalam mall. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pas jalan-jalan inilah semua terasa lebih santai walaupun kita juga ga ngobrol banyak. Berasa kayak orang pacaran dimana ceweknya masuk toko baju trus cowoknya ngikutin sambil males-malesan. Haha. Trus kita akhirnya duduk-duduk di area teras mall. Ngobrol santai dan <i>random</i> (lupa juga sih ngobrol apa aja). Suasana jadi lebih cair. Sampai kemudian mama saya ngewhatsapp, "Ga balik hotel nduk? Masih betah?'</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
O-oh. Anak mami dicariin emaknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhasil kemudian saya pamitan sama mas S...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Errr... pertemuan pertama itu sama sekali jauh dari sempurna. Kirain bakal "klik-klik" kayak di film-film romantis (Ya Allah kayaknya saya emang overdosis film romantis kok!). Pas balik hotel sambil mikir-mikir.. yang saya rasakan adalah <i>mixed feeling.</i> Sejujurnya ada beberapa yang bikin saya <i>down</i>, tapi di lain sisi entah bagaimana ada kesan manis juga yang tertinggal. Ketika akhirnya saya disuruh balik mama saya, saya merasakan sedikit kekecewaan karena harus mengakhiri 3 jam pertemuan kami. Saya berharap masih bisa ngobrol lebih banyak lagi. Apalagi selama 1,5 jam pertama saya cuma bisa bengong kayak orang bodoh. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan oh ya.... saya menyukai bau parfum yang digunakan mas S. Sampai beberapa hari saya mengingat bau parfumnya. Ini tentu adalah satu tanda positif.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pas pertemuan itu kami juga ga sengaja bertemu dengan 2 teman mas S. Otomatis 2 teman mas S ini langsung menyapa saya yang mungkin mereka kira saya ini pacar/teman mas S. Bukannya canggung dan ogah-ogahan, saya malah menyapa balik dengan hangat. Kayak sok kenal. Haha. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>So that's it. Our first met is not perfect. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>OUR CHEMISTRY IS STILL THERE...</b><br />
<b><br /></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit7wQwKzyZ6OeTM5XmZ0HcU4y_GatjpQ3r6weBCSmmfikmbbXiGVdv-Q-UcGVmgfumvNoK7lLRjWvo1lAzrfLfznqjQqTvrbBlwNEJBMVpMN0x-rvhKrTVAooGCYnZOmqkFC83c1RTsmHR/s1600/texting.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="556" data-original-width="840" height="422" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEit7wQwKzyZ6OeTM5XmZ0HcU4y_GatjpQ3r6weBCSmmfikmbbXiGVdv-Q-UcGVmgfumvNoK7lLRjWvo1lAzrfLfznqjQqTvrbBlwNEJBMVpMN0x-rvhKrTVAooGCYnZOmqkFC83c1RTsmHR/s640/texting.png" width="640" /></a></div>
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin kita sudah sering dengar tentang dua orang yang bertemu di dunia maya, lalu bisa cocok saat chatting-chattingan, namun ketika kopdar ternyata <i>zonk</i>, atau chemistrynya ga nyambung, atau ternyata penampilannya tidak sesuai dengan ekspektasi. Lalu setelah kopdar pelan-pelan akhirnya menjauh...<br />
<br />
Habis ketemu mas S perasaan saya campur aduk. Bingung. Ada satu-dua hal yang saya temukan yang membuat saya harus berpikir lebih jauh. Ada satu-dua hal sepele yang juga sedikit bikin saya sedikit down. Tapi di lain sisi.... saya juga menikmati pertemuan sebentar itu. Bahkan ketika akhirnya saya harus balik hotel, ada perasaan saya mengharapkan bisa ngobrol lebih lama....<br />
<br />
Setelah pertemuan pertama itu kami ternyata masih tetap intens komunikasi. Awalnya kayaknya kita berdua berusaha "sopan" untuk tidak langsung ngilang. Tapi ternyata kok ya komunikasinya tetap berlanjut. Konyolnya, kami malah membahas pertemuan kami yang canggung plus nanggung itu dan saling menertawakan segala ketidaksempurnaan di pertemuan itu. Termasuk momen ke-<i>gep</i> orangtua saya.<br />
<br />
Itulah yang saya sukai dari mas S. Kami bisa sama-sama terbuka dan menertawakan diri sendiri. Selera humor yang baik dimulai dari bisa menertawakan diri sendiri...<br />
<br />
Err.. ngomong-ngomong. Mau tahu nggak apa satu hal yang sempat bikin saya <i>down</i> saat pertama kali ketemu? Aksen medok doi kental banget! Haha. Saya juga medok banget, tapi medok Surabaya di telinga saya terasa lebih keren (padahal enggak juga), sementara medok Jawa Tengah doi suka bikin saya pengen ketawa. Saya tentu nggak ngomong ini ke dia karena takut dia tersinggung. Tapi pada satu momen saya ga tahan sehingga saya bilang ada sesuatu yang bikin saya sedikit ilfil pas ketemu dia. Cuma saya nggak bilang apa itu. Eh.... dianya juga nyahut, bahwa dia juga agak kaget bahwa suara saya ternyata juga...... <i>cempreng</i>. (Kami memang ga pernah telpon-telponan. Sebagai 2 orang introvert, telpon-telponan itu agak..... aneh).<br />
<br />
Langsung donk saya ngakak. LEGA. Saya bilang kalau saya juga ngerasa aneh dengan suara dan aksen dia, dan alhasil dia juga ketawa tanpa tersinggung. Hal itu malah bisa bikin kita ketawa bareng.<br />
<br />
<b>THE FIRST I LOVE YOU</b><br />
<b><br /></b>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcqei6ohyphenhyphentYmvA6U2PQ__moq6cITXEIP63LQDCf3BtNProI6KuptFJNdLFslXM4V_VVOqawljSYLTmhnDUIwTVslqUE2FsZxlmELcyOADXtG3Rr2f0VWKnyRZpcSBP-xcv2d_GEiEH_-ao/s1600/i+love+you.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1600" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcqei6ohyphenhyphentYmvA6U2PQ__moq6cITXEIP63LQDCf3BtNProI6KuptFJNdLFslXM4V_VVOqawljSYLTmhnDUIwTVslqUE2FsZxlmELcyOADXtG3Rr2f0VWKnyRZpcSBP-xcv2d_GEiEH_-ao/s640/i+love+you.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<br />
Singkat cerita ya, setelah pertemuan pertama dan komunikasi lebih intens, kami berdua sama-sama baper (apa jangan-jangan cuma saya doank yang baper?). Tapi kami berusaha <i>woles</i> dulu. Karena ya kan <i>freak</i> banget kalik baru ketemu sekali tiba-tiba udah ngajak serius. <i>So we arranged a plan to meet again... </i><br />
<br />
Dengan jarak yang lumayan jauh, kami akhirnya sempat ketemu 2 kali. Pertemuan kedua dan ketiga itu jelas ga se-zonk pertemuan pertama. Malah tiba-tiba semuanya terasa ngalir dan natural.... Pada pertemuan kedua dan ketiga ini lah baru berasa kayak film-film romantis dimana <i>"chemistry"</i>-nya dapet.<br />
<br />
<i>And then next.... he said for the first time: "I Love You"</i>. Spontan. Pas kita habis berantem ga penting. 2 bulan setelah kita berkenalan.<br />
<br />
<i>So I said it too... "I love you too..."</i><br />
<br />
Basi ya. <i>Babah. </i>Hahaha...<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ga ada kata-kata "Jadian yuk,". Tapi saya yang <i>overthinking</i> besok-besok ngecek status hubungan ini apaan dengan lagak sok cuek tapi ngetes, "Kita ini emang pacaran ya?". Syukur aja deh doi bilang, "Iya lah!".<br />
<br />
....<br />
<br />
Maka kesimpulannya, akhirnya saya mengakhiri kekeringan tanpa asmara selama hampir 2 tahun. Akhirnya.... bisa nulis status "In a Relationship" di <i>facebook</i>.... hahaha<br />
<br />
Kalau dipikir-pikir, lucu juga ketika sebelumnya saya begitu pesimisnya dengan hubungan cinta dan lelaki (walaupun dalam hati saya tetap mendambakan yang romantis-romantis), tapi saya ternyata cuma butuh waktu sebentar dalam perkenalan untuk akhirnya merasa cocok dan mengiyakan menjalin hubungan baru. Semuanya terasa mudah, dan seolah-olah semesta (dan Tuhan) memberkati. Saya tahu ini semua adalah kebetulan, tapi ini adalah kebetulan yang sangat ...... romantis.<br />
<br />
Dan ya memang benar.... jatuh cinta memang seindah itu. Pantes patah hati rasanya kayak sakaw karena jatuh cinta memang seadiksi ini. Kini semua hal terdengar seperti balada lagu cinta dan saya seperti merasa ingin bernyanyi untuk merayakannya..... Saya kebanjiran dopamin.<br />
<br />
Emhhh....<br />
<br />
Tapi ngomong-ngomong curhatan saya belum kelar. Masih kepengen mengeluarkan uneg-uneg yang memenuhi isi kepala. Di curhatan berikutnya saya mau curhat tentang <i>anxiety</i> saya soal asmara dan racauan tidak penting lainnya....<br />
<br />
(Niat ya. <i>Well, I'm passionate about writing... and love is one of the biggest inspiration to write.</i> Kalau saya pelukis saya mungkin akan melukis sesuatu yang cantik, kalau saya seorang musisi mungkin saya akan mengarang komposisi yang indah, <i>but I'm a writer... so.... I write....</i>). </div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-48783556295364796432017-06-29T07:27:00.001-07:002017-08-16T06:39:11.791-07:00Story of My Love Life : Jodoh Adalah Kebetulan yang Romantis (Part 1)<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHPNTpJMlCJEOTuNZwsGtCJnA4Ux4wEqk1tA0i5yXvaBKclD64DclzRXmovKBkQxMCdbXC_mtdU8M_ZTfEpXQ-g2Ns4LBWea6NdQKCGMXfaeQwueQiocaGbE3R1o-WQssLsdv8-BdjUlve/s1600/summer+tom.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="276" data-original-width="650" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHPNTpJMlCJEOTuNZwsGtCJnA4Ux4wEqk1tA0i5yXvaBKclD64DclzRXmovKBkQxMCdbXC_mtdU8M_ZTfEpXQ-g2Ns4LBWea6NdQKCGMXfaeQwueQiocaGbE3R1o-WQssLsdv8-BdjUlve/s640/summer+tom.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kisah cinta saya kalau dibikin film kepengennya bisa kayak (500) Days of Summer. Sederhana tapi romantis dan bisa bikin baper. Trus saya mau donk yang meranin saya Zoey Deschanel atau Rachel McAdams.... *ngarep*</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Peringatan, tulisan kali ini sama sekali tidak kontemplatif. Tapi lebih ke arah <i>*uhuk*</i> curhatan pribadi. <i>Tsaaah...</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tahu tulisan ini alay sekali. Masalahnya, saya ini sudah di usia akhir 20 tahun-an tapi masih ngeblog untuk nulis cerita pribadinya. Tentang cinta pula! Norak sekali! Tapi yaaaahh... cinta kadang membuat orang melakukan sesuatu yang tidak masuk akal. Sebagai seorang perempuan yang berlagak otak rasionalnya sejalan dengan emosionalnya, pada akhirnya saya menyerah dengan perasaan yang dikendalikan hormon di dalam otak ini.<br />
<i><br /></i>
<i>Damn. Love still make me do silly things.</i> <i>Like writing this stuff.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin akan tiba masa dimana saya membaca ulang postingan ini dan kemudian menyadari bahwa saya alay sekali. Lalu bisa jadi saya akan menghapus postingan ini di masa depan. Ditambah lagi, saya bukan tipe yang suka pamer cerita dan foto mesra di sosmed - karena saya sendiri hobinya nyinyirin pasangan model begini. Tidak disangka bahwa saya kini berada di fase yang norak dan layak dinyinyiri ini...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, hentikan aksi membela diri yang<i> pathetic</i> ini. Ijinkan saya untuk mulai bercerita....</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2015. SAYA PUTUS SETELAH PACARAN 7 TAHUN.</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMKOAN_pF5YSQw9fsYu9WMgSKy0yBkji1mkHwt4kIqInEN5v4yNEM9J8eyXjjDr4SibZzW_7E3L_F7fAOLFFBBTtcd5C3mZDR4So-dQcu3-OoC8MKIwSmlC-H4oOseafU-Q_fNF0yLBNHD/s1600/breaking+up.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="546" data-original-width="728" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMKOAN_pF5YSQw9fsYu9WMgSKy0yBkji1mkHwt4kIqInEN5v4yNEM9J8eyXjjDr4SibZzW_7E3L_F7fAOLFFBBTtcd5C3mZDR4So-dQcu3-OoC8MKIwSmlC-H4oOseafU-Q_fNF0yLBNHD/s640/breaking+up.jpg" width="640" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tahun 2015 saya putus setelah pacaran 7 tahun dan uda mau tahap lamaran. Sejujurnya hal ini bikin saya galau. Sebagian karena <i>shock </i>(karena saya putusnya mendadak dangdut banget), sebagian lagi karena sakit hati, sebagian lagi karena sedih jadi jomblo lagi di usia yang harusnya udah kawin (padahal ya ga ngebet kawin juga sih. Cuma kan takut juga bakal <i>forever alone</i>)<i>. </i>Intinya yang jelas habis putus ini saya galau parah. Ga sampe <i>depressed</i> kayak di film-film sih, tapi putus ini bikin saya lumayan emosional. Campuran sempurna antara marah, kesal, sedih, tersakiti... pokoknya lumayan drama. Tahap galaunya udah bisa dijadikan bahan <i>ngarang</i> lagu seperti Adele. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya ini sebenarnya tipe romantis dan melankolis, tapi di lain sisi saya juga suka mempelajari psikologi otak manusia, sehingga saya jadi percaya bahwa cinta itu sebenarnya <i>nggak gitu-gitu amat.</i> Setelah pacaran 2 tahun pas sama mantan dan fase <i>in-love</i> ala ABG sudah berakhir, saya sudah nggak terlalu muluk-muluk soal cinta. Nah, setelah putus, saya justru jadi makin skeptis sama yang namanya jodoh dan cinta. Kalau ketemu orang yang suka menasehati tentang jodoh dan percaya takdir (yang kira-kira omongannya begini: "Berdoa aja, kalau jodoh nggak akan kemana. Tuhan sudah menyiapkan jodoh terbaik untukmu,"), saya cuma bisa tersenyum kecut sambil memendam nafsu sarkasme saya. Intinya saya sudah <i>haqqul yaqin</i> kalau jodoh dan <i>soulmate</i> itu nggak ada. Jodoh itu... ya cuma kebetulan doank.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi, biarpun saya sudah pesimis abis sama yang namanya lelaki dan hubungan cinta, saya tetap aja masih suka nonton film romantis. La La Land? Saya baper setelah nonton dan bercita-cita pegang-pegangan tangan di bioskop kemudian menari di planetarium sama kekasih hati.... (Trus kalau bisa cowoknya seganteng Ryan Gosling!).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>AKHIR 2016. MULAI BIKIN TINDER.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy5orkgNot1_xKFAUk8pndpjgyxyAy9oPDL341wJ5o9Sm8j7ng8OR5fhM4OipUvyj6DuWWZd6eg22o72fvD_QG3MZNpJKszaIg4EgmKB7Go_I8MgC7oQ8lXA56Y72SUBzbjyz_oHtwnA4n/s1600/tinder+apps.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1200" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhy5orkgNot1_xKFAUk8pndpjgyxyAy9oPDL341wJ5o9Sm8j7ng8OR5fhM4OipUvyj6DuWWZd6eg22o72fvD_QG3MZNpJKszaIg4EgmKB7Go_I8MgC7oQ8lXA56Y72SUBzbjyz_oHtwnA4n/s640/tinder+apps.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya ini bukan tipe <i>easy going. </i>Jadi sebenarnya agak susah buat saya untuk dekat dengan cowok. Apalagi, saya ini tipikal cewek yang auranya <i>friendzone</i> (alias cowok dekat dengan saya murni niatnya berteman ga pakai perasaan. Ya nasib). Jarang geer. Nggak bakat bikin geer orang pula. Ada beberapa yang sempat dekat setelah putus, tapi ya sebatas basa-basi doank. Nggak pernah ada yang sreg banget dan saya juga belum benar-benar "<i>tawakkal </i>cari jodoh".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lagipula, saya udah skeptis banget dengan yang namanya cinta.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada akhir tahun 2015 saya disuruh sepupu saya untuk bikin <i>account</i> Tinder. Tapi saya nggak bikin-bikin karena Tinder terkesan sebagai aplikasi mesum (padahal <i>app</i> Tinder nih paling mending dibanding <i>app </i>lain semacam Beetalk, Wechat, Targeted, dkk).... sampai setahun kemudian. Akhir 2016 saya bikin akun Tinder. Mulanya bikin akun palsu main-main. Sebatas iseng-iseng doank karena niatnya ngerjain cowok-cowok nggak beres. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi kemudian saya mikir juga.... saya pengen ada secercah romantisme dalam hidup saya yang hambar, dan kok ya cowok-cowok di Tinder lumayan untuk diceng-ceng-in. Hei, kenapa saya nggak bikin account pribadi Tinder? Jadilah akhir 2016 saya bikin akun Tinder. Sekalinya bikin, saya bikin seserius mungkin (pokoknya pencitraan saya maut lah!). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>AKHIR 2016. AWAL JANUARI 2017. NO LUCK ON TINDER.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata.... saya susah banget dapet yang <i>match</i> di Surabaya. Sekalinya dapet, palingan anak-anak lulusan kampus yang sama, lebih buruk lagi ketemunya teman-teman yang juga sama-sama <i>jones</i> (kan malu!). Ada beberapa kenalan baru yang ngajak <i>chat, </i>namun nggak pernah ada yang sampai serius. Entah <i>feel</i>-nya nggak dapet. Entah karena sama-sama nggak serius. Entah sananya yang ga ngebet. Saya nggak inget-inget banget, tapi kayaknya cuma 1 orang yang saya kasih nomor pribadi. Itupun karena kebetulan kita punya bisnis yang sama jadi bisa tukeran informasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertengahan Januari saya ke Jakarta - Bandung, ada nikahan saudara. Peruntungan saya di 2 kota ini jauh lebih menyenangkan. Matchnya dapet lebih banyak daripada di Surabaya. Tapi ya... nggak ada yang sampe serius juga. Palingan basa-basi "Halo", "Anak mana?", "Kerja dimana?", "Oh suka film apa?"... lalu hening. Saya sudah mulai ngrasa bosen dan <i>hopeless </i>mainan beginian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu saya pulang naik kereta dari Bandung. Kereta pagi. Membosankan sekali ternyata di dalam kereta. Saya nyesel kenapa juga sebelumnya semangat naik kereta (saya pikir nggak semembosankan ini karena bakal liat pemandangan cantik di area Jawa Barat... tapi ternyata selepas Jogja pemandangannya udah membosankan. Eh tapi benernya saya juga tipe orang yang lebih suka naik kereta sih daripada pesawat). Berhubung Tinder main <i>based on radius</i>, dan saya kurang kerjaan pula di kereta, setiap memasuki kota-kota tertentu saya iseng-iseng nyalain Tinder sambil mencoba peruntungan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>AND THEN I SAW HIM...</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya punya spesifikasi tertentu saat men-<i>swipe</i> kanan cowok di Tinder: nulis deskripsi di bionya harus niat! Kadang ada juga sih yang nggak begitu (biasanya karena saya <i>desperate </i>nggak dapet-dapet <i>match</i> jadi mulai <i>swipe </i>kanan random yang fotonya agak berprospek), tapi ya ini agak jarang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pas kereta sampai di Jogja, saya buka <i>app</i> Tinder saya. Saya ingat profil mas S ini (sebut dia S) ada di profil kedua yang saya lihat. Fotonya hitam putih, tersenyum kecil, sambil pake <i>hoodie</i> hitam. Captionnya cuma bertuliskan "nerd". Caption nggak niat semacam ini biasanya langsung saya swipe kiri. Tapi melihat fotonya sekilas yang hitam putih lumayan artistik dan lihat senyum mas S yang "agak cute" ini, reflek saya <i>swipe </i>kanan. Eh langsung <i>match. </i>Artinya sebelumnya dia sudah <i>detected</i> akun saya yang kebaca Tinder selama perjalanan kereta dan <i>swipe</i> kanan duluan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>And then that's the best right swipe I've done...</i><br />
<i><br /></i>
<b>LALU KITA MULAI INTENS KOMUNIKASI...</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcfsskcuEKVWeS3LSNrxkCYolZ-Ok6EbuWPVKxClfp7H-cAzrZhSumvHv3WRKO93uLgTo0pg-H_7nO-n7cpoVAguFxT-vKzpdQYWJdmb6rh1zhS8pQPjORURZiVdKLNoxHPsRvPy9mbvwY/s1600/how-to-talk-to-girls-on-tinder-1107287-TwoByOne.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcfsskcuEKVWeS3LSNrxkCYolZ-Ok6EbuWPVKxClfp7H-cAzrZhSumvHv3WRKO93uLgTo0pg-H_7nO-n7cpoVAguFxT-vKzpdQYWJdmb6rh1zhS8pQPjORURZiVdKLNoxHPsRvPy9mbvwY/s640/how-to-talk-to-girls-on-tinder-1107287-TwoByOne.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<b><br /></b>
Jujur ya, saya yang nulis ini sama saya enam bulan lalu adalah pribadi yang berbeda. Situ ajak omong saya enam bulan lalu soal cinta-cintaan, paling saya cuma melengos pesimis. Saya ingat 6 bulan lalu ketemu tante saya yang bilang begini, "Tante doakan mbak Niken cepet ketemu jodohnya ya! Jodoh yang lebih baik. Cewek baik-baik pasti insya Allah dapetnya lelaki yang baik,". Saya cuma tersenyum palsu basa-basi sambil berkata diplomatis, "Doanya aja ya tante!". Padahal dalam hati saya pesimis (atau realistis?).<br />
<br />
Pokoknya situasi hati saya kala itu persis seperti wanita yang jadi inspirasi lagu dangdut Meggy Z yang judulnya Tidak Semua Laki-laki. Alias ga percaya cinta abadi. Ga percaya jodoh. Pernikahan adalah transaksional. Lelaki itu predator. Perempuan itu tukang porot.<br />
<br />
Saya sendiri nggak menyangka bahwa kedekatan saya sama mas S bisa terasa semudah itu. <i>It's just really that easy.... </i><br />
<br />
Entah malamnya atau keesokan harinya, kemudian mas S mulai menyapa melalui <i>apps</i> Tinder. Biasalah, model basa-basi "Anak mana?" dan sedikit rayuan manis "Nice to match you. Hehe,". Percakapannya cuma beberapa baris sampai mas S minta LineID.<br />
<br />
Saya ini tipikal yang jarang ngasih nomer pribadi. Total saya ngasih nomer pribadi cuma ke 4 orang selama main Tinder. Biasanya saya ngasih nomer pribadi setelah chattingannya rada nyambung, atau ada prospek kerjasama bisnis. Haha. Saya juga suka ilfil kalau ada cowok yang <i>ger-cep</i> belum apa-apa langsung minta nomor pribadi. Kesannya kayak napsu banget. Tapi entahlah, mungkin saya masih pusing habis seharian di kereta, saya ga pakai pikir panjang untuk langsung ngasih Line ke mas S. Semurahan itu saya.<br />
<br />
Lalu kami berdua mulai <i>chatting </i>secara intens. Tiap hari. Pagi. Siang. Sore. Malem.<br />
<br />
Singkat cerita, saya yang dingin dan pesimis, tiba-tiba dibuat baper sama mas S dalam waktu 1 minggu doank. <i>Ya Allah. </i>Segampang itu. Saya yang uda lama banget ga menjamah <i>diary,</i> tiba-tiba nulis <i>diary </i>lagi... ala ABG yang lagi fase norak-noraknya.<br />
<br />
Mungkin kesannya <i>creepy</i> banget ya, baru kenal lewat Tinder seminggu doank <i>chatting</i> dan belom pernah ketemu tapi udah langsung baper. Tapi entahlah, semuanya kayak mudah banget. Rupanya kita punya kerjaan yang hampir mirip. Kita lumayan nyambung ngobrol soal film dan musik. Guyonan kita garing tapi kok ya bisa ketawa. Pokoknya <i>chemistry</i>-nya emang beneran ada. Kayak langsung <i>click</i> gitu aja. Halah.<br />
<br />
(Di sinilah saya yakin bahwa <i>opposite attracts is not true</i>. Kesamaan lebih bisa memikat hati).<br />
<br />
Awalnya saya sempat skeptis sih sama mas S. Jujur, saya emang agak sombong dan jual mahal (padahal ga layak juga jual mahal), dan kesan yang saya dapat dari mas S ini doi sederhana banget. Doi juga ga berusaha kelihatan keren dengan bahasa sok asyik ala cowok-cowok<i> gaul </i>(Duh yang maaf ya kalo sayang baca ini haha). Doi dari Boyolali, dan bahasa ala Jawa Tengahnya tetap dibawa di chattingnya. Semacam menggunakan akhiran-akhiran 'og', 'e', 'no', dll. Saya yang asli Surabaya nggak terbiasa dan pengen ketawa dengan bahasa medok model begitu. (Saya ini ngomongin doi medok padahal saya sebagai orang Surabaya medoknya juga sama parahnya. Eits, tapi medok adalah identitas dan jati diri!).<br />
<br />
Dalam obrolan saya berusaha ngelihat sejauh mana wawasan doi dan kecocokan kita. Semacam ngetes dikit. Ngetesnya ga susah kok, saya nggak bakal nanyain soal politik atau ekonomi soalnya saya juga nggak <i>mudheng.</i> Ngetesnya semacam begini:<br />
<br />
<i><b>N (saya) : </b>"Dulu aku suka Coldplay, tapi lama-lama nggak suka," </i><br />
<i><b>S (doi) : </b>"Iya. Coldplay kerasa jadi kurang british dan mulai masukin EDM-EDM nggak jelas..."</i><br />
<br />
Sip. <i>He passed the test.</i> Coldplay emang jadi <i>sucks</i> banget setelah album ketiga. Ini pertanyaan standar untuk ngetes sejauh mana "kesamaan visi" kita soal musik. Haha.<br />
<br />
<b>N : </b>"<i>Oh, suka film juga. Film apa mas?"</i><br />
(Saya skeptis dulu di depan. Kadang orang ngaku suka nonton film tapi bilang film Michael Bay keren. Saya ilfil sama yang model begini...)<br />
<b>S : </b><i>"Lord of The Rings.." </i>(ya boleh lah...) <i>"Film-film Wes Anderson juga suka. Aku punya kaos Wes Anderson..."</i><br />
<br />
Lolos lagi. Haha. Biarpun ga maniak film, tapi kalo sampe kenal nama Wes Anderson berarti <i>at least </i>selera filmnya<i> boljug.</i><br />
<br />
Lalu obrolan berikutnya...<br />
<br />
<b>S : </b><i>"Iya, aku sama temen ngerintis semacam label independen buat musisi underground di Solo. Kemaren juga sempet ngadain festival metal independen gitu sama temen-temen. Emang tujuannya bukan uang sih, lebih ke komunitas..."</i><br />
<br />
<i>Done. SOLD TO ME. </i>Ini adalah momen puncak dimana saya sadar bahwa saya selalu tertarik sama cowok-cowok idealis. Padahal saya nggak paham metal sama sekali dan saya rasa musik metal mah ga enak didengerin. Haha.<br />
<br />
Setelah itu saya langsung kepo abis sosmed mas S. Sebelum baper harus dicek dulu nih lakik bohong atau enggak. Untungnya saya nggak nemu sesuatu yang mencurigakan.<br />
<br />
Si mas S ini melakukan pendekatan yang..... biasa-biasa aja. Haha. Semacam nanya "Lagi apa?" atau "Sudah makan belum?". <i>Please,</i> ini pendekatan kan lawas banget ya.... tapi entah bagaimana pdkt sederhana murahan semacam ini ternyata adalah yang saya butuhkan!<i> </i><br />
<br />
(Ada tuh 1 orang yang saya temui juga di Tinder dan kita ngobrol banyak hal-hal random semacam pilkada Jakarta hingga buku yang lagi kita baca. Tapi kesannya jadi serius banget.... dan emang lama-lama jadi garing dan kayaknya kita berdua sama-sama akhirnya males-malesan buat kontak-kontakan).<br />
<br />
<b>WHY IS THAT SO EASY TO ME?</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLQjMcCRhoTUCEkkuWQ9NlIHITdl6OcOVGnuZS6cmfU6_-HeL4iFWud70cogaROQnH8gmJXc-IS0Zhb2WuHRmi-o4hp9FEcMRC35d3UgfZOAYaMJfUVNnqOSPxfqjFx2aptcBy4HPzT7Su/s1600/pitch+perfect.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="427" data-original-width="640" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLQjMcCRhoTUCEkkuWQ9NlIHITdl6OcOVGnuZS6cmfU6_-HeL4iFWud70cogaROQnH8gmJXc-IS0Zhb2WuHRmi-o4hp9FEcMRC35d3UgfZOAYaMJfUVNnqOSPxfqjFx2aptcBy4HPzT7Su/s640/pitch+perfect.jpg" width="640" /></a></div>
<b><br /></b>
<br />
Sebagai perempuan yang <i>overthinking</i> dan <i>overanalyze</i> sama diri sendiri, saya juga bertanya-tanya kenapa semuanya terasa mudah. Mudah banget lho saya jatuhnya. Saya pernah nulis bahwa kita punya semacam tombol-tombol di otak tentang tipe cowok idaman, dan mas S ini kayak bisa mencet tombol-tombol di otak saya sehingga saya bisa jatuh dengan.... gampang banget!<br />
<br />
Padahal setelah putus saya sempat dekat dengan beberapa orang. Sebenarnya ya nggak dekat-dekat banget, tapi dikatakan "sekedar penjajakan berteman" juga kok rasanya terlalu naif. Tapi saya nggak pernah sampai jatuh baper norak begini. <i>With S, everything is just that easy...</i><br />
<br />
Alasan utamanya sebenarnya sih karena secara penampakan, <i>he's just my type.</i> Jawa. Sawo matang (cenderung item malah). Gitaris. Desainer grafis. Idealis.<br />
<br />
Lalu kenapa makin mudah, karena saya menemukan beberapa kualitas yang saya suka.<br />
<br />
Doi sederhana, nggak neko-neko, tipikal <i>nice guy</i> cenderung <i>nerd </i>dan alim<i>. </i>Gaya doank <i>bad boy</i> tapi ga yang <i>bad boy</i> macam suka ssi (speak-speak iblis) ke cewek-cewek. Lantas kenapa kita bisa nyambung karena entah bagaimana kita berdua bisa sama-sama terbuka dalam komunikasi. Satu minggu kenalan dan saya sudah curhat-curhatan masalah mantan (demikian juga dengan dia). Saya merasa menemukan teman ngobrol yang menyenangkan. Mas S juga bukan tipe yang jaim untuk nyapa-nyapa duluan. Hari-hari saya yang hampa mendadak jadi indah berkat sedikit sapaan sederhana "Selamat pagi," dengan gambar <i>sticker </i>gratisan dari Line (<i>thankyou Line!</i>).<br />
<br />
Kamu mungkin sering mendengar cerita-cerita romantis basi semacam, <i>"Padahal kita baru kenal sebentar tapi entah bagaimana kita seperti sudah kenal lama..."</i><br />
<br />
Dan itulah yang kami alami. Padahal kami dari 2 <i>stranger </i>yang tinggal berjauhan dan ga ada <i>circle </i>pertemanan yang sama. Tapi <i>chemistry</i>-nya bisa terjalin dengan mudah. Kalau saya suka bilang: <b>"Ritmenya pas".</b> Ibarat saya nari secara ngawur, dia juga nari secara ngawur, dan entah bagaimana tarian kami berdua menghasilkan gerakan yang harmonis. <br />
<br />
S suka mengibaratkan dirinya Tom dari (500) Days of Summer (2009) yang naif dan saya nggak tahu diri menganggap diri saya Summer yang sarkastik dan ga percaya cinta. <i>Well, Tom is just my type (boy-next-door type </i>dengan selera musik hipster), dan dalam versi kisah kami ini Summer dan Tom KW jatuh cinta. Saya jadi versi Summer KW yang jatuh cinta dan menemukan bahwa "Jodoh mungkin beneran ada" pada Tom KW. Saya pesimis dan mas S optimis, dan entah bagaimana optimisme dia bisa bikin saya mulai sedikit percaya tentang romantisme takdir.<br />
<br />
So.... gimana cerita lanjutannya?<br />
<br />
Berhubung tulisan saya ini panjang banget (dan entah siapa juga yang mau baca), saya akan lanjutkan kisah cinta mengharu biru sok romantis ini pada tulisan berikutnya...<br />
<br />
<br /></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-28159217050407721072017-06-29T01:06:00.000-07:002017-06-29T02:47:27.987-07:00Tinder Experience #4 : Tips Mencari Jodoh di Tinder!<div style="text-align: justify;">
<b>(KHUSUS PEREMPUAN)</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHeqO35HG6m6eRvnSZz_Ov4oBgmp7IBzJQRew_IriJnAy2swtv5upcZ272VfM_WnjNbDw8oeM7QxP49HfMWeCVzgZlOOymuw8f1JpwcQnFjkYz0uedciVlOmWecoeq2rcue4N0IfCg3mnH/s1600/Marjorie-Lacombe_620x349.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="349" data-original-width="620" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHeqO35HG6m6eRvnSZz_Ov4oBgmp7IBzJQRew_IriJnAy2swtv5upcZ272VfM_WnjNbDw8oeM7QxP49HfMWeCVzgZlOOymuw8f1JpwcQnFjkYz0uedciVlOmWecoeq2rcue4N0IfCg3mnH/s640/Marjorie-Lacombe_620x349.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Ini tips jelas belum terbukti secara ilmiah sih, tapi <i>at least </i>udah saya coba berdasarkan pengalaman pribadi. Lumayan lah buat kamu yang siapa tahu pengen serius mencari jodoh lewat Tinder (atau aplikasi <i>online dating apps</i> lainnya), dan berusaha meminimalisir resiko dikibulin pria-pria nggak bener.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sekilas aplikasi Tinder seolah-olah membuatmu bisa bebas memilih cowok yang kamu suka. Tapi ketahuilah, bahwa <i>profile picture </i>dan deskripsi di biomu lah yang secara otomatis menjaring <i>target market </i>yang sesuai dengan <i>branding</i> "penjualan dirimu". Intinya begini: kalo kamu pasang pencitraan baik-baik, kemungkinan besar kamu akan dapet baik-baik. Kalo kamu pasang foto lagi hiking, maka otomatis kamu akan menarik perhatian cowok-cowok dengan hobi yang sama. Kalo kamu pasang foto <i>bitchy,</i> otomatis kamu akan menarik perhatian kaum <i>pervert! </i><br />
<i><br /></i>
Kalo emang serius pengen mencoba peruntungan di dunia Tinder dan menemukan Mr. Right Guy... bisa dicoba 3 tips dari saya berikut ini: </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>#1 - </b><b>No Sexy Pictures</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5NFY45dzy_3hl99GP7DWize8tF94yjNzlcBAQ7F2XNOkBuSt5IrZqKupT9VdzdcjLwZsyPzMGza4cYAHHSc-R_WHLYFdYjgRArAsIz7vN4m0qZlFGGPo-t8ox28ivXuB66t-t7xnJd7Gp/s1600/sexypict3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="506" data-original-width="900" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5NFY45dzy_3hl99GP7DWize8tF94yjNzlcBAQ7F2XNOkBuSt5IrZqKupT9VdzdcjLwZsyPzMGza4cYAHHSc-R_WHLYFdYjgRArAsIz7vN4m0qZlFGGPo-t8ox28ivXuB66t-t7xnJd7Gp/s640/sexypict3.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tipe foto yang sebaiknya dihindari</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya sudah pernah nulis di tulisan sebelumnya bahwa ketertarikan fisik itu sulit disangkal. Tapi nggak pasang foto seksi juga kalik. Saya tahu kamu bangga dengan <i>body fit</i> dan seksimu, tapi sebaiknya nggak usah dipasang di <i>profil picture </i>Tinder karena jelas akan memancing <i>"target market" </i>yang salah<br />
<br />
Oh ya, sebagai feminis mungkin agak kesel juga dengan sistem patriakal yang melahirkan semacam aturan perempuan harus menutupi dirinya supaya nggak digoda laki-laki. <i>Oh but please let's get pragmatic.</i> Pada akhirnya kita ini sudah hidup di <i>society </i>semacam ini dan saya cukup tahu otak pria karena saya kuliah di kampus mayoritas laki-laki, jadi nggak usah pasang foto seksi jika nggak mau memancing cowok-cowok yang salah. Foto seksi hanya akan membuatmu menjadi objek fantasi pria-pria <i>pervert.</i><br />
<br />
<i>And to be honest, </i>sebrengsek-brengseknya cowok, biasanya yang dijadiin istri ngarepnya dapet yang solehah dan baik-baik. Ini emang ga <i>fair!</i><br />
<br />
Bisa disimpulkan: jangan pajang foto bikini. Jangan pajang foto dengan pose full-body ala-ala ABG yang menunjukkan curve tubuh. Jangan pajang foto lagi dugem pake baju seksi. Dan ini juga perlu diingat buat kaum muslimah yang <i>fashionable.</i>... jangan pasang foto dengan muka "merangsang"! Kamu boleh berjilbab, tapi kalo pasang foto muka seksi ala-ala mau <i>foreplay</i> (semacam gigit bibir, bibir direkah-rekahkan, pandangan mata tajam dan menggoda)... tetap aja cowok bakal mikir yang macem-macem.<br />
<br />
Saya kadang heran juga sama cewek cakep di Tinder yang pasang foto lumayan seksi (dengan <i>cleavage, lookin smokin' hot)</i> tapi caption fotonya: "yang cari fun doank swipe kiri!". <i>Errrr... come on. </i>Ga bisa dapet cowok serius dengan foto begitu mbak.<br />
<br />
<i>Lalu, gimana cara membedakan cowok yang serius dan cowok yang main-main?</i><br />
<br />
Tidak ada yang pasti di dunia ini, dan pertanyaan di atas semacam pertanyaan filosofis yang sulit ditentukan jawaban pastinya. *Lebay. Namun sejauh hasil obrolan dan pembahasan saya dengan orang-orang di sekitar, cowok serius dan main-main bisa diuji lewat waktu. Yang main-main pasti pengennya "buru-buru" dan ga sabaran. Sementara yang serius cenderung main <i>slow.</i> Yang main-main biasanya suka membawa obrolan langsung ke menjurus-jurus, sementara yang serius bisa lebih sopan. Yang main-main cenderung kerap menyapa di malam-malam hari, sementara yang serius bisa menyapa kamu kapan saja.<br />
<br />
Tapi ini juga bukan jaminan sih. Karena kadang ada pria brengsek juga yang bisa sebegitu tekunnya mengejar perempuan "jual mahal" sebagai target penaklukannya. Dan ini cuma bisa dilihat serius atau tidaknya setelah..... ML. Kalo berdasarkan artikel-artikel yang saya baca, <i>post-sex</i> itu yang menunjukkan tuh lakik pake perasaan atau enggak. Ketika ngajak <i>cuddling</i> atau ngobrol-ngobrol setelah ML, maka pake perasaan. Kalo kamu langsung ditinggal tidur... ya artinya bodo amat. (Yang ini <i>based on article I read</i> yaa... karena saya mah ga ada pengalaman apa-apa cuma tau teori doank :D).<br />
<br />
<b>#2 - Tunjukkan Siapa Dirimu</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinqtd-pmq1u3W8ejTj1MvhJyaNlHUlUdq9d8BUuj1qamVdhTkAloa7Aej5LfYp3r_UGCV4BGH6uADpW3IDO0L4S-V4MMQuZeQqEx4wRpA4kzidx_nmRkCVhllvohYxhS7v4sWRI0VgUSul/s1600/girl+hiking.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="600" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinqtd-pmq1u3W8ejTj1MvhJyaNlHUlUdq9d8BUuj1qamVdhTkAloa7Aej5LfYp3r_UGCV4BGH6uADpW3IDO0L4S-V4MMQuZeQqEx4wRpA4kzidx_nmRkCVhllvohYxhS7v4sWRI0VgUSul/s640/girl+hiking.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Tunjukin siapa dirimu, apa aktivitasmu. Pencitraan boleh lah untuk "memoles" dikit, tapi jangan berpura-pura jadi seseorang yang bukan dirimu.</td></tr>
</tbody></table>
<b><br /></b>
Pencitraan itu penting, tapi nggak ada gunanya "berpura-pura" menjadi seseorang yang bukan dirimu kalau memang niatmu serius mencari pasangan. Pencitraan boleh, tapi ala kadarnya dan sekedar memoles apa yang memang menjadi karakter kepribadian aslimu. Jadi, mengenali diri sendiri itu sangat penting sekali.<br />
<br />
Yang ditampilkan di Tinder memang cuma sebatas foto, usia, lokasi, dan deskripsi singkat dirimu. Kamu bisa memaksimalkan "<i>branding </i>dirimu" pada foto dan deskripsi singkat tersebut. Saya suka bingung sama beberapa orang yang cuma pasang beberapa foto <i>selfie</i> (udah gitu posenya sama semua) dan sama sekali tidak menuliskan apa-apa di deskripsi singkatnya. Kenapa? kamu hanya akan dijudge <i>based on </i>tampang. Ini kan juga <i>superficial</i> sekali! Impresi pertama emang bener ada pada fisik, tapi untuk sesuatu yang bersifat <i>long-term</i>, maka perlu faktor kecocokan yang lain. Kamu ga bisa ngandalin tampang doank. Dan ini jelas mengundang cowok-cowok yang nggak serius...<br />
<br />
Karena itulah,<i> show your hobbies.. your personalities.. your activities.</i><br />
<br />
Selain ini bisa menarik perhatian orang-orang yang tepat (dan yang ga cuma lihat fisik), ini juga bisa jadi bahan obrolan buat lelaki memulai chat. Ya, saya tahu kita hidup di Indo dimana aturan "tidak resminya" mengharuskan lelaki untuk memulai <i>chat</i> duluan. Dan saya tahu betapa susahnya para cowok basa-basi mencari bahan pembicaraan (udah gitu kadang si cewek gampang ilfil dan galak kalau cowoknya ga pinter cari bahan obrolan. <i>Please,</i> pendekatan itu susah mbak!). Jadi dengan nunjukin hobi, kepribadian, aktivitas, kerjaan, <i>at least</i> udah ada beberapa materi pembicaraan...<br />
<br />
<b>#3 - Reachable</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOEp-Lnpos9O7Mz5S9JQQOJr1tBEzZSJ_DcT6kUVQEpOGJwhTCGDiaVJz1aOAFvtkL8lPM_vlSNa1UELJ2eEUsgG7s_mXlhfp4q5pg1EpbIHm_WKsvtChd3DN7cfzRN_Jg1IqwocxjSOl-/s1600/girl-smiling-fitted-1024x681.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="425" data-original-width="800" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOEp-Lnpos9O7Mz5S9JQQOJr1tBEzZSJ_DcT6kUVQEpOGJwhTCGDiaVJz1aOAFvtkL8lPM_vlSNa1UELJ2eEUsgG7s_mXlhfp4q5pg1EpbIHm_WKsvtChd3DN7cfzRN_Jg1IqwocxjSOl-/s640/girl-smiling-fitted-1024x681.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ni cewek cantik tapi kesannya tetap<i> reachable </i>dan <i>down to earth </i>kan? Kalo foto fashion editorial emang harus <i>unreachable</i> ya, tapi kalo urusan cari jodoh kesannya harus <i>reachable. </i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Belakangan saya mempelajari, bahwa cowok punya beban yang lumayan berat dalam melakukan pendekatan ke cewek. Apalagi kalo sang cowok tidak punya standar yang biasanya dimpikan perempuan-perempuan Indonesia: bermobil, cukup harta, dan punya pekerjaan baik. Ketahuilah, hal-hal itu memang penting... tapi ada juga cowok-cowok baik-baik yang mungkin tidak cukup beruntung punya bokap kaya, punya mobil, atau pekerjaan yang baik.<br />
<br />
Udah gitu kebanyakan cewek Indo maunya dikejar duluan. Gengsinya tinggi. Termasuk saya sih. Saya juga masih terstigma bahwa cewek yang pendekatan duluan itu..... norak (ngomongnya sih emansipasi dan feminis, tapi dalam urusan percintaan tetap aja pengen dikejar lelaki! Wahaha). Dan cewek suka gampang ilfil pada hal-hal sepele yang dilakukan cowok dalam melakukan pendekatan. Salah satu hal yang umum... cewek jaman sekarang kayaknya males banget ketika ada cowok basa-basi nanyain, "Sudah makan belum?". Ya.. ini emang basi banget. Cewek-cewek yang merasa dirinya <i>"high-intellectual" </i>biasanya paling males ditanyain hal-hal sepele semacam ini. Kesannya alay dan jadi <i>major turn-off </i>buat kebanyakan cewek.<br />
<br />
Disadari atau tidak, cewek cenderung menuntut cowok harus punya cara yang oke dalam mendekati cewek. Semacam cowok-cowok "khayalan" di novel karangan Ika Natassa (pinter, tajir, ga norak, rendah hati, dan kalo pendekatan ga alay..). Ada sih cowok model begitu, yang oke dan pendekatannya ga alay... ya... mereka adalah cowok-cowok <i>player. </i>Pokoknya ya sis, kalo ada cowok yang pdkt-nya asyik banget (dan cakep dan kaya), besar kemungkinan dia <i>player </i>dan jam terbangnya udah tinggi!<br />
<br />
Saya pelajari bahwa <i>reachable</i> adalah salah satu faktor yang membuat cowok berani mengejar dirimu. <i>Reachable</i> ya, bukan murahan. Kamu memajang foto-foto dengan tas branded sambil foto di luar negeri, maka cowok-cowok yang di bawah levelmu otomatis minder dan menyingkir duluan. Cowok pasti bisa mengukur potensi dirinya, dan berusaha meminimalisir resiko ditolak. Ditolak itu sakit, mbak. Malu pula. Resiko ini yang kadang ga bisa dipahami perempuan. Itulah kenapa lelaki lelah dengan kata friendzone (dan akhir-akhir ini saya percaya ga ada itu persahabatan murni lelaki dan perempuan).<br />
<br />
Lalu bagaimana menampilkan kesan <i>reachable</i> di Tinder?<br />
<br />
<ol>
<li>Foto senyum. Foto senyum itu lebih efektif daripada memasang foto ala-ala <i>edgy</i> yang keren. Kesannya ramah dan hangat gitu.</li>
<li>Minimalisir foto-foto di luar negeri. Iya saya tahu kamu bangga pernah ke luar negeri, tapi ga harus majang semua foto di luar negeri karena jatohnya jadi sombong. Cukup 1-2 foto.</li>
<li>Yang menyebalkan suka ada yang nulis begini: "Saya nggak tahu kenapa ada di aplikasi Tinder yang <i>pathetic </i>ini,", Oke, main Tinder mungkin terkesan <i>pathetic</i> ye, tapi dengan mencantumkan itu seolah-olah membuat orang lain yang main Tinder jadi ngerasa dirinya <i>pathetic</i> juga. </li>
</ol>
<br />
Emh... begitulah tips dari saya. Ya kalik ya saya serius banget nulis beginian. Namanya juga kurang kerjaan. Semoga beruntung! </div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-13573408268716977322017-06-28T09:02:00.001-07:002017-06-29T02:51:20.496-07:00Tinder Experience #3 : Bisakah Mencari Jodoh di Tinder?<div style="text-align: justify;">
Saya yakin banyak dari kalian sudah sering mendengar cerita-cerita buruk tentang perempuan-perempuan naif yang ditipu lelaki yang ditemuinya di dunia maya. Ada yang "dimanfaatin", dikibulin dengan janji-janji manis, hingga taraf mengerikan semacam diculik dan diperkosa. Whew, dunia maya jelas bukan tempat aman untuk mencari lelaki. Hey, tapi ketahuilah... berkenalan dengan pria di dunia nyata juga sama absurdnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tinder adalah salah satu aplikasi<i> online dating </i>yang paling populer di lingkup anak muda. Terutama karena cara main mencari jodoh-nya semudah men-<i>swipe </i>kanan dan kiri. Kalau di Barat, aplikasi ini sendiri terkenal sebagai aplikasi <i>online dating "casual hookup",</i> sekedar semacam mencari <i>one-night-stand</i> atau teman di kala kesepian. Ngomongin Tinder biasanya langsung terkesan sebagai aplikasi <i>online dating </i>bagi cowok-cowok mesum yang lagi birahi dan berharap dapet mangsa. Pokoknya para perempuan yang main Tinder jangan kelewat baper lah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7Qb1EiVZS3dtAsViPjaRrvQWssXh1gNWei1TTB_H0DKthz6r5BRie6sbVnfd_g4I4qm29CS1x3UAc20iaBsbTX2qU94NfucIw6AM6DFddMxDEiMnpeaECo0e-bfRvt648HvgMUfXjiWHx/s1600/rey-utami-dan-pablo-putera-benua_20161021_065514.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7Qb1EiVZS3dtAsViPjaRrvQWssXh1gNWei1TTB_H0DKthz6r5BRie6sbVnfd_g4I4qm29CS1x3UAc20iaBsbTX2qU94NfucIw6AM6DFddMxDEiMnpeaECo0e-bfRvt648HvgMUfXjiWHx/s640/rey-utami-dan-pablo-putera-benua_20161021_065514.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i style="font-size: 12.8px;">Kali - kali bisa nemu jodoh di Tinder yang mau nikahin dalam 7 hari setelah kenalan.... </i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Lha, jadi bisakah mencari jodoh beneran di Tinder?</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Eits, bisa lho. Selain kasus luar biasa Rey Utami dengan Pablo Putra Benoa, saya sudah dengar 3 cerita (temennya atau saudaranya teman) yang berkenalan lewat Tinder lalu kemudian berencana atau bahkan sudah menikah. Saya juga iseng googling "Pengalaman Tinder" dan rupanya menemukan beberapa orang yang menulis kisah cintanya yang bermula dari aplikasi itu. Dan <i>errrr... </i>saya sendiri kebetulan berhasil bertemu seseorang lewat aplikasi ini. <i>Welcome to the new era of finding love. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka kesimpulannya: <b>mencari jodoh beneran lewat aplikasi Tinder itu bisa dilakukan.</b> Oh namun perlu dicamkan pula dalam otak, bahwa lelaki-lelaki brengsek yang main Tinder juga banyak. Banyakan yang nggak bener malah daripada yang bener. Tapi asal kita pandai berstrategi dan bisa mendeteksi mana pria hidung belang mana yang enggak, maka resiko baper kepada lelaki yang tidak tepat bisa diminimalisir. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>PENGALAMAN BERTEMU LELAKI NGGAK BENER</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sudah pernah cerita di <b><a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2017/06/tinder-experience-yes-i-do-have-type.html">tulisan sebelumnya,</a></b> kalau saya punya 2 akun Tinder. Satu, akun beneran. Dua, akun tipu-tipu yang emang saya buat untuk tujuan <i>social experience</i>. Akun tipu-tipu ini saya buat berdua dengan sepupu saya dalam rangka iseng dan buat bahan ketawaan <i>(yes, because I have no life!)</i>. Eh tapi serius deh, spesies di Tinder itu macem-macem. Buat yang rumpik ngumpul sesama cewek pasti seru mainan Tinder sambil <i>ngrasanin</i> profil cowok-cowok yang muncul.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh-6tnAM7nDpr9fX1v2V5LHply18oDWh03WSraXROlH0S3ksgSwO6xFYdbYezIPhFxmnL1eJeprWwbTa6eY7cO2b7ljm8TVNynU9Donfe9JnlWjG_KDXvFuSoe6FFRsMWhqo1XhEigBxj1/s1600/leonardo+dicaprio.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh-6tnAM7nDpr9fX1v2V5LHply18oDWh03WSraXROlH0S3ksgSwO6xFYdbYezIPhFxmnL1eJeprWwbTa6eY7cO2b7ljm8TVNynU9Donfe9JnlWjG_KDXvFuSoe6FFRsMWhqo1XhEigBxj1/s640/leonardo+dicaprio.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Harapannya ketemu cowok seganteng Leonardo di Caprio di Tinder. Biar <i>playboy </i>yaa.. tapi <i>at least</i> doi punya modal dan CINTA LINGKUNGAN!</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Dalam akun tipu-tipu itu saya dan sepupu saya mengarang tokoh fiktif yang kami perkirakan disukai dan menjadi impian sebagian besar cowok-cowok Indonesia. Kami comot gambar asal dari internet, seorang perempuan berjilbab, di mobil, dengan lipstik merah menyala. Kami karang si tokoh imajiner ini berasal dari Bandung tapi tinggal di Surabaya, kalangan menengah, punya butik busana muslim, anak baik-baik tapi dengan dandanan mewah. Chattingnya kami genit-genitin dikit (semacam ketawanya pake "hihihi" <i>instead of </i>"hahaha"). Jadi nih cewek sangat <i>"istri"-able </i>sekali, tapi masih punya sisi cakep dan nakal. Gitu lho maunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti yang sudah diperkirakan, akun palsu ini menjaring banyak lelaki. Dalam sekejap langsung dapet <i>match </i>seabrek. Saya sampai nggak habis pikir, karena jelas akun palsu ini kelihatan banget palsunya - tapi ya tetap aja banyak yang ketipu. Lelaki yang terjaring akun fiktif ini beragam, karena kami juga ngeswipenya beragam, mulai dari pemuda-pemuda ambisius lulusan kampus ternama, pemuda-pemuda daerah yang ambil foto selfie dengan kamera hp seadanya, pemuda-pemuda<i> </i>sok kecapekan (yang biasanya foto di pantai atau lagi nyetir mobil), hingga bapak-bapak yang cari cewek daun muda. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tenang, tapi saya nggak sejahat itu kok. Jadi kalo ada cowok yang kelihatan bener dan serius ngajak chattingnya biasanya langsung kami <i>skip</i> dan ga lanjut chat. Tapi cowok-cowok yang udah ga single ngaku single, atau cowok-cowok yang uda jelas majang foto istrinya di profil tindernya, atau cowok yang lebay dan <i>player</i> banget kalo pendekatan, nah tipe-tipe seperti itu yang kita kerjain. Tapi ya ngerjain-nya juga sebatas chatting doank sih. Begitu si cowok ngajak ketemu atau minta whatsapp atau Line kita ga jawab lagi. Haha. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>So, it's true.</i> Banyak cowok nggak bener di Tinder. Ada yang manis banget, rutin menyapa dan ngaku single, tapi setelah diselidiki rupanya ketahuan udah punya bini dan anak.<i> </i>Ada juga yang jelas buka-bukaan mengaku dari awal sudah punya istri dan emang main Tinder untuk "iseng" atau "cari kenalan" (<i>Please deh, </i>kenalan macem apa sih yang dicari lewat Tinder, mas?). Ada juga pria-pria <i>pervert</i> yang <i>clearly </i>di deskripsi bio pasang tulisan <i>"Just for fun" </i>- yang secara implisit sudah menjelaskan bahwa dia emang cuma pengen <i>have fun.</i> Definisi <i>fun</i>-nya jelas urusan ranjang! Huff.... Padahal akun fiktif saya memasang perempuan jilbaban lho, bukan perempuan <i>sexy.</i> Tapi perempuan jilbaban yang pake lipstik merah sih... soo.... bibirnya minta dicium banget. Haha.<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; font-family: "Times New Roman"; letter-spacing: normal; margin-bottom: 0.5em; margin-left: auto; margin-right: auto; orphans: 2; padding: 6px; text-align: center; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; widows: 2; word-spacing: 0px;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><div style="margin: 0px;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWeFwfPMxDJYRHF9lbFXUPWQNUdWTTG4-4Xl1vWafRSXfhlHH6xBiaru3WDfy6gW5OT7cRHIa-wDHPmEX-7dQwwjs0NIEc37B3_bWLaUuILCjgk7mtMA-3AZE21lEq4KepgGyeTjhpGplK/s1600/red+lipstick.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1072" data-original-width="1600" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWeFwfPMxDJYRHF9lbFXUPWQNUdWTTG4-4Xl1vWafRSXfhlHH6xBiaru3WDfy6gW5OT7cRHIa-wDHPmEX-7dQwwjs0NIEc37B3_bWLaUuILCjgk7mtMA-3AZE21lEq4KepgGyeTjhpGplK/s640/red+lipstick.jpg" style="cursor: move;" width="640" /></a></div>
</td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px; padding-top: 4px; text-align: center;"><div style="margin: 0px;">
Lipstik merah selalu menggoda lelaki! </div>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu, pada akun pribadi saya, saya berusaha sedikit selektif dan pake pencitraan kelihatan pinter supaya nggak bisa ditipu. Uda gitu <i>profil picture-</i>nya juga pake muka saya yang ala kadarnya. Dengan akun pribadi saya ini jelas jumlah <b><i>match</i> </b>saya nggak sebanyak akun fiktif saya. Jauh banget malah perbedaan jumlahnya *sigh*. <i>But at least </i>cowok-cowok mesumnya udah kefilter duluan sedari awal. Sehingga dengan akun pribadi ini saya nggak banyak nemu cowok-cowok "iseng". Main Tinder selama 3 bulan, total ada 2 orang yang sampai kopdar, ada beberapa yang <i>chatting </i>lumayan nyambung... tapi pada akhirnya cuma 1 yang nyantol dan kecantol. <i>Cieeee...</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Eh, tapi saya sempat nemu satu cowok lho pake akun pribadi saya. Nggak ganteng sih, tapi mengingatkan saya pada Rangga-nya Cinta. Ala-ala sastrawan gitu, suka baca buku-buku kiri, ngakunya nggak fasih bahasa "gaul" dan lebih nyaman berbahasa baku, dan yang jelas ahli memuji. Dia memuji semacam ini, "Menurutku, perempuan yang menyukai Radiohead itu sangat menarik,". Ini tipe cowok yang langsung bikin saya meleleh. <i>Oh but then I found his facebook profile:</i> udah punya anak. HAH! (Udah gitu ga mikir apa kalo nama dia agak unik sehingga gampang banget digoogling?).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>ALASAN COWOK NGGAK SINGLE MAIN TINDER</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheUKIQMeZ6tGHreIH-q_dgJRcvbDLcZHnV0uranHlrZ2fGKfKzEVBJzAq5zvsEt3S-59j7YLo37GeVJmK3a0oCGJ8ntbIz4u9OjkTYUcaNUV6PXqdDUZDEa1CJntaEOG__LqsSfi8HH8ds/s1600/why+people+cheat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="671" data-original-width="736" height="582" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheUKIQMeZ6tGHreIH-q_dgJRcvbDLcZHnV0uranHlrZ2fGKfKzEVBJzAq5zvsEt3S-59j7YLo37GeVJmK3a0oCGJ8ntbIz4u9OjkTYUcaNUV6PXqdDUZDEa1CJntaEOG__LqsSfi8HH8ds/s640/why+people+cheat.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada alasan tunggal kenapa cowok udah punya pasangan main Tinder. Sebagaimana tidak ada alasan tunggal kenapa seseorang berselingkuh. Tidak <i>fair </i>jika menyamaratakan semua cowok yang nggak single dan masih main Tinder sebagai tukang selingkuh, karena alasannya beragam. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya nemu beberapa orang yang menjadikan Tinder sebagai salah satu metode berjualan. Tapi, saya nggak tahu motivasi sesungguhnya di balik kedok "strategi marketing" ini. Apakah memang murni main Tinder sebagai salah satu channel jualan (atau cari rekan bisnis), atau sebenarnya siapa tahu beruntung dapat mangsa perempuan sambil pura-puranya "urusan bisnis". Oh ya, saya sempat nemu beberapa owner franchise yang mainan Tinder. Salah satunya yang kebetulan ramai viral diberitakan setelah dituduh selingkuh istrinya. *Nggosip yes... </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah baca salah satu artikel, ada juga yang nampaknya memang iseng main Tinder murni untuk ngecek dirinya masih laku atau enggak. Semacam berusaha memanjakan ego narsis pribadinya. Melihat apakah dirinya masih diminati cewek-cewek di luaran sana. Orang-orang semacam ini biasanya cuma ingin melihat seberapa banyak dia dapet <i>match</i>, tanpa berniat untuk <i>chatting</i> dan berkenalan lebih jauh. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>But mostly.... well,</i> entahlah. Saya memang menangkap beberapa yang beneran main Tinder untuk <i>selengki</i>. Tapi saya nggak pernah membuktikan dengan mata kepala saya sendiri apakah mereka beneran berani <i>selengki</i> atau cuma sebatas <i>flirting. </i>Petualangan saya di dunia Tinder nggak sampai yang aneh-aneh. Saya kan anak baik-baik.<br />
<br />
Nah, lalu bagaimanakah tips mencari jodoh di Tinder? Saya tulis di tulisan selanjutnya... (niat ya, mumpung lagi libur lebaran ga ada kerjaan). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-33241247997860189412017-06-10T21:17:00.005-07:002017-06-11T02:18:56.502-07:00Tinder Experience #2: Yes, I Do Have A Type!Emh... tulisan <i>random</i> ini sama sekali bukan <i>based on scientific method </i>atau ada tinjauan ilmiahnya.. Cuma berdasarkan analisa sok tau dari pengalaman pribadi. Jadi entah apakah kamu merasakan hal yang sama atau tidak, atau kesimpulan saya bener atau enggak. Atau mungkin saya akan dicap "ribet" banget urusan cari jodoh (ada yang bilang gitu sih hahahaha... Saya sadar kok saya orangnya emang orangnya ribet).<br />
<br />
Selamat membaca.<br />
<br />
....<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dalam setiap perbincangan basa-basi dengan teman dan kerabat, saya suka berkelakar: "Cariin jodoh donk!". Lalu ini biasanya diikuti dengan pertanyaan lanjutan, "Emang kamu pengen cowok yang kayak gimana?".</div>
<br />
<i>Hmm... that's a hard question to answer.</i><br />
<br />
Biasanya sih kebanyakan orang kalau ditanya seperti itu jawabannya selalu standar:<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>"Saya nggak punya tipe macam-macam kok. Yang penting baik hati, bertanggung-jawab, dan cocok aja...."</i></blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd2M6Z972udsA6Q9dnuCHgFqqcCqT2HJ5eQWvHrWAhNNG9gywxPcvBm86JQZQ-dhMuLQrMZNcksf8_vd52q0i4ZbE-7sFdTUnmthdie0QT29AgsBtU7RjITvtu2eZDevxYVnTnjWhI19p5/s1600/fassbender.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd2M6Z972udsA6Q9dnuCHgFqqcCqT2HJ5eQWvHrWAhNNG9gywxPcvBm86JQZQ-dhMuLQrMZNcksf8_vd52q0i4ZbE-7sFdTUnmthdie0QT29AgsBtU7RjITvtu2eZDevxYVnTnjWhI19p5/s640/fassbender.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kalo ditanya tipe cowok, ya masa iya saya bakal jawab yang gantengnya kayak Michael Fassbender?</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
(<i>But anyway,</i> siapa sih cewek yang mau menjawab pertanyaan tersebut dengan:<i> "</i>Dia harus lebih tinggi dari saya, wajah<i> good looking, </i>suka olahraga, punya karir dengan gaji minimal 10 juta, ga punya<i> emotional problem, </i>sabar, setia.... dan menerima saya apa adanya,<i>"</i>? <i>You'll get bullied and people will think you're an ass</i>).</div>
<br />
..<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jadi <i>single </i>di akhir 20-an, dimana saya juga berada di fase hidup dimana nafsu skeptis saya lagi besar-besarnya, saya berpikir bahwa saya menyukai cowok yang cerdas. Istilahnya, saya pikir saya sapiosexual. Bukan fisik yang menarik minat saya, tapi isi kepala sang pria... Saya nggak main fisik kok. Yang penting dia cerdas dan punya kepribadian yang baik. Selera saya nggak <i>neko-neko. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>But damn.</i> Saya main fisik juga. <i>I just realize that I do have a specific type. </i>Dan saya baru sadar juga bahwa saya ternyata SEDANGKAL itu. Dan ini terdengar sombong mengingat fisik saya juga pas-pasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sadar hal itu sejak main <i>online dating</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>*Whatever, you can judge me such a pathetic loser for tryin' to find a right guy on online dating.</i> Tapi seenggaknya berkat main <i>online dating</i> saya jadi lebih mengenal diri saya sendiri. Ya itu tadi, bahwa saya sedangkal itu mencari jodoh hahaha...</div>
<br />
...<br />
<br />
<b>SETIPE.COM</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS0nV_0mwK-tpJN_WGYP6t0ZGTcb9uHbe_uqFTGvwf6Bvo5o2qPZFz_6RL9y1uUtodDhcFvzFmMpApy0kljb9-kvobhxxfygX1vfxpTSJp6VQ3NNMWRkCHtV3eUdAEHPKhcJEdNtko6Pxh/s1600/setipe.PNG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="598" data-original-width="1328" height="288" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS0nV_0mwK-tpJN_WGYP6t0ZGTcb9uHbe_uqFTGvwf6Bvo5o2qPZFz_6RL9y1uUtodDhcFvzFmMpApy0kljb9-kvobhxxfygX1vfxpTSJp6VQ3NNMWRkCHtV3eUdAEHPKhcJEdNtko6Pxh/s640/setipe.PNG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Penjelasan singkat soal gimana setipe.com bekerja. But this site doesn't work for me. </i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saya awalnya ikutan setipe.com. Ini adalah aplikasi online dating yang menjodohkan kita dengan lawan jenis berdasarkan algoritma pemrograman. Kecocokan ini dilihat dari serangkaian pertanyaan yang diajukan di awal (ada banyak banget) seputar analisa psikologi diri kita dan preferensi kita soal calon idaman. Setelah hasilnya keluar, maka program setipe akan mencari jodoh dengan sifat-sifat yang sesuai dengan hasil yang kita dapatkan. Secara <i>science,</i> ini harusnya berhasil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setipe.com menyiapkan beberapa pertanyaan di awal tentang preferensi ketertarikan kita terhadap lawan jenis. Ada pertanyaan semacam apakah faktor agama penting atau tidak, apakah etnis penting atau tidak, hingga apakah berat badan dan tinggi badan penting atau tidak. Di atas kertas, saya akan menjawab faktor-faktor fisik lawan jenis tidak penting. Yang penting hati! Tapi kemudian saya nggak bisa membohongi bahwa...</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<i><b>Physical attraction is important! </b></i></blockquote>
<i>Damn, I do have a type. A very specific type.</i><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tapi maksud saya soal fisik bukan melulu soal si tampang harus ganteng atau cantik. Kan ganteng dan cantik juga relatif. Yang saya maksud soal fisik ini lebih luas, alias hal-hal "luaran" seperti penampilan, selera, gaya hidup, atau errrr... penghasilan (atau pendapatan orangtuanya).</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sejauh pengalaman, ada yang <i>missed</i> dari algoritma situs setipe selama ini. Saya tidak pernah menemui cowok yang bisa bikin saya tertarik. Baik lewat fisik maupun deskripsi bio yang diberikan. Secara <i>science </i>mungkin pemrograman mereka sudah benar, namun rupanya dunia perjodohan tidak bisa disederhanakan begitu saja. Selain itu, kita tidak benar-benar mengetahui apa yang hati ini inginkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contohnya begini: ketika ditanya apa faktor etnis penting buat saya? Saya akan jawab tidak. Namun ketika program algoritma setipe menawarkan saya dengan pria etnis tertentu (entah <i>good looking</i> atau tidak), ternyata saya toh tidak tertarik. Errrr... ini mungkin menjadikan saya sedikit rasis. Whoooo ~</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan mungkin<i> user </i>Setipe.com memang kebanyakan bukan "tipe" saya. Apalagi, saya mainnya yang model gratisan dimana cowok-cowok yang dicocokkan hanya muncul satu kali tiap hari. Jadi lama-lama kan bikin<i> males</i> juga <i>tho</i> kalo nggak nemu yang cocok. Maka, beralihlah saya ke Tinder...</div>
<br />
...<br />
<br />
<b>TINDER</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEW2F2JlO-LGR-4VG2xq20K9GgkpfbSK-dYxdx7MIOSyvVwK1ZHhfVy4SqFSv5dEa2NwfAWgslDYnyWijlYTwOmdm3ej4gUR972J80W-U_sLw5BlN0lbUsT-JwrlYJh2R2p3Sk1zAEg8xw/s1600/tinder+apps.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="334" data-original-width="640" height="334" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEW2F2JlO-LGR-4VG2xq20K9GgkpfbSK-dYxdx7MIOSyvVwK1ZHhfVy4SqFSv5dEa2NwfAWgslDYnyWijlYTwOmdm3ej4gUR972J80W-U_sLw5BlN0lbUsT-JwrlYJh2R2p3Sk1zAEg8xw/s640/tinder+apps.png" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>How tinder works... your profile pic is really really really important.</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Awalnya saya main tinder sekedar buat main-main sama sepupu saya, dengan niat ngerjain laki-laki mesum. Saya bikin pakai akun palsu dengan gambar cewek berhijab yang seksi (2 hal kontradiktif yang sukses membuat banyak cowok<i> swipe right</i> akun palsu saya. <i>It seems like some guy want to get a good religious girl with naughty attitude in bed</i>).</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Wajar jika Tinder banyak digunakan untuk hal-hal mesum, karena emang sistem Tinder memungkinkan untuk itu. Tinder akan menampilkan orang di sekitar kita (<i>based on radius</i> yang kita pasang), dengan beberapa foto yang diupload, usia, dan deskripsi singkat sebanyak 500 karakter. Kalau suka kita<i> swipe</i> kanan, kalo nggak suka kita <i>swipe</i> kiri. Kalo dua-duanya <i>swipe </i>kanan, maka artinya <i>match</i> dan bisa mulai <i>chatting.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jelas, secara teori Tinder ini lebih "dangkal" daripada Setipe.com. Tapi kemudian saya sadar bahwa saya memang.... sedangkal itu. Yang dangkal-dangkal itu ternyata penting pada kesan pertama. Lagian emang "hati" bisa dilihat dari profil <i>online dating?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sendiri berusaha mencitrakan diri saya "se-<i>cool</i>" mungkin (dan seserius mungkin). Saya pasang foto di sebuah <i>art gallery</i> (padahal ga tahu seni rupa dan lukis sama sekali), dengan caption panjang yang menjelaskan dengan akurat siapa diri saya. Saya menulis ketertarikan diri saya pada sains, filsafat, gosip dan film. Intinya, saya berusaha terlihat <i>"hipster-wanna-be"</i>, tapi sedikit "fun", biar ga disangka sombong. Gitu. Ini lho yang disebut strategi pencitraan!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Karena cuma sekedar <i>swipe</i> kanan dan <i>swipe</i> kiri dari sedikit informasi, maka <i>first impression</i> rata-rata berasal dari tampang dan sedikit<i> caption</i> di bio. Setelah sekian banyak main <i>swipe</i> kiri dan kanan, dari sinilah akhirnya saya mengetahui bahwa saya rupanya emang punya tipe spesifik tentang cowok yang langsung bikin saya <i>attract.</i>. Haha ~</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang saya swipe kanan biasanya yang model begini: cowok-cowok yang <i>artsy</i> berantakan, <i>rock-and-roll dude or vintage-hipster guy,</i> cowok-cowok yang masang foto dengan kucing atau anjing, yang selera musik di spotify-nya <i>non-mainstream</i>, atau... cowok-cowok berkacamata. Saya nggak main fisik ketika <i>caption</i>-nya bikin saya tertarik. Mereka yang berusaha filosofis, atau yang mengungkapkan hobi-hobi mereka yang sealiran dengan saya. Eits... tapi ada tambahan satu lagi. Dan ini asli dangkal banget: saya rasa<i> fetish</i> saya adalah cowok-cowok main gitar. <i>Jreng!</i></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif9P4UQ8tokSAOsid_gdIpHuNX5E6yxs3A5zwkz4UR6eAOWgyJMgicO4BtTPjUag09oQQt9NqQQSXtrRnPPjbqdG1hz2mpAgoekoG5jIQQpYRZckVzn-hELvdtka454EEtBREqm8C1BU-Y/s1600/Inside-Llewyn-Davis-Oscar-Isaac.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="370" data-original-width="658" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEif9P4UQ8tokSAOsid_gdIpHuNX5E6yxs3A5zwkz4UR6eAOWgyJMgicO4BtTPjUag09oQQt9NqQQSXtrRnPPjbqdG1hz2mpAgoekoG5jIQQpYRZckVzn-hELvdtka454EEtBREqm8C1BU-Y/s640/Inside-Llewyn-Davis-Oscar-Isaac.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Llyewn Davis is my ideal type of guy. Sarcastic, playin folk song, have a good beard and hot af. </i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saya rasa, ini yang luput dari Setipe.com. Preferensi ketertarikan saya ada pada hal-hal spesifik macam selera musiknya harus yang non-mainstream, suka nonton film, main gitar, suka kucing, menghargai seni dan budaya (pokoknya bukan <i>philistine </i>lah), <i>open minded,</i> dan pengetahuannya harus luas. HAHA! Hal-hal semacam itu nggak ada di daftar pertanyaan Setipe.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Yang menarik, sejauh pengalaman main tinder, rupanya faktor lokasi itu juga berpengaruh. Saya jarang nemu cowok-cowok main tinder yang sesuai tipe saya di Surabaya, kota saya. Ada sih beberapa, tapi susah nemunya. Paling ada beberapa di Malang. Tapi begitu saya main ke Bandung, Jakarta, atau Jogja... tipe-tipe cowok saya itu langsung banyak. Entah apa karena cowok-cowok model begitu di Surabaya emang jarang yang main tinder, udah laku semua, atau memang setiap kota punya <i>"stereotype"</i> sendiri-sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan menariknya lagi, tingkat "laku"-nya saya juga cenderung rendah di kota Surabaya dibandingkan di kota-kota lain (di kota lain juga ga laris-laris amat sih, tapi mendingan lah haha). Susah banget dapet yang <i>match</i> di Surabaya. Padahal saya sampai <i>swipe </i>kanan secara <i>random,</i> tapi tetap nemu yang <i>match </i>itu susahnya minta ampun. Beda ketika saya pakai akun palsu saya (hijab dengan senyum menggoda), yang <i>match </i>langsung banyak.... Ini bikin saya mikir pantes saya susah cari jodoh. Saya tinggal di kota yang salah. Ditambah punya wajah dan kepribadian yang salah. <i>Oh, man....</i></div>
<i><br /></i>
<i>...</i><br />
<br />
<b>TOMBOL-TOMBOL PREFERENSI KETERTARIKAN SEKSUAL</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4aoMGl13wFnqK81K4qDSPFi-TWkoXc4MZp-add_djb9pcQmZ4H_SOxW5h-2HS1X87pz2RBAEXg-rp6JBWV3sC9GEn8JqhcvgdcR2YAkJzxjPWx52tr0fw1g3_VSBEYXttJFBBVsEjQJoH/s1600/many-buttons-and-switches-control-panel-in-a-machine-EDPGFD.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="668" data-original-width="1000" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4aoMGl13wFnqK81K4qDSPFi-TWkoXc4MZp-add_djb9pcQmZ4H_SOxW5h-2HS1X87pz2RBAEXg-rp6JBWV3sC9GEn8JqhcvgdcR2YAkJzxjPWx52tr0fw1g3_VSBEYXttJFBBVsEjQJoH/s640/many-buttons-and-switches-control-panel-in-a-machine-EDPGFD.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ibarat otak manusia itu ada tombol-tombol "perasaan" yang bisa ditekan. Tombol-tombol ini harus dipencet supaya bisa jatuh cinta.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Berhubung saya suka banget mempelajari tentang psikologi manusia dan evolusi (secara otodidak, <i>because I'm graduated from engineering...</i>), saya seperti mendapat kesimpulan tentang bagaimana orang memilih jodoh. Saya merasa bahwa di kepala manusia itu ada semacam tombol-tombol preferensi ketertarikan terhadap lawan jenis (atau sesama jenis). Tombol-tombol ini sifatnya bawah sadar, bisa jadi ga bakal dijawab kalau ditanya langsung ke yang bersangkutan. Entah dia berusaha sopan, menutup-nutupi, atau mungkin nggak sadar. <i>So people do have a type. </i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-style: italic;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka ketika kita bertemu dengan orang yang ada dalam daftar tombol-tombol tipe kita (<i>either you do realize it or not)</i>, maka tombol-tombol itu <i>kepencet </i>dengan mudahnya. Sebelum kamu sadari atau bisa menguasai diri, kamu sudah jatuh hati.</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Dan jika berbicara dalam lingkup entitas manusia dalam biologi evolusioner, maka tombol-tombol itu erat kaitannya dengan preferensi seksual. Kita manusia ini kan produk evolusi yang punya nafsu seksual untuk berkembang biak. Jadi, ketertarikan tadi berkaitan dengan "seperti apa" calon pasangan yang bisa bikin kita <i>napsu. </i>Kalo mau romantis dikit, boleh lah dibilang yang bisa bikin kita <i>cinta</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya pernah membaca bahwa ada penelitian yang menunjukkan kecenderungan seseorang untuk memilih pasangan berdasarkan kesamaan dengan orangtua lawan jenisnya (jadi misal anak perempuan cari cowok kayak bapaknya dan anak laki cari cewek kayak ibunya). Ini mungkin ada hubungannya dengan bawah sadar otak manusia yang ingin melestarikan gennya. Sigmund Freud mungkin juga punya penjelasan tentang ini...</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Lalu, pernah berpikir juga kenapa sering ada pendapat yang bilang <b>jodoh mukanya mirip?</b> Argumennya bukan kalo mukanya mirip trus jodoh, tapi karena orang cenderung punya ketertarikan pada orang lain yang mirip dengan dirinya sendiri. Bisa jadi ini juga karena faktor ingin melestarikan gen itu tadi. Ini juga menjelaskan bahwa orang yang merasa dirinya cakep (walaupun belum tentu cakep) cenderung tertarik sama yang juga cakep. Atau mereka yang punya hobi tertentu, tertarik dengan orang lain dengan hobi yang sama. <i>So... opposite attracts is not true.</i> <b>Kesamaan itu lebih bisa menarik hati.</b> Dan ini mungkin juga bisa dijadikan alasan pembenaran pada pernyataan, "Cewek baik-baik, dapatnya cowok baik-baik,". Walau nggak selalu juga sih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, coba perhatikan deh. Kadang orang cari pasangan yang mirip-mirip dengan mantannya. <i>Because we all do have a type! </i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Tapi <i>tho </i>memang, manusia nggak bisa disamaratakan. Ada yang aseksual, homoseksual, panseksual - mungkin ini semacam "mutasi" dari produk evolusi. Atau ada juga yang punya nafsu seksual tanpa melibatkan rasa cinta, ada yang sedikit <i>picky.</i> Ada yang preferensinya pada orang dengan etnis tertentu, dll. Manusia itu <i>macem-macem.</i></div>
<br />
<i>...</i><br />
<i><br /></i>
<b>KENAPA ADA CEWEK YANG SELALU TERJEBAK DENGAN COWOK YANG SALAH</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5fh4osxjBgkSkAUFA2bT7wXPB0FkmYC1MLkNHRqulDXB4RYmvO7EWSpT2EuSa2HV-rf3KAy24OlC6Fzjfv03cesrWhGnP_CeyjuKa4oIlz5fgaXUQoInhHVS9rZnbUNjSfw5biTEE6dve/s1600/rihanna+chris+brown.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="600" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5fh4osxjBgkSkAUFA2bT7wXPB0FkmYC1MLkNHRqulDXB4RYmvO7EWSpT2EuSa2HV-rf3KAy24OlC6Fzjfv03cesrWhGnP_CeyjuKa4oIlz5fgaXUQoInhHVS9rZnbUNjSfw5biTEE6dve/s640/rihanna+chris+brown.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Entah kenapa saya teringat Rihanna (dan almarhumah Jupe) kalo ngomongin cewek yang memilih cowok yang salah</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Berbekal kesimpulan ngasal (tapi mudah-mudahan masuk akal) ini, maka saya punya opini khusus tentang kenapa <i>some people always got stuck with wrong people.</i> Mungkin kamu punya teman cewek cakep baik hati yang entah bagaimana selalu terjebak dengan cowok brengsek yang salah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama,</b> mungkin ada alasan psikologis. <i>Addiction to sex</i> erat kaitannya dengan <i>personal problem </i>ingin dicintai (buat cewek terutama, entahlah kalo cowok). Kadang dia juga punya <i>Daddy's issue, </i>semacam tidak punya gambaran tepat laki-laki yang baik seperti apa karena kehilangan figur ayah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua, </b>masalah klasik "siapa tahu dia berubah". Biasalah... kita memulai hubungan dengan selalu berharap pasangan kita akan berubah. Saya kasih tahu ya, ini <i>gambling</i> banget. Kamu berharap pasangan berubah tapi pasangan tidak akan berubah, atau kadang kamu berharap pasangan nggak berubah <i>eeeeh</i> pasangan malah berubah!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ketiga, </b>faktor preferensi itu tadi. Setiap orang punya tombol-tombol di kepalanya yang menunggu dipencet oleh orang yang sesuai. Syukurin aja kalo kamu punya ketertarikan pada orang yang benar, tapi kadang beberapa orang lain harus terjebak pada orang yang salah. Pada suami orang, pada tante-tante, pada orang brengsek, pada <i>aki-aki </i>tua kaya raya (kayak "selebgram" itu lho)... Ini nggak bisa dicegah! <i><b>The heart wants what it wants... </b></i></div>
<i><b><br /></b></i>
<i><b>...</b></i><br />
<b><br /></b>
<b>IT'S NOT ONLY ABOUT OUTSIDE</b><br />
<b><br /></b>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn7SCpsKH2m-YTbbg9eZDyZZcZ54DxNi7caDLnM4TkZsAv29vMehw44-2oNx4ZRNuFRZFWWg-E_KSd7fJjLDdimZtWs2doC1E-tG_7kxVl4GVSVuixtZXLBR86vjtu9l6t5dCxFWJbVxUV/s1600/harry+potter.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="580" data-original-width="920" height="402" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn7SCpsKH2m-YTbbg9eZDyZZcZ54DxNi7caDLnM4TkZsAv29vMehw44-2oNx4ZRNuFRZFWWg-E_KSd7fJjLDdimZtWs2doC1E-tG_7kxVl4GVSVuixtZXLBR86vjtu9l6t5dCxFWJbVxUV/s640/harry+potter.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kalo <i>based on appearance</i> doank saya bakal milih Malfoy, tapi kalo <i>based on personality</i> saya milih Ron Weasley! </td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Perlu diketahui, preferensi yang saya terangkan di atas tidak melulu tentang penampilan luaran saja. Tapi juga menyangkut kepribadian. Beberapa tombol yang harus dipencet itu juga melibatkan kepribadian seperti apa yang bisa bikin kita jatuh hati. Sayangnya, <i>online dating site</i> semacam Tinder tidak bisa menawarkan itu. Karena kepribadian itu harus dikenali terlebih dahulu, bukan sekedar pencitraan yang ditulis di <i>caption bio.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa cewek tertarik pada pria yang maskulin dan alphamale, beberapa yang lain tertarik pada pria sederhana, beberapa tertarik pada yang humoris dan badut kelas, beberapa tertarik pada pria yang relijius dan "imam keluarga banget".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Physical attraction</i> emang penting, tapi penting juga untuk memahami kepribadian pasangan seperti apa yang bisa bikin kamu tertarik dan emang sesuai dengan kepribadianmu. Di sinilah saya rasa Setipe.com lebih unggul daripada Tinder.</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i><b>Sejauh mana tombol-tombol tipe / preferensi ini penting?</b></i></div>
<br />
Saya nggak tahu dengan semua orang seperti apa. Tapi kalo kasus saya sendiri saya menyadari bahwa saya tidak bisa jatuh cinta dengan lelaki yang tidak sesuai dengan "tombol-tombol" tipe lelaki idaman saya. Belum lagi, saya punya "tombol-tombol" yang bisa bikin saya ilfil: lelaki megalomaniak nan oportunis. <i>Big no. </i>Atau mereka yang nggak paham musik dan film. Haha.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Perlu diingat juga, bahwa kamu juga tidak bisa mengharapkan pasangan bisa "mencet" semua tombol-tombol tipe / preferensi itu. Kan katanya tidak ada yang sempurna di dunia ini. Namun sejauh mana kamu bisa menolerir tombol mana yang tidak dipencet dan mana yang dipencet. (Ini apa-apaan ya analoginya saya dari tadi pake tombol yang dipencet).</div>
<br />
...<br />
<br />
Begitulah.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Panjang banget ya. Kalo ngomongin relationship saya emang cerewet. Saya tuh sebenarnya kepengen bisa jadi mak comblang semacam Patti Stranger dari <i>Millionaire Matchmaker. </i>Atau saya juga kepengen jadi konsultan hubungan dan perkawinan, tapi masalahnya saya belum kawin... jadi siapa yang bakal percaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-25804721278844015292017-06-09T23:08:00.000-07:002017-06-10T21:30:55.388-07:00Tinder Experience #1: Apakah Cari Jodoh Lewat Online Dating Itu Menyedihkan?<div style="text-align: justify;">
(Kali ini stop dulu ngomongin hal-hal berat macam agama dan filsafat hidup yak. Berat!)</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>...</i><br />
<i><br /></i>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9RJ3_LJ5CFmUCG4Uq-MUR4segkAbmrRd8zVBt0DdKUZMqkdVLzySnWaokCFFBvyCqCcAwVCMuiWCwj3fnenWkMXsrdlgCRp-s4sUQ5f6WXKEKVHGvtFB9SaAsXYwwAeWtuoEIiBQXkwZr/s1600/tinder+logo+lagi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="314" data-original-width="590" height="340" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9RJ3_LJ5CFmUCG4Uq-MUR4segkAbmrRd8zVBt0DdKUZMqkdVLzySnWaokCFFBvyCqCcAwVCMuiWCwj3fnenWkMXsrdlgCRp-s4sUQ5f6WXKEKVHGvtFB9SaAsXYwwAeWtuoEIiBQXkwZr/s640/tinder+logo+lagi.jpg" width="640" /></a></div>
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baca judulnya: <i>Tinder Experience. Do I play Tinder?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Oh yes, I play Tinder. Haha!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Empat tahun lalu, kalau ada orang cerita bahwa dia mencari jodoh lewat dunia maya, entah mau lewat media sosial seperti facebook dan instagram, atau lewat situs kencan online, saya akan merasa bahwa orang itu adalah tipe yang.... menyedihkan. Kesannya, kok kayak nggak bisa cari jodoh (atau nggak laku) di dunia nyata sampai harus cari jodoh lewat online. <i>That's pathetic...</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sampai akhirnya saya menyadari karena mengalaminya sendiri...<b> CARI JODOH ITU SUSAH PARAH YA ALLAH!</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi<i> single</i> mendadak di usia menjelang 27 itu nggak mudah. Apalagi jadi <i>single</i> dengan kondisi hati yang tidak karuan (alias hancur. Hancur mas!). Sebenarnya usia 27 itu bukan usia yang tua-tua amat ya, tapi saya tinggal di Indonesia dimana jalan hidup seseorang setelah lulus kuliah dituntut untuk cepet kawin (<i>Please,</i> saya sekarang umur 29 tahun dan teman sepantaran saya udah ada yang punya anak 3!). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untungnya, saya bukan tipe yang kebelet kawin dan lahir dari keluarga yang orang-orang sebut "tipe keluarga menengah moderat". Jadi belum nikah di usia saat ini tidak pernah jadi beban pikiran yang bikin stress banget. Ada sih kepikiran dikit, cuma nggak sampai yang<i> lebay</i> gitu lho. Ditambah lagi, sebagai orang yang sama sekali tidak impulsif, saya butuh waktu agak lama untuk akhirnya bisa benar-benar memulai menata hati dan memulai cerita baru dengan orang lain (*duilah bahasanya).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>But then I started to playin' online dating site... </i>Awalnya<i> </i>saya cuma sekedar iseng doank sekalian <i>social experiment.</i> Iseng doank, kalik-kalik nemu jodoh untuk menemani hidup saya yang kering nggak ada romantis-romantisnya. Saya mulai bikin akun setipe.com, salah satu aplikasi cari jodoh yang sedikit "private" dan mencarikan jodoh berdasarkan algoritma kecocokan sesuai profil psikologis kita. Lalu kemudian saya mulai bikin <i>profile</i> tinder, dan siapa tau saya beruntung....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3gb1SN0B6IVGWgeXhyauihtIzqiojQ5IZjtyzxEeWIq4onsQw33uE97x8SYaT2lmZnVHm1p0tbTERaaHrQVThyiVS-izwBP-xawb0HqpasC5ZMzY3pp2ugcs2t1jQlX1_Fb7NzROZSWMj/s1600/tinder-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1068" data-original-width="1600" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3gb1SN0B6IVGWgeXhyauihtIzqiojQ5IZjtyzxEeWIq4onsQw33uE97x8SYaT2lmZnVHm1p0tbTERaaHrQVThyiVS-izwBP-xawb0HqpasC5ZMzY3pp2ugcs2t1jQlX1_Fb7NzROZSWMj/s640/tinder-1.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hey, sebelum saya dituduh menyedihkan karena cari jodoh lewat dunia maya, perlu saya kasih pembelaan dulu kenapa cari jodoh itu pada dasarnya nggak semudah yang orang-orang bayangkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pertama, </b>cari jodoh di akhir 20-an itu susah lho. Stock lawan jenis udah menipis, karena banyak yang udah kawin. Belum lagi kesibukan pekerjaan akan menyita banyak waktu sehingga membuat kita jadi makin susah cari jodoh. Apalagi kalo pekerjaan kamu bukan tipe pekerjaan yang banyak ketemu orang, atau malah kerja di tempat-tempat terpencil, otomatis kolam pencarian jodoh hanya akan berkisar pada lingkungan kerjaan atau saat reunian. Dan probabilitas ketemu jodoh lewat hal-hal random kebetulan, macam ketemu di bar (atau kafe), dikenalin teman, nggak sengaja ketemu di suatu seminar, dll itu juga kecil banget dan cuma ada film-film romantis!<i> (Or am I just too damn picky and shy?)</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Kedua, </b>saya nggak cantik. HAHA. Hei, nggak usah kasih argumen dengan hal-hal inspiratif "cantik itu yang penting <i>inner beauty</i>-nya", akui saja kalo wajah cantik, otomatis pria yang mendekati akan lebih banyak. Pilihan jadi lebih banyak. Kalau buat cowok, mungkin dilihat dari materi ya. Kalau uda mapan di akhir usia 20an, otomatis mau mendekati cewek juga jadi lebih percaya diri, dan ceweknya juga gampang mau! <i>We live in a superficial world where pretty face and money help you a lot!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ketiga,</b> yang ini mungkin sekedar <i>my personal issue.</i> Saya akui bahwa saya introvert dan sedikit pilih-pilih, sehingga nemu yang benar-benar cocok itu lumayan susah (udah gitu yang mau sama saya juga nggak banyak... haha...). Sebenarnya dikatakan pilih-pilih juga enggak sih, <i>but I do have a specific type.</i> Dan hal ini saya sadar banget sejak main tinder. Saya akan bahas ini lebih lanjut di artikel berikutnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, dengan mengetahui bahwa cari jodoh itu susah (saya pernah bahas analisa ini dengan lebih komprehensif di <a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2017/02/kenapa-cari-jodoh-itu-susah.html"><b>artikel lain</b></a>) dan kemudian mengalaminya sendiri, saya tidak lagi menghakimi mereka yang mencari jodoh lewat <i>online dating site.</i> Ini adalah salah satu strategi cari jodoh mudah yang ditawarkan era digital. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi... apakah mencari jodoh lewat <i>online dating </i>itu menyedihkan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Iya sih.... HAHAHA...</i> Orang lain yang tidak mengalami hal sama kemungkinan akan menganggap itu menyedihkan. Tapi peduli amat dengan opini orang lain ya kan. Daripada hidup kering nggak ada romantis-romantisnya.... kan saya juga pengen ngerasain kisah cinta ala La La Land. Sebagian besar nemu jodoh di sekolah, kampus, kerjaan, komunitas... sebagian nemu jodoh lewat taaruf.. sebagian nemu jodoh lewat <i>online dating.</i> <i>This is digital era. </i><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi54oL2i7y8Bp3nCmXLFt25HbnmERr_thg6zgITUTiP5k6LQARnIZEtN6skhtX8v5mXm4NyXCBL-MedDdIReIY3X9zjcYMdD5AT_4R6P6Oo-_kcCu2XCnM5t54PKDxOsfedw4x96yvERiZx/s1600/la-la-land.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="685" data-original-width="1371" height="318" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi54oL2i7y8Bp3nCmXLFt25HbnmERr_thg6zgITUTiP5k6LQARnIZEtN6skhtX8v5mXm4NyXCBL-MedDdIReIY3X9zjcYMdD5AT_4R6P6Oo-_kcCu2XCnM5t54PKDxOsfedw4x96yvERiZx/s640/la-la-land.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>I want a romantic life. GIVE ME A HOT GUY LIKE RYAN GOSLING PLEASE!</i></td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<i><b>But tinder? Really?</b></i></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Emang sih. Banyak <i>zonk</i> bertebaran di <i>online dating site,</i> apalagi Tinder yang emang terkenal sebagai aplikasi cari<i> casual hookup.</i> Dan aselik cowok di tinder banyak yang uda <i>married</i> atau <i>taken</i> tapi masih nampang dan ngaku<i> single </i>di sana. Segala hal yang sering kamu baca tentang kasus-kasus buruk mencari jodoh lewat online itu emang benar adanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi saya sendiri merasa bahwa, cari jodoh lewat<i> online</i> maupun dunia nyata sama aja. Kamu nggak pernah benar-benar bisa kenal orang. Saya tahu beberapa cowok yang emang bener brengsek dan mereka menemukan pasangan mereka di dunia nyata.... Dan saya yakin tuh pasangan nggak tahu kebejatan si cowoknya. Cuma pemberitaan tentang kasus buruk cari jodoh di dunia nyata nggak punya nilai berita, jadi nggak pernah ada beritanya aja... </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Intinya, cari jodoh di dunia nyata dan asli sebenarnya sama aja absurdnya. Tapi untuk meminimalisir itu, <i>based on my 3 months experience using tinder,</i> kita bisa cari jodoh beneran kok lewat <i>online dating.</i> <i>Well, at least I found my guy on tinder.</i> Haha. Saya akan bahas gimana tips dan triknya serta pengalaman saya selama main tinder di artikel yang lain...</div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-16868137814301898362017-06-07T08:21:00.001-07:002017-08-30T16:40:38.554-07:00Sampai Mati Kita Tidak Akan Pernah Tahu Apa-Apa<div style="text-align: justify;">
Lagi musim ngomongin agama ya. Entahlah, ini dunia politik Indonesia lagi kacau karena polarisasi ekstrim yang terjadi, dan entah bagaimana tiba-tiba nyrempet ke agama. Ini saya nggak cuma ngomongin satu kubu lho (yang suka disebut kaum "sumbu pendek" atau "bumi datar"), tapi juga kubu saingannya (suka diejekin sebagai "bani serbet"). Kedua kubu lagi getol banget ngomong agama sama politik. Termasuk saya. Walaupun saya berusaha nggak memihak salah satu, karena saya hobi nyinyirin dua-duanya :D<br />
<br />
Tulisan random saya kali ini, lagi-lagi ngomongin agama dan filsafat...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkkOm04a4nn9eqxWr15T3QnbKnMCMdp9AA2ej1cDqpp726r9xrLMk5M54AaNdXsFrIkOiidZECzwyKNFoN4A3GbnIL9B8dbn6CbQgtzIZvfWPHcs6rFFGiAk650_wBaDW-4MWgOtPKrDgd/s1600/aksi+212.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="335" data-original-width="670" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkkOm04a4nn9eqxWr15T3QnbKnMCMdp9AA2ej1cDqpp726r9xrLMk5M54AaNdXsFrIkOiidZECzwyKNFoN4A3GbnIL9B8dbn6CbQgtzIZvfWPHcs6rFFGiAk650_wBaDW-4MWgOtPKrDgd/s640/aksi+212.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Demo Ahok berjilid-jilid menjadi salah satu bukti adanya polarisasi politik yang bawa-bawa agama. (Source: merdeka.com)</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, kalau ada seseorang mencoba mengkritik agamanya (yang akan dianggap sebagai "membenci" dan lantas menjurus ke arah sebutan <i>"munafiqun"</i>), maka biasanya seseorang akan menasehatinya seperti ini, "Jangan membenci (atau mengkritik) sesuatu yang tidak kamu ketahui dengan baik,".</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya akan mengquote salah satu tulisan yang beredar di <i>facebook timeline</i> saya:</div>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: justify;">
<i>"Orang-orang mulai membicarakan agama meskipun dia sendiri bukan dalam kapasitasnya sebagai seorang ahli agama. </i><i><i>Berlagak jadi Mufti, Sang Pemberi Fatwa, padahal jika ditanya ilmu-ilmu pokok dan ilmu alat agama saja mungkin tidak tahu. Kadang, hanya berbekal membaca untaian-untaian paragraf kaum liberalis, pluralis, yang terinspirasi dari pemikiran barat sudah menggebu-gebu dan bernafsu menjudge agama islam begini begitu."</i></i></div>
<i>
</i></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Tulisan ini menggelitik saya. Saya menangkap intinya sebagai berikut: "Situ kalo belom belajar agama dengan benar ga usah ngomongin agama lah!".<br />
<br />
Di sinilah saya merasa tersindir. Karena saya ini hobi ngomongin agama, tapi ilmu agama saya paling banter dapetnya dari sekolah ama pondok Ramadhan. Udah gitu bacaannya makin ke sini buku-buku filsafat, sains, dan sejarah, tiga hal yang jelas paling getol ngejatohin agama. Kalo ada orang ngajak debat masalah beginian bawa-bawa <i>hadist</i> dan ayat Quran, saya jelas kalah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuEMcRF9ZlEcZbWjRgxw1dtyKjrJsyiZ97lI5BCnR376u4Z_3KksfFpyZ6RkCG9w6VMJLCbUX4v9t-nQE2N2-oM6G3u61t27mCUnjXJTpQR3JDj3tL-l9m_rl_pxHHDXmGLu8dTTAQ1_fn/s1600/liberal+pki.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="351" data-original-width="624" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuEMcRF9ZlEcZbWjRgxw1dtyKjrJsyiZ97lI5BCnR376u4Z_3KksfFpyZ6RkCG9w6VMJLCbUX4v9t-nQE2N2-oM6G3u61t27mCUnjXJTpQR3JDj3tL-l9m_rl_pxHHDXmGLu8dTTAQ1_fn/s640/liberal+pki.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Sudahkah Anda mempelajari "kitab-kitab" liberal dan komunis supaya nggak asal ngomong kayak orang di atas? Eman lho bikin spanduk mahal, konten tulisannya jadi bahan ketawaan.. </i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tapi... sebenarnya pernyataan di atas juga bisa dibalik. Bagi mereka kaum agamais yang suka ngehina-hina "musuh-musuh" ideologi mereka: filsafat, sains, agama lain, liberalisme, pluralisme, komunisme, -isme2 yang lain, dll..... sudahkah mereka belajar dengan baik hal-hal di atas yang juga suka kerap kali mereka kritik dengan sadis? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hey, Anda beragama Islam, dan mengklaim agama lain salah. Sudahkah Anda mempelajari agama lain dengan benar? Dan definisi belajar yang benar bukan belajar dari Zakir Naik yang jelas jualan kecap. Tapi situ kalo mau belajar agama Kristen ya belajarlah ke pendeta, atau belajar agama Buddha belajarlah ke pemimpin agama mereka. Intinya, belajarlah dari "sumbernya" langsung. Supaya argumentasi yang ada di otak Anda untuk menimbang mana yang benar sudah seimbang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Saya kayaknya pernah baca dari buku Black Swan (yang <i>bytheway</i> isinya ruwet abis. Baca cuma 2 bab kalik habis gitu nyerah dan dibalikin deh) tentang istilah "negasi negatif". Entahlah, ini istilah bener atau enggak karena bukunya udah nggak di saya lagi jadi saya nggak bisa ngecek. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkmu2fHvL785_VJB0i6nWfnk_Oatj7usG6tszAp67FIAwMJQx_VvhrNhTlkhfHxliPfLGIRN4_PZvYHLgGmodJwSJZIDJei9_H5RXp3qQVqstlbu-6lpWpnMwi-5qSQ15h83esZtfs116c/s1600/the+black+swan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="499" data-original-width="334" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkmu2fHvL785_VJB0i6nWfnk_Oatj7usG6tszAp67FIAwMJQx_VvhrNhTlkhfHxliPfLGIRN4_PZvYHLgGmodJwSJZIDJei9_H5RXp3qQVqstlbu-6lpWpnMwi-5qSQ15h83esZtfs116c/s320/the+black+swan.jpg" width="214" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Ini bukunya. Susah amat bacanya, 2 bab doank ga sanggup ngelanjutin hahaha...</i></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Yang saya tangkap mengenai "negasi negatif" (sorry ya kalo istilah ini salah), bahwa inti negasi negatif adalah ketika Anda mempunyai suatu hipotesis di otak, maka buktikan kebenaran hipotesis itu dengan mencari kesalahan-kesalahannya! Jadi, bukan mencari yang mendukung pembenaran Anda, karena Anda akan selalu menemukan "pembenaran" (bukan kebenaran lho ye). (Ada juga sih istilah untuk ini.. cuma saya lupa).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu sampailah saya kepada pemikiran absurd seperti ini....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, untuk mengklaim Anda sudah menemukan kebenaran agama Anda... Anda harus belajar agama lain. Agama besar di dunia emang paling cuma ada Yahudi, Kristen, Islam, Hindu, Buddha... tapi ada agama lain juga yang "bisa jadi" benar: Sinto, Baha'i, Sikh, dll. Atau siapa tau bentuk yang disebut "kepercayaan"-lah yang benar? Kejawen, Sunda Wiwitan, dll. Atau siapa tau agamanya Lia Eden yang benar... So.... untuk menemukan kebenaran dari segi agama, Anda harus mempelajari semua agama. Ga terbatas soal agama.. tapi juga dari sudut pandang yang lain: sejarah, filsafat, dan sains.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Buseeeeettt.... harus belajar semuanya? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara kita untuk bisa hidup harus kerja. Harus istirahat. Harus senang-senang biar ga stress. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Terlalu banyak ilmu yang harus dipelajari, terlalu sedikit waktu, dan kapasitas otak juga terbatas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka, keimanan mungkin adalah sesuatu yang jauh lebih mudah. Udahlah, pilih salah satu, percaya aja. Dan moga-moga benar. <i>End of story.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
....</div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, mungkin sampai mati kita tidak akan pernah tahu apa-apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ini jadi mengingatkan saya pada hakikat filsafat yang paling hakiki dari Socrates:</div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<i>The only true wisdom is in knowing you know nothing</i></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Seperti apa kebenaran itu? Kita tidak pernah tahu. Tidak ada kebenaran mutlak. Semuanya relatif. Kita tidak akan pernah tahu apa-apa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu hidup terasa hampa dan mengerikan. <b>Jreng!</b></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-31469706191209743222017-02-13T23:55:00.001-08:002017-08-30T16:59:59.817-07:00Kenapa Cari Jodoh Itu Susah<div style="text-align: justify;">
Judulnya provokatif dan agak<i> click-bait.</i> Sengaja.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika saat ini Anda membaca tulisan ini dengan suami/istri/pacar di samping Anda, dan Anda berpikir kenapa cari jodoh itu tidak sesusah yang saya ungkapkan di sini... maka bersyukurlah dan tetaplah optimis ~</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Izinkan saya, di Valentine's Day ini mengeluarkan uneg-uneg saya soal cinta. Halah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_H8C-kBu9dMjH3KqFDXRFkBvyUT7YOIc084bskwHELoGlnsWmWCik54pVELeTnPnayxroIe36f-vwFhEU5ttBDFXB7J-gX-HtqGAeUYO88AsWDWpHQkJ9l28O-D65g8JwFLE3li2_V5fZ/s1600/e6d817592d4ae50161354d60be22d55e.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="384" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_H8C-kBu9dMjH3KqFDXRFkBvyUT7YOIc084bskwHELoGlnsWmWCik54pVELeTnPnayxroIe36f-vwFhEU5ttBDFXB7J-gX-HtqGAeUYO88AsWDWpHQkJ9l28O-D65g8JwFLE3li2_V5fZ/s640/e6d817592d4ae50161354d60be22d55e.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tahu definisi jodoh itu berbeda dari masa ke masa. Jaman dulu orang tidak menikah karena cinta, tapi lebih disebabkan karena perjodohan - yang bisa jadi karena kepentingan ekonomi, politik, seks, keluarga, dll. Termasuk di antaranya adalah metode <i>taaruf</i> itu. Perlahan, seiring dengan perubahan jaman di kalangan urban dan kisah romantis yang terlalu didramatisir, maka pernikahan karena cinta menjadi sesuatu yang wajar saat ini. Apalagi ditambah kesakralan akan seks tidak lagi sekuat era konservatif, penilaian orang di kalangan "liberal" untuk menikah lebih didasarkan pada "<i>celebrating love"</i> bukan sekedar "mencegah perzinahan" sebagaimana ajaran agama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya saya bukan tipe petualang cinta (soalnya ga punya kapabilitas untuk itu sih), tapi kebetulan saya suka mengamati cerita-cerita orang tentang cinta dan pernikahan. Saya menikmati cerita - cerita itu dan menjadikan itu sebagai bagian dari pembelajaran diri saya hingga saya bisa sok-sokan nulis ini. Dari dulu saya orangnya berusaha untuk realistis dan gag muluk-muluk. Saya suka film-film romantis, tapi saya tahu itu ga<i> real</i>. Saya juga kerap merasa bahwa cinta itu cuma fantasi yang dibesar-besarkan aja. Jodoh adalah kebetulan yang diromantisir. Tapi yaaa... namanya perempuan ya. Tetap aja saya pengen ketemu <i>Mr. Right Guy.</i> Kalo bisa yang seganteng Michael Fassbender, kaya, setia, dan romantis, agak <i>kinky</i> kayak Christian Grey ga masalah....... yang penting <i>hot</i> dan kaya. ...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tahu pemikiran ini sesat.... Pesimisme (baca: realistis) itu bikin hidup emang jadi nggak seindah novel-novel romantis. Jadi terkadang saya suka mikir mending kita terbenam pada fantasi-fantasi bahagia soal cinta aja daripada dikasih tahu kalau cinta itu cuma efek hormonal di kepala (<i>anyway, </i>toh cinta adalah hasil perbudakan evolusi manusia untuk berkembang biak). <i>Denial is a good thing!</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgco-zujWrFLk60d3A4Gu9YIlCfVytCrzKqAWr3vIfMK2rnoXkuoq4V8cM-30doX0oFpTLSddcSqcU0jB_8hIcnf80pQ7X4H9563ykYWYbwcImS4u-Iwt6qjHGBIlwTwm1ig39QjnH8YZD1/s1600/days+of+summer.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="336" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgco-zujWrFLk60d3A4Gu9YIlCfVytCrzKqAWr3vIfMK2rnoXkuoq4V8cM-30doX0oFpTLSddcSqcU0jB_8hIcnf80pQ7X4H9563ykYWYbwcImS4u-Iwt6qjHGBIlwTwm1ig39QjnH8YZD1/s640/days+of+summer.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke, mari saya coba jabarkan kenapa cari jodoh itu secara <i>scientific</i> (*halah) emang susah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>#1 </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>JODOH ITU SUKA SAMA SUKA</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBo73GBFA6Sycu4VdAhjFDx9py8VdutAe2IaF4SvFykIWd5Zws44_gm3R1AdQM49d_M0Kr_UuwEMv9WD9bpxMxMB1MRABw8yH1b0LPrGpamUsX2tGabO3jXWYhns0GCEpGCHwrndL3mvwr/s1600/when+harry.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBo73GBFA6Sycu4VdAhjFDx9py8VdutAe2IaF4SvFykIWd5Zws44_gm3R1AdQM49d_M0Kr_UuwEMv9WD9bpxMxMB1MRABw8yH1b0LPrGpamUsX2tGabO3jXWYhns0GCEpGCHwrndL3mvwr/s640/when+harry.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah, sedari awal nemu yang suka sama suka aja udah susah. Kita naksir orang, eh orangnya nggak mau. Kita dekat sama orang, eh kita di-<i>friendzone</i>-in doank. Begitu kita ditaksir orang, eh kita yang nggak ada <i>feeling.</i> Nah kan dari awal aja nemu yang suka sama suka aja udah susah. Secara probabilitas matematis, berapa orang yang kita sukai dalam suatu waktu? Mungkin 1-2 orang. Nah berapa probabilitas nih orang suka balik sama kita? Entah! </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untunglah.... Tuhan memudahkan jalan dari kekacauan matematis ini dengan bikin skema dimana si cowok <i>hunting,</i> dan si cewek nunggu dideketin. Untung pula biasanya cewek gampang baper kalo dimanis-manisin cowok, atau banyak orang yang bisa berpindah hati dengan cepat. Jadi peluang suka sama suka itu jadi lebih lebar. Untung pula, orang biasanya cenderung tertarik dengan orang yang mirip dengan dirinya sendiri. Jadi, yang <i>nerd </i>biasanya suka sama yang <i>nerd,</i> yang gaul suka sama yang gaul, yang playboy suka sama yang.... matre? :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>#2</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>JODOH ITU MELIBATKAN PERASAAN / EMOSIONAL YANG SUPER ABSURD</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Kg_ft1RU96fW-Y1M4YvYueRgNLXBNEdCcmSShqZcY8u0foQRn5_lqiOfi__q48x7skkCzDyduqY4axyt5mDUUONQbLJS8DsCz6MoydmVcIwjv5_lxRb5a1noOK5KLvow7NSvdaJlKyHf/s1600/the+notebook.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Kg_ft1RU96fW-Y1M4YvYueRgNLXBNEdCcmSShqZcY8u0foQRn5_lqiOfi__q48x7skkCzDyduqY4axyt5mDUUONQbLJS8DsCz6MoydmVcIwjv5_lxRb5a1noOK5KLvow7NSvdaJlKyHf/s640/the+notebook.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tahu kan ungkapan <b>cinta itu buta?</b> <i>Sometimes we love someone and we don't even know why..</i>. Bisa jadi karena doi baik hati, karena cantik, karena kalo senyum manis banget, atau karena dia yang nolongin kita pas kita jatuh di jalan (kayak FTV-FTV). Terlepas dari manusia bersikeras sebagai makhluk pintar yang mengaku punya rasionalitas maha pintar di kepala, nggak bisa nggak, cinta melibatkan sejumlah hormon-hormon atau dorongan evolusi di otak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau <i>based on biology evolutionary, </i>biasanya manusia cenderung tertarik dengan orang yang memiliki gen-gen yang sama dengan dirinya. Kenapa? Karena kecenderungan "gen egois" manusia untuk mewariskan gen-gen dirinya ke keturunannya. Itulah kenapa saya rasa yang menyebabkan "jodoh kok mukanya sering mirip", atau tertarik dengan orang yang punya kemiripan hobi, bakat, kesukaan, dll. Bisa juga (menurut penelitian beneran nih), manusia punya kecenderungan untuk tertarik dengan pasangan yang mirip orang tuanya. Saya menemukan beberapa perempuan yang tertarik dengan pria-pria yang mirip bapaknya sendiri (termasuk saya! Haha). <i>By the way, </i>namanya kecenderungan ya belum tentu ini 100% akurat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
So, terlepas dari cinta itu jangan dilihat dari fisik, mau ga mau otak di kepala kita memiliki pemograman ketertarikan berdasarkan penampilan luar. <i>Well, physical attraction</i> itu penting - <i>at least </i>untuk stage jatuh cinta pertama (bukan yang tipikal <i>witing trisno jalaran soko kulino </i>ya). Ini ga berarti kita hanya tertarik sama yang cantik dan yang ganteng sih, karena toh cantik dan ganteng itu relatif. (Misal: saya cenderung tertarik sama cowok-cowok berkulit gelap dan mukanya kasar - jadi bukan tipikal cowok ganteng <i>mainstream.</i> Atau ada juga cowok yang suka naksir sama cewek-cewek mungil yang lucu - bukannya yang seksi). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain <i>attraction by physical</i> (<i>attraction</i> boleh dimaknai sebagai "tipe pasangan idaman", dan <i>physical attraction</i> juga bisa dimaknai sebagai <i>sexual attraction</i>), ketertarikan selanjutnya biasanya berupa <i>chemistry.</i> Ini susah dijelaskan sih. Keliatannya seseorang rupawan dan pintar nan sempurna, tapi <i>chemistry</i>-nya nol besar dan kita ga bisa tertarik lama-lama sama dia. Bagi saya, <i>chemistry</i> ini seperti "irama" antara dua orang. Jika iramanya pas, maka ada semacam tarian yang harmonis, jika tidak ya gag cocok... Dan chemistry ini yang sukar dibohongi. Saya merasa ada orang yang bisa gampang <i>build-chemistry</i> dengan lawan jenis, ada yang susah. Nah saya termasuk yang susah kayaknya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada juga nilai-nilai emosional tertentu dari lawan jenis (atau sesama jenis, <i>whatever, I don't judge</i>) yang bisa bikin kita jatuh cinta dengan mudah. Ini juga susah dijabarkan. Kenapa? Karena kita sebagai manusia kadang nggak pernah benar-benar tahu apa yang kita inginkan. Misal ada perempuan yang menarget bahwa laki-laki idamannya adalah "bertanggung jawab". Namun sebenarnya alam bawah sadarnya mendefinisikan bertanggung jawab sebagai kemapanan. Kasarnya nih cewek sebenarnya matre (wajar sih), tapi jelas dia nggak mau mengakui fakta itu dengan berani. Jadi kata "bertanggung jawab"-lah yang keluar dari mulutnya. Pengalaman saya sendiri, sejak gagal dengan mantan, saya cenderung merasa bahwa saya hendak mencari pria pintar yang bisa lebih dominan dari saya, namun ternyata saya menyadari bahwa preferensi ketertarikan saya ada pada cowok-cowok idealis yang nggak sombong dan tipe baik hati serupa Ron Weasley atau Peeta Mellark. Pinter tapi kalo nggak idealis biasanya saya gag tertarik. Jadi, apa yang saya pikir mau, ternyata bukan itu yang ada di otak saya....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>#3</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>JODOH DAN PERNIKAHAN DIBATASI RASIONALITAS DAN SOCIETY</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFUmgp-xEccE9RePFJMs6LAib49XLgasyFkwb4MSFsSWrpMTJVrw2Ha_CdtzNu9wfY9RcxY8nAiFbXeBDnD_cMtfcKXDG7wi_CqhpqBA878soIFjA7d-7xbK4Hh2fQKLnZAXM5WqZiTTXO/s1600/LOVING-movie.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFUmgp-xEccE9RePFJMs6LAib49XLgasyFkwb4MSFsSWrpMTJVrw2Ha_CdtzNu9wfY9RcxY8nAiFbXeBDnD_cMtfcKXDG7wi_CqhpqBA878soIFjA7d-7xbK4Hh2fQKLnZAXM5WqZiTTXO/s640/LOVING-movie.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke, cinta itu buta... tapi ungkapan selanjutnya adalah : <b>cinta doank ga cukup. </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalo menikah karena cinta doank tanpa memikirkan hal-hal lainnya, maka cari jodoh untuk dinikahi tidak akan serumit itu. Setelah kita <i>attracted</i> sama orang, maka banyak pertimbangan-pertimbangan rasionalitas dan sosial yang membatasi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pertimbangan ini bisa berupa semacam pertimbangan-pertimbangan ekonomi, agama, norma, budaya, strata sosial, dll. Seorang bangsawan diharapkan menikah dengan sesama bangsawan, seorang muslim wajib menikah dengan sesama muslim, anak pengusaha X dijodohkan dengan anak pengusaha Y, anak pejabat A dijodohkan dengan pejabat B.... intinya sebuah pernikahan diharapkan "bermanfaat" buat orang banyak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka, mencari jodoh itu makin susah.... Ada orang baik kita ga <i>attracted,</i> ada orang yang kita <i>attracted</i> eh orangnya ga baik... atau beda agama... atau beda ras... <i>Ya Allah... </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>#4 </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>CINTA SUKA TIDAK TEPAT WAKTU</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT0tbeUvefCQa510S8zEICN8TQmPiI8FAZOz3uU34BrlYSnb9Vi9Y_o6MjsB8f2nxVtHe3vdL9mH157BPC2Ge2fxQxbOa6czgTedXVdksgFMqW7vKU8j_xF8r7JEvQoyG9E9_o4wEkBZ2G/s1600/in-the-mood-for-love.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="427" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjT0tbeUvefCQa510S8zEICN8TQmPiI8FAZOz3uU34BrlYSnb9Vi9Y_o6MjsB8f2nxVtHe3vdL9mH157BPC2Ge2fxQxbOa6czgTedXVdksgFMqW7vKU8j_xF8r7JEvQoyG9E9_o4wEkBZ2G/s640/in-the-mood-for-love.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ini mirip novel milik Puthut EA berjudul "Cinta Tidak Pernah Tepat Waktu" (belum baca sih, tapi judulnya udah asyik). Kadang.... cinta itu datangnya tidak tepat waktu. Untuk berjodoh kita butuh momen yang sempurna. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Misal, kamu jatuh cinta sama orang yang sudah menikah (atau sama-sama sudah menikah). Artinya kalian bertemu dan jatuh cinta di saat yang tidak tepat. Hidup akan lebih mudah seandainya kalian bertemu sebelum ada yang menikah (ini kan kayak film <b>In The Mood For Love</b> bangeeet!). Saya jadi keinget gosip salah satu artis: Tora Sudiro yang menceraikan istri pertamanya untuk menikahi Mieke Amalia. Ketika diwawancara mereka bilangnya: "Kami jatuh cinta di saat yang memang tidak tepat...". Kedengarannya egois ya, namun ya manusiawi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Contoh lain: misalkan, kamu ditaksir orang tapi kamu nggak mau. Eh,, gilirannya orangnya udah nggak cinta lagi, kamu baru mau. Nah ini juga sering kejadian!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>#5</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>PERNIKAHAN ITU BAK MAIN JUDI</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA8-Xmj786Rg8Tkv-Q8KiRqiBLRCb1S2EhCSZq322c87fDrPi3rT1shzxaroGgq4KteF1VszLg19hFockDfEo9DCEPvwRjzhxXAddRu4Q6ff_XU9kKTEeLCwOgnkY2AFWc-3SE9dK4Q8nz/s1600/blue-valentine-1200-1200-675-675-crop-000000.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhA8-Xmj786Rg8Tkv-Q8KiRqiBLRCb1S2EhCSZq322c87fDrPi3rT1shzxaroGgq4KteF1VszLg19hFockDfEo9DCEPvwRjzhxXAddRu4Q6ff_XU9kKTEeLCwOgnkY2AFWc-3SE9dK4Q8nz/s640/blue-valentine-1200-1200-675-675-crop-000000.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagaimanapun juga namanya masa depan ya kayak main judi. <i>Because we never know.</i> Dan salah satu hal tidak bisa dikendalikan adalah sifat dan perasaan manusia. Kita boleh sudah merencanakan dan memikirkan baik-baik tentang orang yang kita nikahi, tapi kita tidak pernah benar-benar bisa mengendalikan dia seperti apa yang kita mau. Demikian juga sebaliknya (anyway saya belum nikah kok sok bijak kalik ngomong begini). </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya berkaca pada gosip salah satu artis wanita ibu kota yang sudah dua kali gagal menikah (sebut saja R). Pernikahan pertamanya karena pacaran, MBA, namun kemudian gagal. Ini seperti menjadi validasi bahwa pacaran itu tidak menjamin kita cocok atau tidak dengan pasangan. Tapi pernikahan keduanya karena taaruf, gagal juga. Jadi ini juga membuktikan bahwa <i>bah</i> pacaran <i>bah</i> taaruf tidak menjamin pernikahan bisa langgeng dan bertahan lama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan kita juga nggak bisa mengendalikan perasaan dan sifat orang ke depannya seperti apa. Terkadang perasaan bisa hilang gitu aja.... Ini menyakitkan, tapi ini ya manusiawi juga. Bahkan, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa rasa cinta cuma bertahan maksimal 3 tahun, selebih itu dibutuhkan komitmen sama-sama kuat untuk membuat cinta itu jadi<i> attachment.</i> <i>I've been in a relationship with my ex for 7 years, </i>dan saya pikir saya sudah cukup mengenal dia selama pacaran selama itu, <i> but in the end I just realized that I don't even know him at all. So... feelings change, people change. </i>(Jadi curhat. Kalo mantan baca ya gpp lah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi, jodoh itu bisa juga sifatnya<i> temporary.. </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
....</div>
<div style="text-align: justify;">
So yang namanya jodoh itu bagi saya seperti kepingan-kepingan yang jatuh dari langit, dan entah bagaimana kepingan-kepingan itu harus bisa jatuh pada tempatnya dengan tepat. Ini probabilitasnya rendah banget lho Sebagian orang bisa merasakan itu, mungkin sebagian orang tidak. Mungkin jodoh itu juga tidak ada, mungkin juga ada. Entahlah. Bagi anda jomblo-jomblo di hari Valentine ini, bersabarlah karena kenyataannya cari jodoh itu emang ga mudah. *lalu baper di pojokan*</div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-10791552749575150932017-01-03T02:14:00.001-08:002017-01-03T02:24:09.770-08:00Bagaimana Saya Memandang Hijab<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: large;">INTERMEZZO</span></b></div>
<div style="text-align: center;">
(Sekilas Mengenai Pengalaman Saya Mau Berhijab)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-small;">(Bisa dilewati karena toh ini nggak penting-penting banget)</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sepuluh tahun lalu, saya rasa trend berjilbab tidak semasif sekarang. Contoh kecilnya bisa dilihat dari pengamatan saya bahwa pada 10 tahun lalu, teman-teman saya banyak yang tidak mengenakan jilbab. Tapi sekarang, hampir semuanya kini telah berjilbab (alhamdulillah).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pengalaman terdekat saya mengenakan hijab terjadi sepuluh tahun lalu di kampus, saat menjadi mahasiswa baru. Namanya masih maba, gampang dipengaruhi. Jadi ketika ada senior saya dari lingkar dakwah jurusan menyuruh mahasiswa baru perempuan mengenakan jilbab selama bulan Ramadhan - saya menuruti. Apalagi saya kuliah di kampus dimana 75% mahasiswanya adalah laki-laki, jadi saya rasa saran untuk "menutupi aurat" saat itu sangat masuk akal. Maka, berjilbablah saya...</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata, mengenakan jilbab itu menimbulkan kehebohan di teman-teman saya di luar satu jurusan yang sebelumnya mengenal saya tidak berjilbab. Banyak yang memberikan selamat kepada saya dan mendoakan "keistiqomahan" saya. Bahkan termasuk dosen kalkulus saya (yang entah kenapa hapal sama saya gara-gara saya sering banget disuruh maju di kelas) yang memberikan ucapan selamat kepada saya di tengah kuliah. Saya cuma bisa bengong, karena emang niat jilbaban waktu itu cuma karena disuruh senior.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belakangan, saya sadar bahwa "penganjuran (pemaksaan) berhijab" ini mungkin strategi efektif supaya cewek-cewek jadi sungkan melepas jilbab setelah bulan Ramadhan, sehingga pada akhirnya memutuskan untuk berjilbab seterusnya. Itulah yang kemudian membuat saya galau setelah "kewajiban" itu kelar sehabis lebaran. Apa saya akan tetap berjilbab atau tidak. Saya kemudian membaca surat An-Nur (31) dimana tafsirannya cukup jelas kalau ditafsirkan literal:</div>
<blockquote class="tr_bq">
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,......."<b><i> (Q.S. An-Nur : 31)</i></b></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
Lalu saya pun jadi gemar mematut-matutkan diri di depan cermin, merasa bahwa saya cukup cantik mengenakan jilbab (waktu itu sebutan umum masih jilbab sih bukan hijab). Saya berusaha meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya memang lebih oke berjilbab.... lalu saya sampaikan ini kepada ibu saya dan kedua kakak laki-laki saya. Dasar keluarga liberal, otomatis niatan mulia menutup aurat itu ditentang oleh ibu dan kakak saya. Sampai pakai ajang adu debat dan argumentasi segala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bagi sebagian besar Anda, mungkin pendapat keluarga saya ini nggak masuk akal - karena toh perintah berjilbab ini sejujurnya cukup jelas di Al-Quran. Ya, jika dimaknai secara literal dan <i>saklek.</i> Namun toh persoalan jilbab sendiri ini multitafsir (saya nggak mau bahas di sini, bisa dicari sendiri ya). Almarhum kakak laki-laki saya yang paling menentang. Saya nggak ingat persis kata-katanya saat mendakwahi saya dengan berapi-api kala itu - yang bisa saya tangkap sekarang adalah ia menyuruh saya untuk "berpikir", bukan asal ada perintah lalu jalan, karena keistimewaan tertinggi manusia adalah "akal", dan sepantasnya punya otak itu digunakan untuk berpikir.. Intinya kitab itu jangan dimaknai mentah-mentah tanpa proses pemikiran. Kalaupun saya berjilbab, itu harus melalui kemauan dan niat dari dalam hati saya, bukan sekedar "ada senior yang nyuruh di kampus". Dan ya kalau bisa diakui saat ini adalah, keinginan saya berjilbab saat itu adalah karena malu. Udah diselametin orang-orang (termasuk dosen kalkulus), eh masa habis gitu ga pakai jilbab.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maka, setelah lebaran, saya kembali ke kampus dengan rambut berkibar-kibar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(dan sampai sekarang saya masih tidak berniat mengenakan hijab)</div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: large;">HIJAB ADALAH SIMBOL OPRESI PEREMPUAN</span></b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di tulisan random ini saya nggak akan membahas pandangan <i>mainstream</i> islami terhadap jilbab (bahwa itu adalah kewajiban, bahwa itu dilakukan untuk melindungi perempuan, dll). karena saya yakin Anda sudah cukup sering mendengarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqVaW2MIDinuirWLcIV5JbG5ngBRO3GHOd9J4ytE9XqnShPyWRmNr-dlXIYimoR57z0ECgqSiawnMvAw2CMVUsozCCEAp77-MirndGlKDUTQ37W65OxDNcMP-RO2dUbdvvlLEOIrJN6t0Z/s1600/burqa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqVaW2MIDinuirWLcIV5JbG5ngBRO3GHOd9J4ytE9XqnShPyWRmNr-dlXIYimoR57z0ECgqSiawnMvAw2CMVUsozCCEAp77-MirndGlKDUTQ37W65OxDNcMP-RO2dUbdvvlLEOIrJN6t0Z/s640/burqa.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Hijab paling ekstrim: burqa.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Saya pikir segala pemikiran saya tentang agama (Islam khususnya, karena saya dibesarkan melalui agama ini) berawal dari betapa susahnya jadi perempuan di agama islam. Sebagai gambaran, berikut ini adalah salah satu hadist paling menyulut emosi saya:</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
,
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ اِمْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا اَلْمَلآئِكَةُ حَتىَّ تُصْبِحَ </div>
<br />
<div style="text-align: center;">
“Apabila suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu istri enggan sehingga suami marah pada malam harinya, malaikat melaknat sang istri sampai waktu subuh.” (HR. Bukhari: 11/14)</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bagi saya pribadi, hadist di atas adalah salah sekian dari ajaran-ajaran Islam yang menurut saya tidak adil terhadap perempuan. Patriarki adalah suatu masalah, dan perkembangan ajaran Islam tidak bisa tidak lepas dari nilai patriarki - karena budaya saat pertama Islam muncul memang berada di masyarakat yang masih sangat patriakal. Islam, dan kebanyakan agama lainnya, memang menempatkan laki-laki sebagai subyek, dan perempuan sebagai obyek. Laki-laki adalah imam, perempuan nurut aja. Manusia pertama adalah laki-laki (Adam), dan istrinya Hawa adalah perempuan yang diciptakan dari bagian tubuh laki-laki. Isi surga adalah tentang kenikmatan pria, dan neraka digambarkan lebih banyak perempuannya daripada laki-laki dalam salah satu hadist. Bahkan deskripsi Tuhan sendiri lebih lekat dengan nilai-nilai maskulin dibandingkan feminim. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap manusia memiliki libido seksual, namun mitos yang berkembang adalah bahwa laki-laki memiliki libido lebih tinggi daripada perempuan, dan laki-laki - selama beratus-ratus tahun - terbiasa untuk bersikap wajar akan libido seksualnya. Maka perempuan yang dalam sistem patriakal tidak lebih dipandang sebagai objek, adalah godaan tertinggi pria. Kekhilafan laki-laki seringkali dianggap disebabkan perempuan. Maka : "kurungilah" perempuan dengan hijab dan kain menutupi aurat tubuhnya, supaya pria tidak terangsang. Alih-alih mengajarkan laki-laki untuk menjaga pikiran dan nafsunya, perempuanlah yang harus menjaga diri. </div>
<br />
Maka saya tiba pada kesimpulan pribadi bahwa bagi saya JILBAB adalah simbol opresi terhadap perempuan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQvjdVSmVN1BFUokSeJtiDoMJmwtCP96tZyMzPM20dYD1pGHPwFxuBJVp336XF87PND57wBemNi8_YbVJTt5UaYxFTMsdUrY4KelKuhXFJJWfbGGZ6_W1LrQO42SWvmDF4xVNhlAwvsIxy/s1600/jilbab.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQvjdVSmVN1BFUokSeJtiDoMJmwtCP96tZyMzPM20dYD1pGHPwFxuBJVp336XF87PND57wBemNi8_YbVJTt5UaYxFTMsdUrY4KelKuhXFJJWfbGGZ6_W1LrQO42SWvmDF4xVNhlAwvsIxy/s1600/jilbab.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
*Perlu digarisbawahi: saya tidak menyebut Islam sebagai agama yang paling diskriminatif terhadap perempuan. Saya rasa budaya patriakal itu merupakan budaya paling umum di masyarakat dunia manapun. </div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: large;">HIJAB ADALAH PRODUK KEBUDAYAAN</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya tahu ini masih sangat debatable. Sebagian besar memandang hijab sebagai sebuah kewajiban bagi perempuan (sesuai ayat Al-Quran An-Nur: 31 seperti yang tercantum sebelumnya), namun bagi saya pribadi hijab adalah produk kebudayaan. Dibesarkan oleh seorang Ibu yang berprofesi sebagai dosen arsitek, dan hobi menjelaskan kenapa arsitektur tiap daerah itu berbeda (karena semuanya tergantung iklim dan budaya yang ada) membuat saya lambat laun menilai bahwa hijab juga merupakan produk kebudayaan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di Timur Tengah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bayangin donk, Timur Tengah itu punya cuaca yang terbilang ekstrim: siang panas terik, malam dingin banget, dan berdebu karena wilayahnya yang berupa gurun padang pasir. Hijab, merupakan pakaian yang sesuai dikenakan di sana: melindungi tubuh. Mungkin karena itulah bisa kita perhatikan bahwa orang-orang Arab prianya juga punya pakaian adat khas.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVl9Dl6AfSMnmcoTbZQ96Z5D6OaTpmObcn46RFr8TwioTs4zR-pRzBSz9IuOJfTiu8MwrnD22fk1IbKZCV-SOSh0qftQyFQuCIN93gZ519sxvquulq1kQzwptD5b8e5qBX0IjgYJp__q2q/s1600/TightClothes-ArabicClothing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVl9Dl6AfSMnmcoTbZQ96Z5D6OaTpmObcn46RFr8TwioTs4zR-pRzBSz9IuOJfTiu8MwrnD22fk1IbKZCV-SOSh0qftQyFQuCIN93gZ519sxvquulq1kQzwptD5b8e5qBX0IjgYJp__q2q/s640/TightClothes-ArabicClothing.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Lelucon: katanya perempuan nggak boleh pakai celana karena itu menyerupai laki-laki. Noh, cowok Arab pakai daster! Jadi, definisi "menyerupai" itu kontekstual. Maka mengartikan hadist atau ayat harus kontekstual, jangan asal telan. Kalau menurut saya sih....</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Sementara Indonesia punya cuaca dan situasi budaya yang sangat berbeda dengan Arab. Indonesia berada di khatulistiwa, panas, kelembabannya tinggi yang menyebabkan "sumuk" dan "gerah". Memakai pakaian model jilbab lebar gombrong-gombrong (apalagi sekarang model baju syar'i) sangat tidak cocok dikenakan di sini. Kecuali situ kaya, tinggal di ruangan berAC terus-terusan - jilbaban panjang pun nggak bakal sumuk! Pakaian tradisional Indonesia, menunjukkan cara leluhur kita beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia. </div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2eNbZRRnx5CA4RevVsPGPwmPdcqLRU-a-uaur5PSKMo10fT4TVSAXOJ9hRllizOTC5K_NIgfVEaoJ_FkOrK5Rdd46m4AkORS_jCz7yH5U5icCmaebtdSSX12E9pJT-f-ykHO09PNkMOh1/s1600/wanitacrc.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2eNbZRRnx5CA4RevVsPGPwmPdcqLRU-a-uaur5PSKMo10fT4TVSAXOJ9hRllizOTC5K_NIgfVEaoJ_FkOrK5Rdd46m4AkORS_jCz7yH5U5icCmaebtdSSX12E9pJT-f-ykHO09PNkMOh1/s640/wanitacrc.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sebuah foto jadul menunjukkan perempuan Bali dengan pakaian tradisionalnya. Jadi, sebelumnya payudara bukanlah sesuatu yang "vulgar". But anyway, kalau orang ngarep cewek Indonesia pakai baju model begini lagi mah saya ogah. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><b>HIJAB ADALAH PEMBEBASAN</b></span></div>
<i><br /></i>
<i>Wait, what?</i><br />
Nggak salah baca kan?<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Setelah saya bilang sebelumnya bahwa Hijab adalah simbol opresi perempuan, maka selanjutnya dengan kontradiktif saya bilang bahwa hijab adalah pembebasan. Saya tahu ini aneh. </div>
<br />
Mari bersikap pragmatis.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saya tahu pemerkosaan dan pelecehan kepada perempuan TIDAK tergantung dari pakaian perempuannya. Mau perempuan mengenakan pakaian mini, mau perempuan mengenakan pakaian jilbab tertutup, kalo lakiknya mesum dia akan memandang perempuan dengan mesum. Bahkan, saya sering dengar cerita bahwa ada laki-laki yang fetishnya adalah perempuan jilbab. <i>(Yes, you live in a very very strange world...).</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTCWe-XRpLZ5842T0PUAtmjJHNJYpIx8cA6Xb3jiyTmWx8zoBOY1U-iOaTrzJ28txnIJbXMctQAcN0Ih3hwXkmpW8Ack-SAklqip1Ls_m9YNNh-RkwtfNzxbftptE1kAWPOMC_px5uG-tc/s1600/marshanda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTCWe-XRpLZ5842T0PUAtmjJHNJYpIx8cA6Xb3jiyTmWx8zoBOY1U-iOaTrzJ28txnIJbXMctQAcN0Ih3hwXkmpW8Ack-SAklqip1Ls_m9YNNh-RkwtfNzxbftptE1kAWPOMC_px5uG-tc/s640/marshanda.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Marshanda, pas masih berjilbab.</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Saya tahu patriakal tidak adil. Saya tahu menyalahkan perempuan korban pemerkosaan tidak adil. Saya tahu menyalahkan pakaian perempuan yang memancing birahi laki-laki adalah tidak adil. Hidup memang tidak adil, tapi sebaiknya kita sebagai perempuan cari aman saja. Bagi sebagian perempuan, hijab adalah sebuah solusi dari mata nakal pria-pria genit. Beberapa perempuan mengaku merasa aman dengan mengenakan jilbabnya yang menutupi aurat. <b><i>Di dalam jilbabnya, perempuan menemukan kenyamanan. Pembebasan.</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
.....</div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sendiri dalam pemikiran pribadi saat ini masih tetap berpikir bahwa jilbab adalah suatu bentuk opresi terhadap kebebasan perempuan. Saya juga tidak merasa bahwa rambut adalah bagian tubuh perempuan yang merangsang laki-laki, sehingga saya tidak merasa harus menutupinya. Namun, saya percaya bahwa perempuan (dan juga laki-laki) harus berpakaian dengan sopan dan pantas sesuai dengan norma kesopanan budaya masing-masing. Saya tetap menghormati perempuan yang mengenakan hijab sebagai keputusan pribadinya, sebagaimana saya ingin orang menghargai keputusan saya untuk tidak berhijab.<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i><b>Berhijab atau tidak adalah hak perempuan. Memaksa perempuan mengenakan jilbab sama buruknya dengan memaksa perempuan melepaskan jilbabnya.</b></i></blockquote>
<i>PS: Buat yang mau mendakwahi saya untuk berhijab....</i><br />
<br />
Okelah saya tidak berhijab, tapi saya juga tidak mengenakan baju-baju <i>sexy.</i> Pertama, karena berpakaian sexy itu bukan ekspresi diri saya. Kedua, saya tidak ingin menarik perhatian lelaki-lelaki yang nggak-nggak. Ketiga, karena fakta saya nggak <i>sexy.</i>.. hahaha... </div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-49967364330273945952016-11-20T07:48:00.002-08:002016-11-27T16:57:57.044-08:00Sex : Pleasure & Taboo<div style="text-align: justify;">
Jadi, sebulan lalu saya habis pinjam buku berjudul "Teologi Seksual" oleh Geoffrey Parrinder, yang saya temukan di perpustakaan independen di Surabaya bernama C2O Library. Ini buku edisi terjemahan, tapi terjemahannya agak kacau jadi agak kurang nikmat dibaca (penerbitnya LKiS Yogyakarta). Isinya merangkum pandangan dari agama-agama di dunia (Hindu, Buddha, Shinto, tradisi Afrika, Yahudi, Islam, Kristen, hingga Baha'i) mengenai seksualitas manusia. <i>It's an interesting topic (it's about sex omg!),</i> dan topik-topik sosial-budaya semacam ini adalah hal yang kerap menarik minat saya (jadi nyesel kenapa dulu masuk teknik). Melalui tulisan ini saya mencoba merangkum kontennya, dengan mungkin sedikit tambahan berupa analisis dan sintesa dari saya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b>Seks : Yang Tabu & Yang Nikmat</b></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhka048A-rB1wV0YHdrFzM1Sy43q7cqnwNfoxUk6pvx9CrF1N_oVZ4ZUhKWdo5GeIUdKvIRuJ6s2O68bxkP5pgOXYENraaP89KFXr7wExy4Qd8HlRSxq69ZWzLQxoUTTsMkgYKaCebCwRgV/s1600/Radha-and-Krishna-Making-Love---An-Illustration-from-the-Gita-Govinda---Guler-or-Kangra-Painting-Circa-1775-80.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhka048A-rB1wV0YHdrFzM1Sy43q7cqnwNfoxUk6pvx9CrF1N_oVZ4ZUhKWdo5GeIUdKvIRuJ6s2O68bxkP5pgOXYENraaP89KFXr7wExy4Qd8HlRSxq69ZWzLQxoUTTsMkgYKaCebCwRgV/s320/Radha-and-Krishna-Making-Love---An-Illustration-from-the-Gita-Govinda---Guler-or-Kangra-Painting-Circa-1775-80.jpg" width="283" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sebuah lukisan<i> Hinduism</i> menggambarkan percintaan Krisna & Radha (<i>circa</i> 1775 - 1780 M), <span style="font-size: 12.8px;">berdasarkan karya puisi Gita Govinda. India adalah negeri dengan kebudayaan yang unik. </span><span style="font-size: 12.8px;">Dalam menyikapi seks, Hindu bisa dilihat bersifat naturalistik dan erotik. </span><span style="font-size: 12.8px;">Beberapa teks Hindu mengatakan orang bijak harus acuh pada ikatan semua manusia, </span><span style="font-size: 12.8px;">namun dewa-dewa dan orang bijak justru mengajarkan tentang kenikmatan dan cinta kepada manusia.</span><b style="font-size: 12.8px;"><span style="color: blue;"> (1) </span></b></td></tr>
</tbody></table>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Membicarakan seks itu bisa berarti dua hal: tabu, namun juga bikin penasaran. Di Indonesia, membicarakan seks - termasuk di dalamnya membicarakan orientasi seksual, <i>fetish,</i> dll - secara terbuka adalah hal yang dirasa kurang etis dan bisa-bisa dicap amoral. Hampir seluruh agama mengajarkan bahwa seks adalah hawa nafsu yang harus dikekang, mulai dari kepercayaan asketisme (contoh: selibat, tidak melakukan hubungan seks sama sekali) oleh Buddhist atau pastor & biarawati di Gereja, hingga konsep yang sedikit longgar bahwa seks yang halal adalah seks dalam perkawinan. Kebudayaan Barat (dan mungkin Jepang) seabad terakhir ini memang jauh lebih longgar dalam memahami seks yang boleh dan tidak, konsep <i>casual and consensual sex</i> di luar pernikahan adalah hal yang biasa. Perilaku <i>"free sex"</i> yang melanda anak muda di Indonesia jaman sekarang membuat para generasi tua mengkambinghitamkan Barat sebagai pemberi pengaruh buruk. Namun, setabu-tabunya kita membicarakan seks, seks - barangkali - menjadi salah topik pembicaraan "<i>underground</i>" favorit siapapun. Mulai dari selevel anak kelas 6 SD yang diam-diam menemukan majalah porno orangtuanya, hingga kakek-kakek berusia lanjut, atau bahkan ibu-ibu ngerumpi yang membicarakan permasalahan ranjangnya. Anda boleh menabukan seks, mengharamkan seks di luar nikah dengan ayat-ayat agama, namun anda tidak bisa mengingkari bahwa begitu banyak ahli agama (mulai dari ulama di pesantren hingga pastor gereja) itu sendiri yang terlibat skandal seks. Dan tak ada yang lebih menarik dari membicarakan skandal seks orang lain!<i> (or is it just me?)</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang patut diketahui adalah penilaian atau etika moral akan seks dan seksualitas bergeser seiring dengan perkembangan zaman. Mengutip dari yang pernah disampaikan tokoh Brad Pitt di film 12 Monkeys: <i>"There is no right or wrong, there is only popular opinion,".</i> Penilaian kita akan seks yang benar dan salah, yang haram dan yang halal, adalah sesuai dengan budaya yang kita anut saat ini. Kelumrahan pada masa kini, berbeda dengann kelumrahan masa lalu, dan akan berbeda lagi dengan yang dianggap lumrah di masa depan. Berikut ini adalah salah satu contoh :</div>
<ul>
<li style="text-align: justify;">Pelacuran saat ini dipandang sebagai sesuatu yang buruk. Namun menurut sejarah, pelacuran sendiri sudah ada dari jaman dahulu kala. Bahkan, ada konsep pelacuran kelas tinggi seperti <i>geisha</i> di Jepang atau <i>hetairai </i>di Yunani yang dianggap menjadi sesuatu yang "wajar" atau "bukan sesuatu yang kelewat buruk". Bahkan, tampaknya <i>geisha</i> dan <i>hetairai</i> adalah perempuan yang pandai dan memiliki keterampilan. Pada masyarakat Athena jaman dulu, perempuan tidak punya hak sipil dan pendidikan. Justru dengan menjadi <i>hetairai</i>, perempuan dituntut tidak hanya cantik, tapi juga menguasai filsafat, bahasa, politik dan keterampilan seni untuk mengimbangi "kliennya". <i>Fun fact:</i> bahkan tokoh penting sepertu Pericles dan Epicurus juga punya<i> hetairai</i>-nya masing-masing dan seorang negarawan terkemuka Solon diketahui menjadi germo pertama di Athena. <span style="color: blue;"><b>(2)</b></span> </li>
</ul>
<div style="text-align: center;">
****</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b style="font-size: xx-large;">Seks : Prokreasi & Rekreasi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seks menjadi sesuatu yang tabu, menjadi sesuatu yang sakral, hingga bahkan pada tradisi Tantra seks menjadi sebuah ritual keagamaan, berangkat dari fungsi seks sebagai <b>prokreasi</b> dan <b>rekreasi </b>(hiburan). Fungsi pertama seks adalah sebagai prokreasi, yang artinya menghasilkan keturunan. Hal ini tentu menciptakan pandangan bahwa untuk menghasilkan keturunan yang baik, maka seks harus dilakukan dengan baik - yang akhirnya (menurut saya) berujung pada pensakralan persetubuhan itu sendiri. Namun kita juga nggak bisa mengelak bahwa seks memberikan "kenikmatan" (rekreasi). Ada sebuah ide bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang menikmati seks <i>just for fun,</i> namun rupanya banyak penelitian yang kemudian membuktikan bahwa hewan lain mungkin juga bisa orgasme dan melakukan seks <i>just for pleasure </i>(bahkan ada penelitian dimana beruang melakukan <i>oral sex</i>) <span style="color: blue;"><b>(3) (4).</b></span> Jadi, seks sebagai rekreasi dianggap sebagai naluri manusia itu sendiri, sebuah sifat alamiah fisik yang dimiliki manusia. Kontradiksi antara seks sebagai sebuah prokreasi (yang kemudian melekat pada nilai kesakralan) dan rekreasi (kenikmatan, yang dianggap membahayakan) akhirnya menjadi dasar beberapa agama dalam menyikapi seks.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>PERNIKAHAN</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM7mFdAgza-RK4-TLpdm12ffSTGQ6cy26wWkCZclF39fmw6Mhg6KZ1wLsdgMReW52L0iFo0XlG5IdLYI_J7HCP_ab-xLbRzF4op7qZNeGzmBD4RgI6go6WRCbCPJ7Nl4jCM6x9fs0G7JBa/s1600/3-marriage-of-st-margaret.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="304" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM7mFdAgza-RK4-TLpdm12ffSTGQ6cy26wWkCZclF39fmw6Mhg6KZ1wLsdgMReW52L0iFo0XlG5IdLYI_J7HCP_ab-xLbRzF4op7qZNeGzmBD4RgI6go6WRCbCPJ7Nl4jCM6x9fs0G7JBa/s640/3-marriage-of-st-margaret.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Fakta bahwa manusia dari berbagai macam suku, etnis, dan agama yang tinggal terpisah di berbagai tempat mempunyai konsep serupa pernikahan adalah sesuatu yang sangat menarik buat saya. Ada penelitian yang mengungkapkan bahwa bisa jadi konsep monogami (atau pernikahan) dilakukan karena hal itu mengurangi dampak penyebaran penyakit seksual pada masa lampau <b><span style="color: blue;">(5). </span></b>Seks, sebagai prokreasi, menurut analisis saya membuat manusia berpikir bahwa untuk melahirkan keturunan yang baik tentu harus dengan cara yang baik dan tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Salah satunya adalah dengan konsep pernikahan, sebuah ikatan / perjanjian yang disakralkan. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, konsep pernikahan dan keluarga bisa jadi menjadi sebuah komunitas kecil yang dirasa memberikan kemudahan pembagian tugas dalam membesarkan anak (bapak tugasnya cari nafkah, istri ngurus anak). Mungkin ini merupakan suatu proses efisien yang diwarisi dari kehidupan purba sebelumnya. Prosesi pernikahan sendiri, biarpun berbeda-beda, umumnya mempunyai tata cara / adat yang menggambarkan simbolisme penyatuan kedua manusia. Tentu hal ini menggambarkan bahwa pernikahan bukanlah sesuatu yang asal-asalan, sebuah momen atau episode penting bagi seseorang. Pernikahan adalah hal yang suci. Walaupun kalau yang sinis sih bisa bilang bahwa pernikahan cuma sekedar legalitas seks.<br />
<br />
Dalam masyarakat tradisional yang cenderung patriakal, poligami adalah sebuah kewajaran. Hal ini bisa kita temukan pada agama Yahudi dan Islam. Yahudi dan Islam juga cenderung lebih longgar dalam hal perceraian. Sementara itu, Kristen sendiri memiliki kecenderungan untuk monogami dan membenci perceraian. Yesus menegaskan keadaan monogamik sebagaimana aslinya ditentukan oleh Tuhan, <i>"Dari awal penciptaan Dia menciptakan mereka laki-laki dan perempuan"</i>, dan Kitab Kejadian menunjukkan bahwa <i>"Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu, Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia,"</i> (Matius 19:6).<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>ASKETISME & MONASTISISME</b></div>
<b><br /></b>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhhdWRV7-PP4IYA1ygFXP89oan4xy_j_u-I6VNHIEsD-0JM2LCfcXDLVFAPosEvvOz6o9MXKJWt1qqdGgbQLJ39UT1rEeJViHrx4ZlvD6ipbw_r3pkDtVBxIizubw8sjm0yfodSoWcC1o4/s1600/05.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhhdWRV7-PP4IYA1ygFXP89oan4xy_j_u-I6VNHIEsD-0JM2LCfcXDLVFAPosEvvOz6o9MXKJWt1qqdGgbQLJ39UT1rEeJViHrx4ZlvD6ipbw_r3pkDtVBxIizubw8sjm0yfodSoWcC1o4/s640/05.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Seks bisa memberikan kenikmatan. Bagi filsafat maupun agama pada umumnya, kenikmatan duniawi lekat dengan sesuatu yang dianggap membahayakan dan menggerogoti rohani manusia. Asketisme sendiri, dikutip dari wikipedia, berarti: ajaran-ajaran yang mengendalikan latihan rohani dengan cara mengendalikan tubuh dan jiwa sehingga tercapai kebijakan-kebijakan rohani. Buddha, sebagaimana Hindu, merupakan sebuah agama yang fokus pada bagaimana memperoleh kebahagiaan. Bagi Buddha, penderitaan diakibatkan karena kita melekatkan diri pada nafsu-nafsu duniawi (cmiiw). Hubungan seks dianggap akan menimbulkan cinta yang akan mengalihkan biksu dari sumpah untuk hidup sederhana dan pencarian kebebasan <b><span style="color: blue;">(6)</span></b>. Untuk itulah biksu Buddhist memilih sumpah untuk hidup membujang. Kristen sendiri punya pandangan serupa yang mereka terapkan pada sumpah yang dilakukan oleh Pastor dan biarawati di gereja. Rasul Paulus - yang dianggap sebagai tokoh penting dalam penyebaran ajaran Kristiani - walaupun ini hanya konsesi, cenderung untuk lebih menghargai pembujangan maupun keperawanan karena dengan membujang manusia lebih punya banyak waktu untuk melayani Tuhan (monastisisme). Namun, bagi orang yang tak mampu, maka diperbolehkan untuk menikah <b><span style="color: blue;">(7).</span></b><br />
<br />
Islam sendiri tidak punya ajaran monastik atau asketik, malah mempunya kecenderungan untuk menyuruh umatnya untuk menyegerakan menikah (menikah menyempurnakan separuh agama). Namun Islam punya ibadah puasa yang dilakukan selama 30 hari pada bulan Ramadhan, dimana salah satu larangannya adalah menahan hawa nafsu untuk berhubungan seks. Islam sendiri juga membenci perzinahan, hingga bahkan punya hukuman keji (yang kayaknya terpengaruh ajaran Yahudi) berupa dirajam atau dipukuli batu hingga mati. Puasa dan larangan perzinahan sebenarnya menandakan bahwa Islam sendiri menganggap bahwa nafsu seks adalah sesuatu yang harus dikekang dan dikendalikan. Puasa merupakan sebuah latihan praktek olah rohani. Namun, bisakah kamu menebak apa ganjaran seorang laki-laki yang mampu menahan hawa nafsunya di dunia? Yap, seks dengan bidadari perawan di surga. Ini adalah salah satu paradoks yang kerap kali menjadi bahan serangan bagi ajaran Islam.<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>SEKSUALITAS YANG DILARANG</b></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuEyhXB1aWugV2IM-RXBbqK83NCVedd-dQazijVZcPet-WzrzF4AFKL6neA9QsixzCcTOvXoDjTFWh_bkAKtD1h-lcKmefAPQYzcZQmg6mKQsQq9IVwk7hnmkSANObrLmeOjWGGVhb75qW/s1600/history_of_chinese_homosexuality657172eef072dd159df6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuEyhXB1aWugV2IM-RXBbqK83NCVedd-dQazijVZcPet-WzrzF4AFKL6neA9QsixzCcTOvXoDjTFWh_bkAKtD1h-lcKmefAPQYzcZQmg6mKQsQq9IVwk7hnmkSANObrLmeOjWGGVhb75qW/s400/history_of_chinese_homosexuality657172eef072dd159df6.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Berangkat dari manfaat utama seks sebagai sebuah prokreasi, maka agama banyak memberikan pelarangan pada hal-hal mengenai seks yang dirasa menyalahi fungsi utamanya. Sebagai contoh - yang lagi ramai dibahas sekarang - adalah homoseksualitas. Homoseks tentu tidak akan memberikan manfaat menghasilkan keturunan, dan hal ini dianggap oleh sebagian agama - utamanya agama samawi - sebagai penyalahan kodrat. Hal ini kemudian merujuk pada "mitos" penciptaan Adam dan Hawa, laki-laki dan perempuan, yang keduanya kemudian menghasilkan keturunan. Sehingga memang hakikatnya adalah laki-laki harus berpasangan dengan perempuan. Selain homoseks, tabu lainnya adalah <i>incest</i> (hubungan seks sedarah). *Saya belum tahu banyak soal kenapa larangan incest ini bisa muncul dalam peradaban manusia.<br />
<br />
Selain homoseks dan <i>incest</i>, banyak bentuk-bentuk seks lain yang dilarang oleh sebagian besar agama (sebenarnya menarik juga bagaimana seksualitas manusia memperoleh pembahasan yang cukup dominan di agama). Jadi, jangan <i>homophobic</i> dengan langsung teriak anti LGBTQ kalau masih melakukan hal-hal mesum lainnya yang juga dilarang oleh agama. Seperti: seks oral, seks anal, nonton pornografi dan masturbasi. Kenapa? Karena hal-hal tersebut tidak bisa menghasilkan keturunan! Hal ini serupa dengan pandangan konservatif agama mengenai kontrasepsi yang dianggap menyalahi fungsi seks sebagai prokreasi. Anak dianggap sebagai rejeki.<br />
<br />
<i>Fun fact:</i> tahu dari mana istilah onani? Rupanya onani berasal dari kata Onan, merujuk pada tokoh bernama Onan dalam Kitab Kejadian (Perjanjian Lama Kristen). Onan dikisahkan harus mengawini istri kakaknya yang sudah tiada dalam <i>"Levirate Marriage"</i>. Namun karena ia tahu bahwa anaknya nanti tidak akan dianggap sebagai anaknya, saat persemanggaan ia membiarkan air maninya terbuang. Rupanya, hal ini membuat Tuhan marah<span style="color: blue;"><b> (8). </b></span>Boleh dibilang, sebagian agama melarang onani dan menganggapnya sebagai sesuatu yang buruk karena adanya anggapan bahwa air mani laki-laki seharusnya tidak disia-siakan. Terutama bagi kebudayaan Cina di masa lalu, sperma dianggap benih yang sangat berharga<span style="color: blue;"><b> (9).</b></span> Simbolisme seksualitas laki-laki juga kerap diasosiasikan sebagai "penebar benih", sedangkan simbolisme seksualitas perempuan seringdigambarkan sebagai bumi, dewi kesuburan, atau istilah "ladang" dalam Islam (Al Baqarah 223).<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
****</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: x-large;"><b>Pergeseran Norma Seks Saat Ini</b></span></div>
<br />
Hmm.. mungkin untuk menuliskan ini butuh analisis yang lebih dalam dan akurat, tapi di sini saya cuma ingin sekedar <i>share</i> apa yang saya pikirkan. Mungkin berawal dari "<i>culture revolution</i>" pada tahun 60-an di Amerika Serikat, norma seks tidak lagi seketat sebelumnya, <i>or at least</i> pembicaraan mengenai seks dan seksualitas jauh lebih terbuka daripada era sebelumnya. <i>Casual sex</i> (selama <i>consensual</i>) atau <i>pre-marital sex </i>menjadi sesuatu yang lazim, utamanya bagi budaya Barat. Walaupun kerap dijumpai, di Indonesia sendiri seks di luar pernikahan atau "kumpul-kebo" secara pandangan umum masih dianggap hal yang buruk. Namun saya sendiri melihat ada kecenderungan perubahan kebudayaan global ke arah lebih liberal dan menghargai privasi orang lain dibandingkan era sebelumnya. Mungkin <i>pre-marital sex</i> tidak mengenal orang kota atau orang daerah, namun ada kecenderungan kaum urban sendiri untuk lebih terbuka dalam hal yang disebut pergaulan bebas. Pergeseran norma akan seksualitas dan konsep pernikahan, dipengaruhi oleh begitu banyak hal yang terjadi:<br />
<ul>
<li>Pengaruh media yang lebih terbuka terhadap issue seks (<i>50 shades of grey as 21st century romance story? wtf?</i>)</li>
<li>Gerakan feminisme</li>
<li>Lebih terbukanya orang dengan LGBTQ, terutama dengan semakin majunya penelitian yang cenderung mendukung LGBTQ sebagai sesuatu yang normal dan <i>natural-born.</i> </li>
<li>Pesatnya transfer ilmu pengetahuan seiring dengan kemajuan teknologi internet</li>
<li>Penemuan alat kontrasepsi: pil KB dan kondom </li>
<li><i>Less-religious people </i></li>
</ul>
Dengan alasan-alasan yang saya sebutkan di atas, maka timbul kecenderungan pada masyarakat saat ini untuk menganggap bahwa seks sebagai sesuatu yang natural dan sekedar aktivitas fisik. Kesakralan akan seks itu sendiri menjadi berkurang, dengan anggapan bahwa seks adalah sesuatu yang wajar. Ini tentu berpengaruh terhadap bagaimana sebagian orang kini memandang pernikahan, yang melihat pernikahan sebagai sekedar sesuatu aspek legal di hadapan negara, bukan lagi sebuah janji suci yang sakral atas nama agama dan norma adat. Atau dengan membanjirnya film-film romantis, sebagian memandang pernikahan sebagai sebuah <i>"celebration of love"</i> - sebuah perayaan cinta itu sendiri, bukan sekedar "legalitas seks" atau tujuan luhur membentuk keluarga dan mencegah perzinahan. FYI, pernikahan karena cinta sendiri adalah sebuah konsep baru dalam peradaban. Jaman dahulu pernikahan lebih dipandang sebagai sebuah ikatan politis, ekonomi atau sosial <b><span style="color: blue;">(10)</span></b>.<br />
<br />
Lalu apakah pergeseran norma seks ini menjadi sesuatu yang buruk? Tergantung bagaimana sudut pandang Anda menyikapinya. Bagi yang beragama dan memegang teguh kultur lama, akan menganggap hal ini sebagai sesuatu yang disebut amoral atau bahkan menjadi tanda-tanda akhir jaman. Saya sendiri melihat perubahan ini sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari, konsekuensi dari perubahan jaman ini sendiri. Seks kini dipandang sebagai sesuatu kewajaran, sekedar dorongan / naluri yang dipunya manusia sebagai makhluk hidup. Namun saya tetap merasa bahwa selayaknya seks dilakukan dengan penuh tanggung jawab, dan berpendapat bahwa <i>sex is making love</i> - saya menyayangkan jika sakralitas itu luntur dan membuat manusia bercinta tanpa esensi. Tapi toh saya menghormati pilihan pandangan masing-masing orang. <br />
<br />
<div style="text-align: center;">
****</div>
<br />
Selanjutnya, kalau nggak malas, saya akan membahas simbolisme menarik yang muncul dari seksualitas manusia dalam tulisan berikutnya. Maunya sih dibikin dalam satu tulisan, tapi rupanya capek juga nulis panjang-panjang hahaha... Dan saya yakin tulisan panjang pun rawan bikin orang males baca (soalnya saya begitu sih). Ngomong-ngomong, tulisan ini sebenarnya saya bikin karena kepentingan diri saya sendiri sih. Jadi semacam bikin sintesa rangkuman dari apa yang baca dan apa yang telah saya ketahui. Mungkin jikalau ada yang lebih pakar, mau menyanggah atau memberikan tambahan pengetahuan, bisa tulis di kolom comment! Thanks a lot.<br />
<br />
Reference:</div>
<div>
<b>(1) Teologi Seksual : Geoffrey Parrinder.
</b><br />
<b>(2) <a href="http://historia.id/kuno/hetairai-pelacur-athena">Hetairai: Pelacur Athena (Historia.id) </a></b><br />
(3) <a href="http://www.bbc.com/future/story/20140613-do-animals-have-sex-for-fun">Do Animals Have Sex For Pleasure (BBC.com)</a></div>
(4) <a href="http://blogs.discovermagazine.com/crux/2015/08/03/animal-sex/#.WDHBYtV97IU">Yes, Other Animals Do Have Sex For Fun (blog.discovermagazine.com)</a><br />
<div style="text-align: justify;">
(5) <a href="http://www.iflscience.com/editors-blog/monogamy-humans-may-have-been-driven-stis/">Monogamy Humans May Have Been Driven By Sexually Trasmitted Infections. </a><br />
<b style="text-align: start;">(6) Teologi Seksual : Geoffrey Parrinder.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="text-align: start;">(7) Teologi Seksual : Geoffrey Parrinder.</b><br />
<b style="text-align: start;">(8) <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Onan">Onan (wikipedia)</a></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="text-align: start;">(9) Teologi Seksual : Geoffrey Parrinder.</b><br />
<b style="text-align: start;">(10) </b><span style="text-align: start;"><a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2016/02/lets-talk-about-love.html">Let's Talk About Love (kontemplasiliar.blogspot.com)</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-46121455381579613602016-09-16T18:48:00.000-07:002016-11-19T01:12:37.208-08:00Human is a Pathetic Creature<div style="text-align: justify;">
Tulisan berikut ini mungkin terdengar sangat depresif dan berbau nihilis. Terkadang saya sering merasa tenggelam oleh jalan pikiran saya sendiri. Saya memang bukan orang optimis, cenderung pesimis dan nyaris sarkas terhadap apapun - tapi untuk mengenal diri saya di kehidupan nyata, saya pikir saya sebenarnya termasuk orang yang cukup ceria dan punya selera humor bagus (atau setidaknya demikian yang saya pikir tentang diri saya sendiri). <i>I'm a melancholic in disguise.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Last year is one of my rough year,</i> dan mengetahui bahwa hidup saya tidak berjalan sesuai dengan apa yang saya pikirkna sebelumnya membuat saya berpikir tentang hidup itu sendiri. <i>There is so much going on in my head until sometimes I can't catch a breath, but I'm so grateful I'm surrounding by people that I love and care about me.</i> Itu mungkin jaring pengaman buat saya hingga saya tidak merasa "ditinggalkan". <i>Do you think I'm a drama queen? - because yes I am! I'm weak and full of drama.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke, mari bicara tentang hidup.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jalan hidup seseorang tampaknya berbeda-beda, tapi kira-kira kasarannya plot line kehidupan seseorang seperti ini: lahir - sekolah - kuliah - kawin - punya anak -<i> get old - died.</i> Mungkin saya lebay (iya saya drama queen!), tapi saya sering terpikirkan apa esensi "hidup" itu sendiri? Semua manusia akan mati, <i>this is a depressive fact: we're slowly dying. </i>Kita hidup untuk tidak mati. Usia manusia terbilang singkat jika melihat timeline waktu alam semesta. Demikian dengan kehadiran manusia itu sendiri kayak nggak ngefek apa-apa terhadap maha luasnya alam semesta. <i>Religion makes me think that we're a center of attention, but apparently if you studied science and learn a little think about existentialism philosophy you know you are not. Don't you think it's kinda sad?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>That's why I give a title of this random shit is "Human is Pathetic Creature", because we are.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa waktu lalu saya baca sekilas tentang Jean Paul Sartre, salah satu filsuf generasi baru ini - dan saya tertarik bagaimana ia mendefinisikan eksistensi manusia. Dalam artikel yang saya baca tersebut, Satre menyebutkan tentang sebuah gunting (anw, saya tidak terlalu detail mengingat tentang ini, jadi saya coba menjelaskan dengan bahasa saya sendiri). Sebuah gunting dirancang untuk memiliki fungsi tertentu sesuai dengan kegunaannya: ia harus tajam, kokoh digunakan, tahan lama, dll. Artinya, sebuah gunting muncul setelah dirancang fungsinya. Esensi mendahului eksistensi. Namun Sartre kemudian mengatakan bahwa manusia tidak demikian - eksistensi mendahului esensi. Sebagai seorang atheis, Sartre menganggap bahwa manusia ada tanpa membawa misi tertentu, berbeda dengan tujuan diciptakannya manusia sesuai agama (misalnya sebagai khalifah di muka bumi). Kita ada karena ya udah kita ada, hasil evolusi yang unik (tapi belum tentu istimewa), <i>meaningless</i>. Maka setiap manusia harus mendefinisikan dirinya dan tujuan hidupnya masing-masing, menciptakan esensi dirinya masing-masing.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Well, knowing that you were born to this world and this universe, trying to grasp your own purpose of life - and knowing you are nothing to this world (or to God) is kinda depressing for me.</i> Kamu ingin jadi presiden, kamu ingin jadi pengusaha sukses, kamu ingin jadi aktivis kemanusiaan - setiap tujuan hidup yang kamu ciptakan adalah definisi yang kamu rancang sendiri, yang cuma ngefek pada dirimu dan pada sesama manusia. Tanpa ada andil apa-apa bagi kehidupan keseluruhan secara makrokosmos. Manusia itu bukan apa-apa, sekedar titik kecil di planet bumi, dengan usia hidup yang sangat sebentar, dan kita cuma sibuk dengan jalan hidup kita sendiri lantas berpikir bahwa diri kita signifikan. Mengira bahwa kehadiran kita serupa tujuan mulia Tuhan menciptakan manusia...... <i>oh if that's not pathetic then what it is?</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Anyway, saya tidak berusaha menyimpulkan apa-apa. Ini mungkin mood gloomy saya aja yang sedang berbicara.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hope you have a beautiful life :)</div>
<br />
<br />
<br />
<br />Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-23598077290907984012016-07-26T20:52:00.003-07:002016-07-30T02:07:34.390-07:00Musuh Agama Adalah Sains?Belakangan saya memperhatikan bagaimana kebangkitan liberalisme di Indonesia menjadi sesuatu yang ditakuti dan dibenci oleh pihak agamis (atau dalam hal ini saya cenderung menyamakan pihak agamis dengan Islamis, sebagai kaum agama mayoritas di Indonesia). Pihak agamis menuding liberalisme telah mengacaukansendi-sendi pengkultusan agama. Kebebasan berpikir serta penggunaan nalar dan logika yang "kebablasan", seolah-olah dianggap menjadi monster Dajjal yang dikhawatirkan akan merusak dan mengganggu tatanan kehidupan manusia yang sebelumnya telah diatur oleh agama. Tidak hanya liberal, belakangan ini kesalahkaprahan pengertian komunisme juga membuat rancu orang-orang sehingga dengan sok tahu kemudian juga memusuhi komunisme - dengan alasan komunis dipersepsikan sama dengan tidak percaya Tuhan. Musuh tidak hanya berhenti pada orang-orang komunis dan liberal, tapi kemudian orang agamis juga membenci paham-paham lain yang dianggap paham barat dan tidak sesuai dengan "syariat": sekulerisme, atheisme, humanisme, feminisme, dan segala hal berakhiran -isme yang lain. Intinya, orang Islam di Indonesia yang diklaim sebagai mayoritas di Indonesia, mengalami gejala tidak logis sebagai <i>"victim syndrome",</i> merasa seluruh dunia sedang membenci dan memojokkan Islam, dan hendak menghancurkan Islam. Mereka seperti merasa bahwa dunia sedang berkonspirasi memusuhi Islam... Liberalisme, sekulerisme, atheisme, humanisme, komunisme.... semuanya musuh Islam!<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Namun, selepas membaca<i> Seven Theories of Religion</i> dari Daniel L. Pals (edisi Bahasa Indonesia, terbitan Qalam tahun 2003) - saya jadi kemudian terpikir bahwa musuh Islam sejatinya adalah sains. Atau, secara global dapat dikatakan bahwa <b>musuh agama sebenarnya adalah sains. </b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<i><span style="font-size: x-small;">Ngomong-ngomong, saya sudah pernah menulis tentang agama versus sains, bagaimana proses penalaran keduanya jauh berbeda dalam artikel <a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2016/02/sains-dan-agama.html">Sains dan Agama. </a></span></i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="font-size: large;"><b>How can?</b></span><br />
<span style="font-size: large;"><b><br /></b></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1G_Aq1LpYQAh5qbahsF77AtauxPddK5_lZBV93Dx2bawCCUt2vZ6sibAHMfb_Cfla-JToF7-v3RjuMRqRBukGXgRESevbr-8zLuxXqQcp007EC2co55VIDzfutH6dCBMhfgm2Q2vB8BTn/s1600/hand_of_god-universe-creation.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="274" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1G_Aq1LpYQAh5qbahsF77AtauxPddK5_lZBV93Dx2bawCCUt2vZ6sibAHMfb_Cfla-JToF7-v3RjuMRqRBukGXgRESevbr-8zLuxXqQcp007EC2co55VIDzfutH6dCBMhfgm2Q2vB8BTn/s640/hand_of_god-universe-creation.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div>
Karena kemajuan sains dan pengetahuan yang banyak mengubah pemikiran manusia, menjadikan agama bagaikan sebuah dongeng indah buat anak-anak. </div>
<blockquote class="tr_bq">
<i>Anak-anak, dengarkan!</i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i>Sesungguhnya Tuhan hanya satu. Ia berada di Kerajaan Surga, atau Ia berada di atas langit, dengan malaikat-malaikat sebagai asisten-Nya. Tuhan menciptakan langit dan bumi dalam waktu 6 hari (dan konon katanya 1 hari Tuhan sama dengan seribu tahun). Ia menciptakan manusia dari tanah, dan setan dari api. Manusia pertama adalah Adam, dan Hawa diciptakan dari tulang rusuknya. Adam dan Hawa makan buah terlarang, maka sebagai hukumannya mereka harus turun ke bumi. Dan seterusnya, dan seterusnya...</i></blockquote>
<div>
Saya yakin Anda sudah familiar dengan cerita itu.<br />
<br />
Cukup menarik untuk diperhatikan, ketika agama lahir untuk membasmi kesirikan atas kepercayaan terhadap dewa-dewi dan patung berhala, serta membasmi takhayul-takhayul syirik tidak masuk akal lainnya - nyatanya agama juga melahirkan takhayul-takhayul serupa dalam wujud yang agak"modern" dan agak bagusan dikit, walaupun terkadang juga sama tidak masuk akalnya. Dewa-dewi itu tidak ada, tapi Bouraq ada. Animisme itu primitif, patung berhala itu bodoh - tapi secara tidak sadar sholat kudu menghadap ka'bah atau berdoa di hadapan salib.<br />
<br /></div>
<div>
Saya tidak akan keberatan jika kita berusaha memaknai kisah dongeng penciptaan dunia dan manusia itu secara metaforis, atau sebagai sekedar simbol-simbol yang memudahkan manusia pada masa itu untuk mengerti (bisa <i>kejet-kejet</i> kalik kalau manusia pada masa itu dijejali teori singularitas atau evolusi). Namun, jika dimaknai secara harfiah, sains telah membuktikan bahwa kenyataannya Tuhan tidak menciptakan manusia dan alam semesta dengan "ujug-ujug jadi" atau "kunfayakun". Rupanya proses semesta ini terbentuk melalui evolusi perkembangan yang bertahap dalam waktu yang sangat laaaaaamaaaaa (usia alam semesta diperkirakan bermiliar tahun), demikian juga dengan kemunculan manusia dan makhluk hidup lainnya melalui sebuah evolusi yang membutuhkan waktu berjuta-juta tahun.<b> Sampai di sini, seolah-olah sains mengkhianati "ajaran" agama. Sains membuktikan bahwa Tuhan menciptakan Adam dari tanah terdengar seperti dongeng. </b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b><span style="font-size: large;">Dimanakah Tuhan? Sedang apakah Tuhan?</span></b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLjF7Gqq884Pc0VLbYvzxoRKP5NLr4gLilZjQb2k2HlPAA7ybDX0IiBvUebzM7eL7Yd-VN9lzdc1ker7tLFmjMTKCAA81Y12hPiqLZS5GDmgmUkx6ZsHAn3137gnwEN8cMdF_rSzdOFkxE/s1600/best-twitter-wallpaper-124.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="330" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLjF7Gqq884Pc0VLbYvzxoRKP5NLr4gLilZjQb2k2HlPAA7ybDX0IiBvUebzM7eL7Yd-VN9lzdc1ker7tLFmjMTKCAA81Y12hPiqLZS5GDmgmUkx6ZsHAn3137gnwEN8cMdF_rSzdOFkxE/s640/best-twitter-wallpaper-124.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>"Tidakkah kamu merasa aman dari Allah yang berada DI LANGIT bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah merasa aman terhadap Allah yang DI LANGIT bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat) mendustakan peringatan-Ku”. (QS Al-Mulk: 16-17).</i></blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i>“Sesungguhnya tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi lalu bersemayam DI ATAS ‘ARSY”. (QS. Al-A‘raf: 54).</i></blockquote>
Secara harfiah, dua ayat yang saya ambil dari Al-Quran di atas menyiratkan bahwa Tuhan ada di langit. Jika berdasarkan cerita Isra' Mijraj, maka terkesan bahwa nabi Muhammad pergi ke langit ketujuh dengan kendaraan Bouraq untuk menemui Allah. Manusia pada jaman dahulu berpikir bahwa semesta hanya bumi dan langit. Tidak pernah ada di bayangan mereka bahwa langit itu hanyalah atmosfer, dan di atas sana ada alam semesta - bintang<i>,</i> planet, galaksi lain, asteroid, <i>supernova, black hole</i>, dll. Tidak pernah ada di bayangan mereka bahwa bumi nyatanya cuma seupil di alam semesta. Memang sih, perjalanan manusia ke luar angkasa masih pendek, namun di semesta yang maha luasnya ini - dimanakah Tuhan berada? Sepertinya semesta tidak menyisakan ruang untuk tempat Tuhan berada. Namun tentu saja, hal ini jika kita beranggapan bahwa Tuhan adalah sebuah "sosok", atau sebuah "zat materiil", sebuah "personal", dan bisa jadi mungkin alam Tuhan berbeda dengan alam eksistensi kita ini. Yang jelas, di "langit" tidak ada Tuhan.<br />
<br />
Tidak hanya bicara tentang makrokosmos, mari kita juga bicara tentang mikrokosmos. Mikrokosmos mencakup banyak hal: setiap sel... zat... atom.. elektron.. kuantum... yaaaah hal-hal kecil yang bikin pusing kepala (otak saya juga belum nyampe mikir begituan). Jika sebelumnya kita beranggapan bahwa Tuhan-lah yang menciptakan, mengatur, memelihara, memusnahkan - intinya Tuhan begitu turut campur dan berperan besar pada setiap kelangsungan keberadaan alam semesta, mulai dari mikrokosmos hingga makrokosmos, nyatanya alam semesta bergerak mengikuti hukum-hukum alam yang teratur. Terikat pada suatu hukum keabadian yang tidak memungkinkan ada "tangan ghaib" untuk mengubahnya secara mendadak, atau secara seenaknya sendiri. Alam mengikuti hukum sebab-akibat. DNA dalam tubuh kita menjadi sebuah sistem yang menjadikan kita sebagai "manusia" dengan bentukan fisik demikian. Atom dengan elektron dan proton tertentu memiliki sifat yang demikian. Planet mengitari matahari akibat gravitasi. Ada sebuah rancangan super sedari awal yang membuat alam semesta seperti ini, seolah-olah meniadakan peran Tuhan yang "ikut campur" mengatur setiap perubahan alam. Kasarannya, Tuhan menciptakan alam dengan sistem pemrograman yang sudah disetting dengan jenius dari awal, dan kemudian sistem ini bergerak otomatis sedemikian rupa. Kadang berjalan mulus, kadang berjalan kacau.<br />
<br />
Sampai di sini, dapat dipahami bahwa Sains menyangkal Tuhan ada di atas langit, dan Tuhan tidak turut campur secara langsung dengan kelangsungan alam. Entah pula dimana malaikat Mikail...<br />
<br />
<b>Anyway, Albert Einstein itu (kemungkinan) Pantheis...</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij2Fk-h33_gAswz93QtNQmYQUe0ThiTiWepCKlhPLfLwSXcaZPo4ehYXT-Saffet-evqjdxKY9aX6LYRHmVD4-XDtSTLHVWBNP9M4fOnEDcngfi90pMekVL99diSgfv6yCbI9yFqzi0-QJ/s1600/eeeb041a6e8aac436f2f5bbc6d31e27b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij2Fk-h33_gAswz93QtNQmYQUe0ThiTiWepCKlhPLfLwSXcaZPo4ehYXT-Saffet-evqjdxKY9aX6LYRHmVD4-XDtSTLHVWBNP9M4fOnEDcngfi90pMekVL99diSgfv6yCbI9yFqzi0-QJ/s1600/eeeb041a6e8aac436f2f5bbc6d31e27b.jpg" /></a></div>
<br />
Apakah Anda familiar dengan ungkapan terkenal dari Albert Einstein:<br />
<blockquote class="tr_bq">
<i>"Sains tanpa agama itu lumpuh, agama tanpa sains itu buta,"</i></blockquote>
Ungkapan terkenal itu sering diseret untuk kepentingan para kaum relijius untuk kepentingannya sendiri, seolah-olah menjadi statement: Einstein yang jenius seperti itu aja percaya agama! Namun, harus dipahami bahwa Einstein sendiri sebenarnya seorang pantheis. Kira-kira, gampangnya pantheis beranggapan bahwa Tuhan adalah alam dan hukum alamnya, bukan Tuhan personal seperti yang mewahyukan diri pada agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Coba baca tulisan menarik yang saya temukan di kompasiana mengenai Einstein sebagai pantheis: <a href="http://www.kompasiana.com/kupretist/einstein-saya-tidak-percaya-personal-god_551fec93a33311fa29b67519">http://www.kompasiana.com/kupretist/einstein-saya-tidak-percaya-personal-god_551fec93a33311fa29b67519</a>. Tuhan pantheis ini kurang lebih sesuai dengan konsep filsuf Spinoza.<br />
<br />
<b><span style="font-size: large;">Agama Benci-Sayang Dengan Sains</span></b><br />
<br />
Sejauh yang saya ketahui, kaum agamis ini terlibat hubungan benci-benci sayang dengan sains. Yang nggak cocok dengan pahamnya dibenci, yang cocok dengan pahamnya disayang. Kaum fundamentalis jelas nggak bakal percaya dengan teori evolusi, karena mereka percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia Adam dengan ujug-ujug langsung jadi. Nggak pake proses jutaan (atau miliaran?) tahun dari homonid ke manusia homo sapiens.Yang terbaru, ada beberapa orang pula yang otaknya teracuni dengan konsep flat-earth yang kelihatannya ilmiah - mengatakan bahwa bumi ini datar, dan yang bilang bumi itu bulat adalah konspirasi NASA.<i> And many people believe it. Ouch. </i><br />
<br />
Tapi lucunya, mereka bisa sebegitu gag percayanya dengan evolusi dan bumi itu bulat, tapi di lain sisi menikmati teknologi yang dihasilkan oleh sains. Sudah begitu, agama biasanya berusaha mencocok-cocokkan diri dengan sains melalui cocoklogi. Sebagai contoh teori bigbang dianggap sesuai dengan firman Tuhan Islam dalam Quran bagaimana Tuhan menciptakan langit dan bumi yang sebelumnya dalam kondisi bersatu kemudian dipisahkan (Q.S. 21:30). Ah, tapi bahkan definisi mana batas langit saja agama sebelumnya tidak bisa memberikan jawaban memuaskan. Mereka tidak percaya sains, tapi di lain sisi berusaha "fit-in" dengan sains modern. Dengan mengklaim penafsiran kitabnya sesuai dengan sains modern. Tapi selama cocok aja...<br />
<br />
<span style="font-size: large;"><b>Apakah Agama Akan Dikalahkan Oleh Sains?</b></span><br />
<br />
Antropolog E.B. Taylor dan J.G. Frazier mempercayai bahwa agama adalah suatu peradaban yang didorong oleh perkembangan intelektual manusia untuk memahami dunia. Dan peradaban berlandaskan agama ini suatu saat akan musnah, digantikan oleh sains yang mendasarkan semuanya pada pemikiran rasional dan fakta. Tapi apa memang akan begitu? Apakah suatu saat agama akan lenyap digantikan oleh sains?<br />
<br />
Sejujurnya saya tidak meyakini hal itu. Yang saya yakini, sains akan menggantikan "agama skriptualis", yaitu agama yang mendasarkan seluruh kepercayaannya pada melulu teks kitab suci (atau hadist) secara harfiah (fundamentalis?). Yaa... mereka-mereka yang mendasarkan keyakinannya pada sesuatu yang sangat "old-school" dan tidak mengembangkan kepercayaannya dengan perkembangan jaman (meliputi teknologi, ideologi, kebudayaan, nilai moral, dll). Mereka yang percaya bahwa era keemasan agama harus <i>exactly </i>sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi dan sahabat-sahabatnya berabad-abad yang lalu. Fokus dan memprioritaskan diri pada syariat, dogma dan ritual, tanpa mau membebaskan dirinya pada sesuatu yang lebih relevan dan penting. Dengan kata lain: mereka yang menjalankan agama melalui check-list syariat, hingga bahkan melupakan nilai spiritualitas. Mereka yang sibuk berpahala dengan "sudah seberapa kamu menutup aurat" atau "makan pakai tangan adalah sunah nabi", hal-hal partikular yang sebatas identitas, tapi melupakan untuk melakukan sesuatu yang lebih penting seperti "menjaga lingkungan" atau "berbuah baik kepada sesama".<br />
<br />
Selain itu, saya percaya bahwa manusia (tidak semua manusia, tentu saja) akan selalu membutuhkan sesuatu yang bisa menjadi pegangan hidupnya. Sesuatu yang sifatnya abadi dan "supranatural", suci dan agung. Ini mungkin akan disanggah Freud sebagai aksi neurotik mereka yang lemah jiwa, tapi bagi saya ini realita. Manusia membutuhkan sesuatu, dan itu bisa berwujud Tuhan, atau agama. Agama tidak akan hilang, jika agama mampu meleburkan diri ke dalam perkembangan jaman dan fokus kepada nilai-nilai luhur yang relevan sepanjang jaman seperti nilai moral humanis yang baik dan spiritualitas. Bisa jadi, sebagaimana pendapat antropolog Evans-Pritchard, bahwa agama bisa berjalan harmonis dengan sains. Ya, jika agama bisa menyesuaikan diri.<br />
<br /></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-69045758393295878702016-06-12T04:56:00.005-07:002016-06-12T05:06:42.843-07:00Memaknai Kisah Nabi-Nabi (Yang Bisa Jadi Omong Kosong)Apakah Anda pernah mendengar mitos dan legenda lokal yang menyimpan berbagai kisah mistis, menakjubkan nan menarik? Sebagai contoh Malin Kundang, dimana kedurhakaan sang anak lelaki membuat ibunya mengutuknya menjadi batu. Atau mungkin cerita Jaka Tarub, dimana Jaka Tarub yang <i>pervert </i>mencuri selendang bidadari dan mengawini salah satunya. Atau contoh lain legenda Tangkuban Perahu yang melibatkan kisah cinta yang nggak wajar antara sang anak laki-laki dan ibunya. Atau contoh cerita lokal lainnya yang mengandung hal-hal ajaib seperti raksasa, keris sakti, hewan yang bisa berbicara, naga, dll. Jika Anda pernah mendengar itu semua, apakah Anda percaya bahwa cerita-cerita tersebut adalah benar? Apakah di suatu masa lampau cerita itu benar terjadi? Saya yakin jawabannya tidak, karena ya ceritanya memang tidak masuk akal. Tidak ada naga. Tidak ada raksasa. Tidak ada kesaktian mandraguna Bandung Bondowoso yang membangun candi sewu dengan bantuan makhluk halus. Kisah-kisah ajaib itu (sayangnya) rekaan belaka.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFUm-3rbpyXAY_ABx44NagPDcscHNG4cgYHX25aT3mNasMXXe2ZsD4Bhu4UVedz4L1za6-yHpmqA50XEzzpZ82rFbesL8h-pZTARze6HPhH3kAV68rRaTlYuKCl4EudU97Sib_B8kGkFkD/s1600/noaark1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFUm-3rbpyXAY_ABx44NagPDcscHNG4cgYHX25aT3mNasMXXe2ZsD4Bhu4UVedz4L1za6-yHpmqA50XEzzpZ82rFbesL8h-pZTARze6HPhH3kAV68rRaTlYuKCl4EudU97Sib_B8kGkFkD/s640/noaark1.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Jika Anda bisa menganggap bahwa cerita-cerita tersebut tidak masuk akal, lantas apakah Anda termasuk kaum religius yang mempercayai cerita-cerita mukjizat nabi-nabi Tuhan? Nabi Adam sebagai manusia pertama ciptaan Tuhan, Nabi Nuh yang membangun bahtera besar untuk mengangkut hewan-hewan berpasang-pasangan saat Tuhan "memusnahkan" bumi, Nabi Musa yang membelah lautan, Nabi Isa yang mampu menyembuhkan segala macam penyakit, hingga Nabi Muhammad yang menurut beberapa hadist kabarnya membelah bulan. Apakah Anda mengimani kisah-kisah nabi dengan yang mukjikzatnya begitu menakjubkan? Jika iya, saya ingin bertanya...<br />
<br />
<b><i>Mengapa Anda bisa mempercayai itu namun tidak percaya dengan kisah lokal lainnya yang sebenarnya sama ajaibnya?</i></b><br />
<br />
Keduanya - cerita nabi dan mitos dan legenda lokal - sama-sama tidak ada bukti, hanya berdasarkan cerita turun temurun. Untungnya, cerita Nabi itu tertuliskan pada kitab suci agama samawi, sehingga Anda kemudian mempercayai itu sebagai bagian dari realitas historis. Tapi pernahkan Anda bertanya kenapa keajaiban hanya terjadi daerah tertentu (Israel, Arab, Timur Tengah, dll)? Pernahkah Anda bertanya juga kenapa tidak ada Nabi turun dengan mukjizatnya yang super menakjubkan itu di jaman sekarang? Apakah Tuhan tahu karena di jaman sekarang orang yang mengaku memiliki mukjizat super seperti itu akan disangka sebagai ahli sulap dan ahli photoshop atau ahli efek kamera? (kalau abad pertengahan pasti disangka tukang sihir). Apakah Tuhan tahu karena jaman sekarang <i>quote "No pict hoax" </i>begitu populer membuat banyak orang jadi skeptis dengan cerita-cerita nggak masuk akal seperti itu?<br />
<br />
<br />
<br />
...............<br />
<br />
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang menghantui saya selama ini, membuat saya kemudian mempertanyakan kebenaran secara faktual cerita-cerita itu. <i>Well,</i> saya sering berkata sekali kamu skeptis, mustahil untuk kembali ke tidak skeptis. Sains sudah sedemikian majunya sehingga secara revolusioner telah mempengaruhi pemikiran manusia untuk menuntut pembuktian, lebih kritis, termasuk dalam persoalan agama yang sebelumnya hanya mendasarkan keimanan pada dogma yang ditelan bulat-bulat.<br />
<br />
Ngomong-ngomong, saya mohon maaf jika pemikiran ini menyinggung beberapa pihak. Namun daripada cepat-cepat tersinggung, perlu dipahami dulu bahwa saya tetap merasa bahwa kisah-kisah nabi ini walaupun mungkin omong kosong bak legenda dan mitos lainnya, namun masih bisa dipahami dan disikapi dengan lebih bijaksana, daripada dengan sombongnya melemparkannya ke tempat sampah.<br />
<br />
<b>Menyikapi Kisah - Kisah Nabi Yang Ajaib di Masa Kini</b><br />
<br />
Jadi begini, pernah saya utarakan sebelumnya pada artikel "<span style="color: blue;"><b><a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2016/03/kenapa-ajaran-agama-saat-ini-menjadi.html">Kenapa Ajaran Agama Saat Ini Menjadi Bahan Olokan"</a></b></span>, bahwa ajaran agama saat ini banyak mengalami guncangan karena materi ajarannya yang terbatas pada dogma yang tidak bisa dibuktikan. Saya pikir, selama ajaran agama seperti ini - sebatas dogma buta, memaksakan kebenaran dan cocoklogi, fokus pada sekedar tradisi yang tidak progresif, bukan tidak mungkin agama akan kehilangan banyak pengikutnya. Namun saya yakin bahwa agama tidak lekang oleh jaman karena agama mampu menjawab pertanyaan besar manusia mengenai hakikat kehidupan. Ini adalah sebuah filosofis agung yang selalu menjadi pertanyaan umat manusia dari beribu tahun lalu hingga sekarang, dan merupakan sebuah misteri yang indah (dan misteri yang indah adalah misteri yang tidak terjawab!). <br />
<br />
Bagi saya, daripada memaknai agama dengan fokus pada perangkatnya yang dimaknai secara harfiah, saya rasa lebih indah jika memaknainya secara lebih simbolis, melalui makna dan pesan yang terkandung di dalamnya. Kaum skeptis/atheis/agnostik arogan kerap menyepelekan agama dan kemudian mengolok-ngoloknya, namun bagi saya mustahil agama bisa bertahan beribu-ribu tahun jika tidak mempunyai nilai luhur yang indah dan bermanfaat. Saya beri sedikit contoh (yang kebetulan contohnya agama Islam, karena saya dibesarkan dengan agama ini): daripada fokus pada gerakan sholat harus 100% begini harus 100% begitu, lebih baik dilihat bahwa sholat secara simbolik merupakan jembatan bagi manusia untuk mendekatkan diri pada ilahi-Nya. Tidak semua manusia bisa menggali sisi spiritualnya, manusia butuh ritual untuk membiasakan itu, dan sholat adalah ritual tersebut bagi umat Islam. Selain itu, sujud merupakan sebuah simbol kepasrahan dan kerendahan diri, dan bagaimana tidak peduli kamu raja atau kamu miliuner, kalau muslim semuanya harus sujud dalam gerakan yang sama, sama rata dengan tanah, melambangkan betapa ajaran yang dibawa Muhammad ini memang terasa kental semangat egalitariannya.<br />
<br />
Nah, hal yang sama bisa diterapkan dalam mempelajari kisah-kisah nabi. Daripada fokus pada jalan cerita yang nggak masuk akal, sebaiknya kita fokus pada nilai moral yang ada. Misalnya, daripada fokus kepada kisah ajaibnya nabi Musa membelah lautan dan mengubah tongkat menjadi ular, tapi kita fokus kepada bagaimana Tuhan tidak meninggalkan mereka yang sengsara (konteks cerita ini saya rasa akan lebih bermakna bagi bangsa Yahudi, karena kisah ini punya nilai historik kepada mereka secara langsung), dan bagaimana sebagai seorang Penguasa (Firaun) kita nggak boleh sewenang-wenang. Contoh lain, daripada fokus pada cerita nabi Adam dan Hawa digoda ular di surga dan turun ke bumi, tapi sebaiknya fokus kepada nilai kisah cinta mereka yang romantis - bagaimana mereka bertemu kembali di bumi (ini romantis lho!). Nilai moral ini tentu saja tidak hanya berlaku bagi kisah-kisah nabi belaka, namun juga pada kisah mitos dan legenda lokal lainnya. Kisah Malin Kundang, misalnya, mengajarkan bahwa jangan durhaka kepada ibu yang susah payah mengandung dan membesarkan kita.<br />
<br />
Pemaknaan kisah-kisah ini bisa juga disesuaikan dengan konteks KeTuhanan, karena banyak contoh kisah-kisah nabi yang cukup saya familiar memiliki nilai cerita tentang aspek monoteisme, dan bisa menjadi penguat keimanan bagi Anda yang religius. Dengan pemaknaan yang terfokus pada kesan dan pesan yang tersirat, maka kita lebih mampu mengambil nilai manfaatnya - terlepas dari apakah cerita itu benar secara fakta atau sekedar omong kosong. Dengan melalui jalan ini pulalah, saya rasa agama dan iman terhadap Rasul-nya lebih bisa dihargai dan mampu bertahan. Karena kita tidak bisa mencegah manusia dengan teknologinya untuk berhenti berkembang, dan pengetahuannya untuk berhenti bertanya.Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-73763721942039008782016-04-16T07:45:00.003-07:002016-04-20T21:17:04.156-07:00Wanita Super : Tekanan Perempuan Di Era Emansipasi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpxjWyMb1PupOguVCGzIQMTgHgJeEBsAE35P09HpYT8rK2vWhzPv57XZs-sLSjWvDC2p6KoCnLf7deZO1XsSqlwupP_MMQb15LEAHvutCEX5F-ZLk0N602cJ96nzQeKXFSHjl7gGkGFiDV/s1600/male-female-equality.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpxjWyMb1PupOguVCGzIQMTgHgJeEBsAE35P09HpYT8rK2vWhzPv57XZs-sLSjWvDC2p6KoCnLf7deZO1XsSqlwupP_MMQb15LEAHvutCEX5F-ZLk0N602cJ96nzQeKXFSHjl7gGkGFiDV/s400/male-female-equality.jpg" width="400" /></a></div>
<i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i>
<i><span style="font-size: x-small;"><br /></span></i>
<i><span style="font-size: x-small;">Tulisan ini saya tulis dalam rangka Hari Kartini, 21 April 2016 - serta kebetulan saya baru baca buku Feminis Thought karya Rosemarie Putnam Tong (belum kelar sih bacanya, baru bab 1 Feminis Liberal haha.. tapi udah gatel banget kepengen menuliskan isi kepala). </span></i><br />
<div>
<br /></div>
<div>
Emansipasi wanita di Indonesia yang disimbolkan dengan Hari Kartini serta diperingati tanggal 21 April dan gerakan feminisme yang dipelopori oleh para feminis Barat, sesungguhnya memunculkan sisi positif dan sisi negatif, terutama buat perempuan itu sendiri. Mari kita mulai dari sisi positifnya. Sisi positif adanya emansipasi dan feminisme adalah wanita kini terbuka akan banyaknya pilihan selain menjadi figur pengurus urusan domestik seputar rumah tangga dan keluarga. Emansipasi dan feminisme memiliki tujuan agar perempuan memiliki kesetaraan hak yang sama dengan laki-laki di berbagai bidang: pendidikan, budaya, sosial, politik, hingga personal.<br />
<br />
Tentu saja, di kehidupan nyata di Indonesia saat ini melihat perempuan sekolah dan bekerja bukan lagi hal yang aneh. Namun sekedar perempuan sekolah dan bekerja bukanlah tujuan akhir cita-cita feminisme. Yang tidak tampak di permukaan adalah masih saja banyak orang memandang bahwa perempuan tetaplah subordinat laki-laki. Saya beri contoh beberapa hal yang masih saya jamak temui di kehidupan sekitar saya: ketika orangtua memimpikan anak laki-lakinya menjadi imam keluarga dengan karir yang sukses, orangtua yang sama masih saja menganggap bahwa tujuan akhir anak perempuannya adalah dipinang laki-laki yang baik. Ketika standar seorang laki-laki yang sukses lebih dari sekedar menjadi ayah dan suami yang baik, namun juga seseorang yang berguna bagi masyarakat dan kehidupan, standar perempuan yang sukses sejauh ini hanya dilihat dari bagaimana fungsinya sebagai istri dan ibu. Contoh lain bisa juga dilihat dari kejamnya penghakiman sosial kepada perempuan yang tidak menutup aurat jauh lebih keji daripada penghakiman sosial kepada laki-laki yang tidak menjaga pandangannya, seolah-olah menganggap bahwa laki-laki bernafsu besar jauh lebih bisa ditolerir daripada perempuan yang percaya diri dengan otoritas tubuhnya (percaya diri dengan otoritas tubuh bukan berarti <i>being a slut </i>dan sengaja mengundang syahwat laki-laki dengan cara tidak terhormat - ini justru menumpulkan semangat feminisme!). Contoh lain lagi: seorang wanita yang patuh kepada suaminya dipandang sebagai suatu kepatutan, namun seorang suami yang "takut" kepada istrinya dipandang sebagai suami-suami takut istri yang berkonotasi negatif. Saya bisa beri contoh banyak lainnya, namun tulisan saya ini sih intinya bukan itu. </div>
<div>
<br />
<b>Tekanan Perempuan di Era Emansipasi</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq73KQ1GDGeEhI22L0uwKfAc95jCXGlhtBipJpZ0dyY9_xwWUVQCp_ELFVCnszdUWg-FVrpaTLAhCa57LNlG_8MgSoUlEBBY3EO4xI8WqbwGp58a6ZpyWeUfrr137YbwvSJsA8Dnq3aeaL/s1600/Antonia-Hoyle_2954207b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="398" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq73KQ1GDGeEhI22L0uwKfAc95jCXGlhtBipJpZ0dyY9_xwWUVQCp_ELFVCnszdUWg-FVrpaTLAhCa57LNlG_8MgSoUlEBBY3EO4xI8WqbwGp58a6ZpyWeUfrr137YbwvSJsA8Dnq3aeaL/s640/Antonia-Hoyle_2954207b.jpg" width="640" /></a></div>
<br /></div>
<div>
Okay, selain dampak positif dimana wanita jauh lebih terbebaskan daripada masa lalu, lalu apakah dampak negatif emansipasi? <b>Beban dan tekanan perempuan rupanya jauh lebih besar dari sebelumnya.</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pada masa lalu, perempuan hanya dipandang dari bagaimana ia memaksimalkan dirinya sebagai seorang istri dan ibu. Namun, dengan adanya emansipasi, ada tuntutan lain bahwa perempuan juga harus punya kegiatan di dunia luar rumah: sebagai seorang wanita pekerja yang sukses. Ini tentu membuat kewalahan kebanyakan perempuan. Menjadi seorang wanita karir yang sukses dan tetap menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya dan istri yang disayang suami tentu adalah hal yang - sejujurnya - luar biasa berat, kalau tidak boleh dikatakan mustahil.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Pembicaraan semacam ini kemudian mengarah ke diskusi yang tidak pernah usai antara ibu rumah tangga versus wanita karir. Jika sudah begini biasanya ajaran agama dibawa-bawa. Ada yang bilang fitrah perempuan adalah menjadi ibu dan istri (sebuah eufimisme bahwa wanita seharusnya di rumah). Tentu kamu sudah akrab dengan mereka yang menghakimi gerakan feminisme sebagai sesuatu yang menyalahi fitrah perempuan. Saya bahkan pernah membaca sebuah artikel viral di facebook bahwa mendidik anak perempuan yang baik menurut Islam adalah selain mengajarkannya agama yang kuat, tapi juga mencintai pekerjaan rumah (yaitu meliputi bersih-bersih rumah dan masakin suami). Di lain sisi, tuntutan emansipasi membuat mereka yang telah tulus memilih menjadi ibu rumah tangga terkadang tidak puas dengan jati dirinya sebagai seorang ibu rumah tangga. <i>They become insecure,</i> dan mungkin terpengaruh dengan omongan orang bahwa perempuan jaman sekarang harusnya memiliki pekerjaan dan aktivitas di luar keluarganya.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jadi, bisa disimpulkan bahwa emansipasi menghasilkan perdebatan antara mana yang lebih baik, menjadi ibu rumah tangga atau menjadi wanita karir. Menjadi ibu rumah tangga harus tahan dengan cibiran orang lain bahwa ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang "ketinggalan jaman", demikian dengan menjadi wanita karir harus tahan dengan cibiran orang lain bahwa wanita karir adalah mereka yang mengabaikan keluarganya. Lalu apa solusinya? Menjadi wanita super: wanita yang entah bagaimana bisa menjadi wanita pekerja yang sukses (beneran sukses), ibu yang mampu mendidik anaknya, dan istri yang merawat suami. Wanita super seperti ini tentu hanya gagasan idealis. Feminisme yang idealnya membebaskan perempuan, kenyataannya justru memberikan perempuan beban yang lebih berat.</div>
<div>
<br />
<b>Feminisme Membebaskan Perempuan</b><br />
<br /></div>
<div>
<i>But then I do believe feminism's goal is for liberating women for choices. </i>Feminisme seharusnya tidak membebani perempuan, namun memberikan perempuan berbagai pilihan dimana ia berhak akan hidupnya. Feminisme seharusnya tidak hanya bertujuan khusus membebaskan perempuan, namun juga mengedukasi masyarakat untuk lebih menghargai pilihan hidup perempuan. So, alih-alih menuntut perempuan untuk menjadi wanita super yang bisa sempurna di berbagai bidang, kita harusnya menghargai perempuan akan pilihan hidupnya: baik itu menjadi wanita karir atau menjadi ibu rumah tangga - <i>it's okay!</i> Tidak perlu mereka sempurna di berbagai bidang, namun bertanggung jawab terhadap kewajibannya.<br />
<br />
Salah satu isu penting dari wacana feminisme adalah bagaimana feminis liberal pada awal kemunculannya (sesuai dengan yang saya baca di buku Feminist Thought yang kebetulan sih saat nulis ini baru baca 1 bab, *HAHA*) secara tidak langsung terlalu mengagungkan sifat-sifat maskulinitas yang dimiliki laki-laki, sehingga mendorong seluruh perempuan untuk merangkul sifat-sifat maskulin mereka. Hal ini pada akhirnya justru mempersepsikan wanita dengan sifat feminimnya adalah hal yang lemah. Feminisme liberal menggenarilisir bahwa setiap perempuan memiliki problem yang sama: bahwa setiap perempuan memimpikan menjadi wanita karir dan terjebak pada pekerjaan rumah tangganya. <i>So this is the point:</i> tidak semua perempuan memiliki cita-cita yang sama. Tidak semua perempuan memimpikan menjadi seorang wanita mandiri yang tangguh, begitu pula sebaliknya tidak semua perempuan memimpikan menjadi ibu rumah tangga yang duduk di rumah. Sehingga, feminisme seharusnya bukan bermaksud membebankan perempuan menjauhi keinginan pribadinya, namun memberikan perempuan pilihan (yang sebelumnya tidak ada) bagi hidup mereka sendiri.<br />
<br />
(Catatan pribadi: tapi saya sendiri mendukung perempuan untuk tidak sekedar sebagai ibu rumah tangga, namun mengaktualisasikan dirinya. Ini tidak berarti menjadi seorang wanita pekerja, namun bisa jadi sebagai wanita memiliki aktivitas selain kegiatan domestik seputar rumah tangga - selain sekedar arisan dan nggosip tetangga, tentunya. Wanita yang memaksimalkan hobinya, membentuk komunitas, mengeksplorasi kemampuan dirinya selain sekedar menyenangkan suami, dll).</div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-87268400297286210002016-04-10T01:48:00.004-07:002016-04-10T01:48:57.269-07:00Tuhan Yang Sempurna dan Manusia Yang Tidak SempurnaSering dengar pendapat ini nggak, biasanya dikatakan menjelang akhir pidato atau ceramah: "Jika ada yang sempurna, datangnya dari Allah. Jika ada kesalahan, datangnya dari saya sebagai manusia,". Kalimat-kalimat lain kata-katanya bisa berbeda tapi maknanya kurang lebih serupa: "Hanya Allah yang sempurna, manusia itu tidak sempurna," Intinya, kalimat-kalimat seperti itu bisa ditarik kesimpulan: <b>Allah itu sempurna dan manusia itu tidak sempurna.</b><br />
<br />
Lantas, bolehkah saya bertanya-tanya: Kenapa Allah yang sempurna menciptakan manusia tidak sempurna? Bukannya kalau Allah itu sempurna ciptaannya harusnya sempurna? Kenapa ciptaannya nggak sempurna?<br />
<br />
<b>Note:</b><br />
Saya tidak bicara dalam konteks manusia adalah makhluk paling sempurna dibandingkan makhluk Tuhan lainnya karena punya akal dan hawa nafsu - sebagaimana yang dipahami oleh umat muslim. (Sebenarnya dikatakan kita satu-satunya yang punya akal juga nggak tepat, karena binatang pun punya akal - walaupun kemampuan kognitif mereka tidak sehebat manusia. Lebih tepat dikatakan manusia unggul daripada hewan karena kita adalah bagian semesta yang "menyadari" diri kita sendiri dan semesta itu sendiri. Selain itu akal dan nafsu - bisa jadi anugerah, tapi bisa juga merupakan kutukan). "Sempurna" yang saya bicaraka di sini adalah manusia yang tidak pernah melakukan kesalahan dan kebatilan. Hmm, sebagaimana yang biasa kita gambarkan pada sosok nabi?<br />
<br />
Jawabannya, menurut pemikiran saya, bisa ada tiga pilihan jawaban.<br />
<b>1. Allah itu tidak sempurna.</b><br />
<b>2. Allah itu sempurna, dan ciptaannya juga sempurna.</b><br />
<b>3, Allah itu sempurna, dan sengaja menciptakan manusia yang tidak sempurna.</b><br />
Ketiga pilihan jawaban di atas tentu menimbulkan konsekuensi-konsekuensi. Saya coba menuliskan isi kepala saya tentang ketiga jawaban yang memungkinkan itu... Dan supaya tidak menimbulkan diskusi yang mengarah ke saya sengaja 'menjelek-jelekkan' satu agama tertentu, saya ganti kata Allah dengan Tuhan. Dan definisi Tuhan di sini rasa-rasanya lebih masuk akal jika merujuk ke Tuhan samawi.<br />
<br />
<b>1. Tuhan itu Tidak Sempurna</b><br />
<b><br /></b>
Kenapa Tuhan menciptakan manusia tidak sempurna? Karena Tuhan juga tidak sempurna. Sesungguhnya argumentasi ini bisa langsung mengakhiri polemik ini. Namun menganggap Tuhan tidak sempurna terdengar sangat..... janggal. Kalau tidak sempurna, kenapa disebut Tuhan? Sebuah tesis "tidak sempurna" harusnya melahirkan antitesis "sempurna", dan yang disebut "sempurna" itu tentunya adalah milik Tuhan. Selain itu, gagasan Tuhan tidak sempurna mengkhianati semua harapan kita akan sosok lain, beserta gambaran surgawi yang melengkapinya.<br />
<br />
<b>2. Tuhan itu sempurna, dan manusia juga sempurna</b><br />
<b><br /></b>
Ini mungkin terdengar penjelasan yang sama ganjilnya. Bahwa manusia itu tidak sempurna, sebenarnya adalah pernyataan yang salah.<br />
<br />
Oke, manusia itu sesungguhnya sudah sempurna. Karena Tuhan tidak boleh tidak sempurna, maka ciptaannya haruslah sempurna. Jadi definisi kita akan "tidak sempurna" itu merupakan pernyataan salah karena disandarkan pada standar yang kita buat-buat sendiri. Kita dengan segala kesalahan kita adalah bagian dari sempurna. Manusia yang pelupa, manusia yang salah ucap, manusia yang bodoh dan manusia yang pintar, manusia yang berkacamata dan manusia dengan mata yang sehat - semuanya sebenarnya sempurna. Ini ibarat turunan dari konsep 'yin dan yang'. Segala keburukan yang melengkapi kebaikan itu adalah perpaduan yang menjadikan manusia itu sempurna. Standar kita yang menciptakan manusia sempurna dan manusia yang tidak sempurna - lah yang patut direvisi, karena standar itu standar yang kita buat-buat sendiri sebagai manusia. Hmm... masih bingung ya? Saya juga. Haha.<br />
<br />
Tentu, ini ada konsekuensi-konsekuensi logis lainnya. Masa iya manusia yang berbuat kejahatan adalah manusia yang sempurna? Masa iya manusia dengan kesalahan berpikir adalah manusia sempurna? Masa iya manusia yang mengabaikan nurani adalah manusia yang sempurna? Masa iya manusia yang khilaf dan melakukan hal-hal buruk adalah manusia sempurna? Tentu, kesempurnaan semacam ini adalah kesempurnaan yang menyakitkan. Konsep kebaikan dan kejahatan manusia mungkin ibarat yin dan yang, sesuatu yang saling melengkapi dan tak terpisahkan, yang "sempurna" jika merujuk kepada lingkup sosial umat manusia secara keseluruhan, namun jika dinilai secara individual - jelas cukup susah menerima kesimpulan "setiap manusia itu sempurna".<br />
<br />
Agak bingung ya? saya jelaskan dengan analogi: Suatu kelompok A adalah manusia yang baik, kelompok B adalah manusia yang jahat. Pertentangan antara kelompok A dan kelompok B tidak bisa dihindarkan, namun adanya pertentangan ini melahirkan banyak hal: kemajuan, inovasi teknologi, perkembangan pemikiran dan kecerdasan, perkembangan ideologi, dll. Tentu ada dampak negatif yang harus dibayar: kerusakan lingkungan, kematian, rasa sakit hati, dll. Nah - kelompok A dan kelompok B ini menciptakan dunia yang sempurna karena tidak stagnan. Umat manusia, ditinjau secara keseluruhan, boleh dibilang sempurna. Namun apakah kelompok B, yang jahat entah karena alasan apapun - secara individu bisa dinilai bahwa mereka manusia sempurna?<br />
<br />
<b>3. Tuhan itu sempurna, dan sengaja menciptakan manusia yang tidak sempurna.</b><br />
<b><br /></b>
Oke, lanjut ke gagasan berikutnya. Jadi Tuhan itu sempurna, dan Ia menciptakan manusia tidak sempurna karena <i>kesengajaan. </i>Bagi kaum anti-skeptik, optimis dan religius tentu akan berpendapat bahwa ini merupakan ketentuan Tuhan dan sebagai bahan ujian. Sebenarnya, jika kesengajaan itu ada pada hal remeh-remeh seperti: manusia bisa lupa, manusia bisa salah omong, manusia bisa sedikit marah - maka kesengajaan itu bukanlah masalah. Namun kalau dalam contoh kasus ekstrim, seperti manusia yang lahir di lingkungan perampok sehingga ia jadi perampok, manusia dengan kelainan otak hingga cenderung psycho, apakah memang itu bagian kesengajaan Tuhan? Jika memang iya, bolehkan kita menganggap bahwa Tuhan tidak adil?<br />
<br />
Gagasan "ketidaksempurnaan manusia sebagai ujian manusia" sebenarnya berhasil jika kita memang melihat dunia dengan optimis dan terdogma ajaran agama. Namun salah satu alasan banyak orang memalingkan dari ajaran agama (sejauh yang saya tahu), karena gambaran Tuhan yang sengaja menciptakan manusia tidak sempurna (dengan segala keburukan, kejahatan, kehidupan yang tidak adil), adalah terdengar sangat semena-mena - karena Ia yang sengaja menciptakan manusia tidak sempurna, ia pula-lah yang menciptakan neraka! Dalam kasus kejahatan, memang Tuhan samawi "kurang sempurna" bagi saya untuk menjelaskan perannya. (Pernah dengan teori Epicurus? - saya juga baru-baru ini baca-baca dikit soal itu). Tuhan yang personal, sudah barang tentu kurang mampu menjelaskan ini (bagi saya pribadi lho!).<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
....<br />
Anwyay, ini tampaknya tulisan paling tidak jelas yang saya bikin di blog ini. Karena segala nya masih absurd sehingga saya belum bisa menerangkan gagasannya dengan lebih jelas dan komprehensif. Malah, saya juga ga bisa menjawab menurut saya pribadi manakah dari ketiga argumen di atas yang sesuai dengan pikiran saya. Hahaha. Mungkin justru orang ateis yang bisa menjawab pertanyaan di atas dengan lugas: karena Tuhan itu tidak ada! <br />
<br />Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-37001186822882989242016-03-17T23:29:00.001-07:002016-03-17T23:29:54.204-07:00Mengapa Manusia Diciptakan?<div>
<i><span style="font-size: x-small;">Sebagai peringatan awal, tulisan saya ini bukan bermaksud menjawab pertanyaan di atas. Malah, tulisan ini saya bikin emang karena saya beneran nanya... </span></i></div>
<div>
<i><span style="font-size: large;"><br /></span></i></div>
<i><span style="font-size: x-large;"><b>Mengapa manusia (harus) ada? </b></span></i><br />
<i><span style="font-size: x-large;"><b>Untuk apa manusia diciptakan?</b></span></i><br />
<i><span style="font-size: x-large;"><b><br /></b></span></i>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaa9DOJnWrbMeFimExvnKX4bkTh1FC9eVh7tHr4hpBw4pT1-0Av5e4yHuvQXqTc_dpmrPEG2kNTj2wKdfdZs4LRGv8qSCQQlmclWDMDyP6BfdFcgB-HgHlFUx_svA42T3P_nil1lWqGWX8/s1600/Jordaens_Adam_and_Eve.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="456" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaa9DOJnWrbMeFimExvnKX4bkTh1FC9eVh7tHr4hpBw4pT1-0Av5e4yHuvQXqTc_dpmrPEG2kNTj2wKdfdZs4LRGv8qSCQQlmclWDMDyP6BfdFcgB-HgHlFUx_svA42T3P_nil1lWqGWX8/s640/Jordaens_Adam_and_Eve.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Adam and Eve</b></td></tr>
</tbody></table>
<div>
Tidak ada pertanyaan yang lebih mendalam daripada pertanyaan tentang hakikat eksistensi manusia serta untuk apa kita diciptakan. Saya tidak tahu dengan kamu, tapi saya rasa hampir semua manusia yang berpikir pasti pernah mempertanyakan kenapa kita harus ada dan kenapa kita diciptakan (diciptakan, atau tercipta?). Tentu, pertanyaan ini biasanya tenggelam ketika kita disibukkan dengan persoalan praktis duniawi, namun pertanyaan mendasar ini adalah pertanyaan paling konstan yang ditanyakan manusia dari masa ke masa. Mungkin, mempertanyakan eksistensi adalah pertanyaan yang membuat manusia lebih unggul daripada makhluk hidup lainnya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mempertanyakan ini kadang bikin saya merinding sendiri, sama ketika saya berpikir tentang keabadian, bagaimana mungkin Tuhan tidak diciptakan, serta pertanyaan betapa mahaluasnya alam semesta. Pertanyaan mengapa kita diciptakan adalah salah satu pertanyaan agung. Saya rasa pertanyaan ini adalah pertanyaan yang membuat agama bisa langgeng selama beratus-ratus tahun, karena agama memberikan jawabannya. Di tulisan ini saya akan membatasi pada ajaran agama Islam, karena agama ini yang saya ketahui dan telah pelajari. Jadi perenungan ini saya cocok-cocokkan dengan ajaran Islam <b>yang saya tahu. </b>Menurut Islam, mengapa manusia diciptakan ada dua jawaban: <b>sebagai khalifah di muka bumi</b>, dan<b> untuk menyembah Tuhan.</b></div>
<div>
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div>
<b><span style="font-size: large;">Sebagai Khalifah Di Muka Bumi</span></b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Mengapa manusia diciptakan? QS Al Baqarah : 30 menceritakan tentang dialog malaikat dan Tuhan (Allah) ketika malaikat mempertanyakan kenapa manusia (Adam) diciptakan. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<div align="right" style="background-color: white;">
<span style="font-size: large;"> وَ إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَن يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَ نُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّيْ أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْن</span>َ</div>
<div align="left" style="background-color: white;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span></div>
<div align="left" style="background-color: white;">
<span style="line-height: 115%;"><span style="color: blue; font-family: inherit;"><i>"Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau
hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan
darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ? Dia
berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,"</i></span></span></div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Berdasarkan ayat di atas, jawabannya adalah manusia hadir di bumi sebagai khalifah (pemimpin). Walaupun malaikat bingung kenapa harus manusia yang<i> sakkarep-dhewek</i> yang diberi mandat Tuhan untuk menjadi khalifah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Apakah jawaban ini memuaskan? Menurut saya tidak. Jawaban ini mengena jika pertanyaannya adalah <b>apa fungsi manusia di bumi? </b>Maka jawaban sebagai khalifah adalah jawaban yang bijak dan tepat. Manusia harus memaknai peran mereka sendiri sebagai pihak yang diberi tanggung jawab besar atas kelangsungan hidup alam di bumi. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Namun pertanyaan ini sendiri bagi saya pribadi tidak bisa menjawab pertanyaan eksistensi manusia itu sendiri. Apalagi untuk mempertanyakan: <i>kenapa manusia harus ada, kenapa alam semesta harus ada? <b>Bukankah 'Tiada' lebih baik daripada 'Ada' lantas dijebloskan ke hidup yang susah penuh ujian - ga lulus ujian pula - dan masuk ke neraka? </b></i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Lho, bagaimana mungkin kamu tidak bersyukur diberikan kenikmatan hidup karena kamu 'Ada'? </i>- ini biasanya jawaban ulama atau orang agamis yang optimis. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Hmmm... jika kita 'Tiada', maka kita tidak akan pernah tahu kenikmatan atau sengsara. Kita yaaaa.... tidak ada. Tidak punya pikiran, tidak punya perasaan. Argumen di atas adalah argumen yang tidak relevan sih kalo menurut saya. Cuma argumen orang optimis yang nggak mempan buat saya yang kerap pesimis dan <i>suudzon</i>. Haha.</div>
<div>
<br />
<i>Oke. next!</i><br />
<br /></div>
<div>
<span style="font-size: large;"><b>Untuk Menyembah Tuhan</b></span></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
QS Adz-Dzariyat 56 menyebutkan mengapa manusia diciptakan:</div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: right;">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَمَا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">خَلَقْتُ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">الْجِنَّ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">وَالاِنسَ</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">إِلا</span> <span style="font-family: "arial" , "sans-serif";">لِيَعْبُدُونِ</span>
</span><o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="color: red;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="color: blue;">"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku"</span></i></div>
</div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
Ayat tersebut sedikit-banyak menjawab pertanyaan waktu saya masih remaja dahulu kala. Dulu. Oh, jadi kita lahir hanya untuk menyembah Tuhan (Allah) yang telah menciptakan kita. Ayat ini merangkum makna ketundukan kita secara utuh kepada Tuhan Allah, baik sukarela maupun terpaksa. Di sisi baik, ayat itu menjelaskan bahwa manusia hidup bukan untuk berfoya-foya berbuat jahat, namun hanya untuk menyembah Tuhan. Penyembahan ini tentu melalui cara yang (harapannya) sih baik - tidak hanya ibadah ke Tuhan namun ibadah ke sesama dengan ridho-Nya. Sebenarnya, ayat ini menjadi semacam <i>human-control</i> yang baik sih....</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lantas, tumbuh besar jawaban ini tidak mewadahi "kelancangan" saya. Katanya Tuhan tidak butuh disembah, namun kenapa ia menciptakan manusia untuk menyembah-Nya? Ini kontradiksi yang..... aneh. Membaca ayat ini sekarang seperti membuat Tuhan menjadi tiran yang kejam. Ia tidak butuh disembah, namun ia menciptakan manusia lantas memperbudaknya untuk hanya beribadah kepada-Nya. Jika tidak? Neraka menunggu! Dan lebih buruknya lagi, Tuhan memberikan hawa nafsu yang tidak dipunyai malaikat - nafsu yang membuat manusia bisa "memilih" berbuat bajik atau berbuat jahat, yang bisa "memilih" untuk menyembah-Nya atau <i>"mokong"</i> terhadap-Nya? <i>(Oh, apakah saya terdengar durhaka? atau hanya sayakah yang berusaha untuk jujur di sini?). </i>Manusia diciptakan<i> </i>tidak lain untuk menyembah-Nya ini mungkin juga hanya masuk akal dan bisa dipahami oleh beberapa orang di antara kita. Namun saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika kita ditakdirkan lahir di kehidupan keras nan sengsara (misal lahir di daerah konflik). Entah apakah jawaban itu bisa menimbulkan keikhlasan atau justru perasaan "mempertanyakan" takdir / "kesewenang-wenangan" Tuhan. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ada pemikiran pula yang saya dapat saat nonton Prometheus-nya Ridley Scott. Penciptaan manusia oleh Tuhan mungkin memang tidak harus bertujuan. Tidak harus ada alasannya. Tuhan menciptakan kita mungkin karena memang Dia sanggup. Sama seperti kita menciptakan robot yang hebat mungkin karena memang kita sanggup. Jawaban yang tidak menyenangkan dan mengecewakan mungkin, dan sedikit menyebalkan. Jika memang Tuhan menciptakan manusia karena Dia sekedar sanggup, maka terserah Dia ciptaannya ini harus bagaimana dan takdirnya seperti apa. Ini hak Tuhan. Tuhan kelihatan seenaknya sendiri? Ya begitulah. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Seorang kawan saya pernah berujar bahwa hidup ini memang ujian. Tuhan bekerja secara transenden, segala kontradiksi dan paradoks Tuhan baik versus Tuhan kejam adalah bagian dari sifat-Nya. Menurutnya (yang saya tangkap), mempertanyakan takdir dan maksud Tuhan adalah sesuatu yang memang manusiawi, namun tidak membawa kita kemana-mana karena intinya manusia ini udah "kadung" lahir. Hidup adalah ujian, tinggal gimana kita bisa lolos ujiannya atau enggak. Yang jelas kita udah "terlanjur" lahir, nggak usah ribet nanya-nanya ke Tuhan. Ya jalanin aja dengan tanggung jawab. Ini, bagi saya, merupakan jawaban praktis. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
....<br />
Jadi, apakah jawabannya?<br />
Entahlah, mungkin ini bagian dari misteri hidup dan Tuhan itu sendiri. Mungkin hidup memang didesain untuk ada misterinya, biar makin asyik, biar manusia kalo ngelamun ada yang dipikirin selain ngelamun yang enggak-enggak :p.<br />
<br />
Apakah mempertanyakan ini ada manfaatnya? Boleh jadi tidak, namun manusia tidak bisa tidak untuk tidak mempertanyakan itu.<i> It's a big twist and the director want to keep it secret until...... i don't know. </i><br />
<br /></div>
<div>
Di akhir tulisan ini saya teringat dengan kalimat yang pernah saya dengar, namun saya lupa sumbernya dari mana.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Apakah Tuhan kesepian hingga menciptakan manusia?</i></div>
<div>
<i>Atau apakah manusia yang kesepian hingga ia menciptakan Tuhan?</i></div>
<div>
<br /></div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-17763119903936963422016-03-09T07:30:00.001-08:002016-11-19T01:21:14.186-08:00Kenapa Ajaran Agama Saat Ini Menjadi Bahan Olokan?<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">(Anyway, saya bingung mau kasih judul
apa sebenarnya postingan random ini. Apakah judul di
atas terkesan terlaku provokatif dan memicu kemarahan? Jika iya, saya mohon
maaf)</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Jadi, saya menulis ini karena lagi
hangat-hangatnya sehabis baca buku Sejarah Tuhan-nya Karen Armstrong. Biasalah,
kalo yang kenal saya pasti tahu kalo saya ini euforia heboh di depan – lalu labil
di belakang. Hehe. Jadi habis baca buku itu mendadak saya “tercerahkan” dan
dengan sangat bersemangat menggebu-gebu mencoba menuangkannya di blog. Sebelum “napsu”
ilang, mood pudar.. dan pemikiran cupet ini saya lupakan. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sekilas info, buku Sejarah Tuhan ini
adalah buku terberat yang saya baca. Isinya mencoba mempelajari Tuhan pada
berbagai era – dengan fokus utama pada Tuhan Wahyu agama Samawi – yaitu Yahudi,
Kristen dan Islam. Nah, alasan pertama kesulitan untuk memahami buku ini karena saya
dibesarkan dengan agama Islam, sehingga membaca bagian – bagian mengenai Yahudi
dan Kristen (terutama Yahudi) saya dibikin bingung, karena memang ajaran dan
sejarah kedua agama tersebut tidak pernah saya pelajari sebelumnya. Alasan
kedua, karena kata-katanya sulit <i>bok!</i> Epifani, emanasi, aksioma, inkarnasi, esoterik,
duh kamus mana kamus. Buku ini saya beli waktu SMA sebenarnya, tapi dasar
<i>keminter</i> waktu SMA baca halaman pertama udah <i>pusying</i> kepala. Dan... baru 10
tahun kemudian saya coba baca, dan sebulanan baca nggak selesai-selesai. Pas
nulis saya ini aja saya sebenernya belum baca sampai akhir (baru sampai bab
Tuhan Kaum Reformis), tapi karena udah terlampau bersemangat untuk menuangkan
pikiran di blog jadi ya sudah lah ditulis dulu....<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Sebenarnya, ilmu pengetahuan yang
saya dapat dari buku ini BANYAK dan LUAR BIASA. Ini mencakup sedikit
pengetahuan yang bisa saya cerna, karena banyak bagian yang terpaksa saya
lewatin karena gag paham (bikin saya mikir apa yang paham 100% isi buku ini
palingan cuma si Armstrong sendiri!). Cuma, di tulisan kali ini saya kepengen
fokus ke satu bagian dulu aja, yaitu... kenapa saat ini agama (Kristen &
Islam) di dunia umumnya, dan Islam di Indonesia khususnya, mendapat olok-olok
dari para fanatik sekuler, skeptis, liberal, agnostik dan atheis? *Saya fokus ke Kristen dan Islam karena dogmanya hampir mirip, dan baru dua agama itu yang agak saya pahami. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Berawal dari Intoleransi...</b><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUJ8OmJYP58wErp0cL8ScXWyQ4CGQSYYadqbfgZQAh1qq3vfDDeomDKN9BZxhJMX4uZ30X2oQivxOYLbVd0X41zlP17QTbRQU1LhaEvu4E_zxmKBnpNsX5_46UNDBzyNG2pIckUPj1srZa/s1600/073D9373-C945-4124-8FD2-FC8655AC1803_w640_r1_s.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUJ8OmJYP58wErp0cL8ScXWyQ4CGQSYYadqbfgZQAh1qq3vfDDeomDKN9BZxhJMX4uZ30X2oQivxOYLbVd0X41zlP17QTbRQU1LhaEvu4E_zxmKBnpNsX5_46UNDBzyNG2pIckUPj1srZa/s640/073D9373-C945-4124-8FD2-FC8655AC1803_w640_r1_s.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Intoleransi menjadi salah satu isu
krusial di tanah air, terutama oleh radikalisme kaum Islam konservatif. Radikalisme
ini dibuktikan dengan BBC Indonesia kemarin yang mengupas berita adanya
peningkatan kecenderungan masyarakat Indonesia paska-reformasi 1988 menjadi
lebih radikal dan tidak toleran <a href="https://www.blogger.com/goog_2126680849">(</a></span><span style="color: blue; line-height: 18.4px;"><a href="http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/02/160218_indonesia_radikalisme_anak_muda)">http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/02/160218_indonesia_radikalisme_anak_muda)</a></span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">. Ada juga hasil rilisan survey LSI yang menunjukkan kecenderungan naiknya intoleransi terhadap orang lain yang berbeda identitas <a href="https://www.blogger.com/goog_2126680852"><span style="color: blue;">(</span></a></span><span style="color: blue; line-height: 18.4px;"><a href="http://www.voaindonesia.com/content/survei-intoleransi-meningkat-di-indonesia/1530777.html)">http://www.voaindonesia.com/content/survei-intoleransi-meningkat-di-indonesia/1530777.html)</a>.</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;"> Contohnya adalah terorisme peledakan bom,
berita mengenai perusakan tempat ibadah agama minoritas, serta wacana pilgub
DKI Jakarta yang berbau SARA. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Kasus teranyar yang gag kalah
seru, tentu saja perkara LGBT yang dimurkai sebagian besar orang Indonesia.</span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Nah, intoleransi ini kemudian
menimbulkan sikap di kalangan elite dan intelektual yang membodoh-bodohi kaum
fanatik yang intoleran itu. Saya, termasuk yang membodoh-bodohkan kaum fanatik
itu: menyebut mereka tidak <i>open-minded,</i> tidak pintar, kurang piknik, dll.
Padahal barangkali persoalan kenapa radikalisme bisa mengakar ke kaum fanatik
itu lebih karena persoalan ekonomi (<i>ralat kemudian:</i> psikologi dan sosial) dibandingkan persoalan ke-Tuhanan. Kaum
fanatik agamis ini memunculkan kaum lain: kaum skeptis, liberal, sekuler,
agnostik dan atheis di Indonesia, sebagai oposisi dari fanatik agamis (atau
mungkin yang muncul dulu kaum liberal dkk lantas konservatif yang beringas
muncul? tauk deh mana duluan. Ini kayak duluan ayam atau telur). Persoalan dua
kubu yang beradu paham ini memang selalu muncul di kehidupan, dan memang
menjadi proses alami perkembangan pemikiran manusia. Jadi dianggap hal yang
wajar aja, asal gag sampai berantem fisik. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Saya, walaupun tidak secara vulgar, termasuk
kaum sok pintar yang menertawakan kepercayaan kaum fanatik agamis / Islam
konservatif. Sampai akhirnya saya tergelitik dengan seseorang yang saya <i>follow</i>
di facebook karena kepandaiannya yang berbasis sains. Orang ini pintar, tapi
membaca status-statusnya seperti bapak-bapak <i>nyinyiers</i> nan arogan yang kepedean
dan menertawakan ketidaktahuan orang lain. Belum lagi ketika <i>follower-</i>nya
memberikan komentar senada: sinis, sarkastik dan <i>keminter.</i> Persis saya. Namun
kemudian saya – yang selalu membela yang lemah – jadi kasihan juga sama kaum
fanatik konservatif yang dijadikan bahan tertawaan. Teringat tulisan Arman
Dhani yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah barang mewah, saya pun merasa
bahwa <i>bully</i>-an itu adalah hal yang terbilang sombong. Saya percaya sebagian besar fanatisme sempit itu karena kurang wawasan atau himpitan masalah pribadi yang kemudian diekspresikan dengan membenci <i>society. </i>Fanatik terhadap ketidakfanatikan
(saya terinspirasi tulisan di <a href="http://mojok.co/"><span style="color: blue;">mojok.co</span></a> tentang Donald Trumph yang tiba-tiba
jadi kandidat kuat calon presiden US) adalah suatu bentuk fanatik juga. Intoleran terhadap
intoleransi tetap saja intoleran. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><i>Nah, jadi ngelantur kan.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Kenapa Ajaran Agama Saat Ini Menjadi Bahan Olokan?</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Jadi kenapa agama Kristen
& Islam di dunia umumnya, dan Islam di Indonesia khususnya, mendapat
olok-olok dari para fanatik sekuler, liberal, skeptis, agnostik dan atheis?<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Alasan pertama, </b>adalah kemajuan sains
dan teknologi. (Yuk boleh baca tulisan saya sebelumnya soal kenapa sains dan
agama tidak bisa bersatu <a href="http://kontemplasiliar.blogspot.co.id/2016/02/sains-dan-agama.html"><span style="color: blue;">di sini</span></a>). Kemajuan sains dan teknologi yang dimulai
dari revolusi agraria di Eropa berjalan begitu luar biasa selama beberapa abad
ini, dimotori oleh Barat. Adanya sains ini perlahan mereduksi peran Tuhan
(pernah dengar istilah <i>God of Gaps</i>? Kapan-kapan saya bikin tulisan ini ah), dan
menjabarkan misteri-misteri alam dengan bahasa sains yang obyektif dan masuk
akal. Ilmuwan barat rata-rata atheis semua, memuja otak brilian mereka sendiri, mencintai sains, dan
mabuk pembuktian. Seorang atheis tampaknya menyukai pembuktian, walaupun ada
paradoks yang menarik bahwa atheis tidak bisa membuktikan bahwa Tuhan itu Tidak
Ada, karena membuktikan Ke-tiada-an adalah hal yang mustahil (saya masih
ragu sih benar begini atau tidak, tapi ini yang saya tangkap dari salah satu
artikel yang pernah saya baca tentang argumentasi atheisme). <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><b>Lalu apa alasan kedua? </b>Membaca
Sejarah Tuhan saya jadi paham bahwa hal ini disebabkan agama itu sendiri. <b>Lebih
tepatnya, para ulama (atau ustadz) dan para teolog yang mengembangkan ajaran
agama.</b> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Menurut sejarah, ketika Islam mencapai masa keemasan di (kira-kira abad
ke-8 hingga 14), Islam yang berkembang adalah Islam yang <b>filosofis dan mistis</b>. Salah
satu contoh filosof Islam adalah Ibnu Sina, Al-Ghazali, Al-Farabi dan filosof mistik
adalah Jalaludin Rumi (atau Syeh Siti Jenar ya kalo di Nusantara). T<b>uhan
menurut <i>faylasuf</i> (falsafah Islam)</b> mendapat pengaruh filsuf Yunani seperti
Aristoteles, menggambarkan Tuhan sebagai konsep abstrak yang sulit dipahami.
Tuhan adalah “Wujud Tertinggi”, Tuhan adalah “Kesederhanaan”, Tuhan adalah “Realitas
Tertinggi”, Tuhan adalah “Penggerak Pertama”. Mereka mencoba menggambarkan
Tuhan berdasarkan pendekatan rasional, dan menganggap akal adalah cahaya <i>ilah</i>
yang harus digunakan. Penggambaran Tuhan filosofis ini berusaha obyektif, namun
justru menyebabkannya terasa jauh, tidak terjangkau sekaligus apatis, apalagi definisi
kebenaran manapun mengenai Tuhan pada akhirnya tidak bisa dibuktikan secara
empiris. <b>Sedangkan secara mistis,</b> Tuhan dimaknai secara subyektif, lebih
mengandalkan imajinasi. Mendekatkan diri hingga menyatukan diri kepada Tuhan
dilakukan melalui serangkaian latihan mental, batin dan spiritual yang berat.
Tuhan adalah <i>avatar</i> diri manusia masing-masing. Walaupun pendekatan Tuhan seperti ini
bisa menyebabkan kesalahpahaman orang awam (demikian juga secara filosofis yang
kental nuansa elitisme nya), namun Tuhan secara mistik ini membuat kita jadi
toleran, karena kita percaya bahwa perjalanan spiritual orang berbeda-beda, dan
boleh jadi semua agama dan kepercayaan adalah benar – karena bagaimana Tuhan
memanifestikan “cahaya”-Nya ke masing-masing orang berbeda. Tuhan mistik ini
membuat kita merasa dekat dengan Tuhan, atau hingga ke tahap “menyatu” dengan
Tuhan. Sebuah konsep serupa dengan <i>Manunggaling Kawula Gusti-</i>nya Syeh Siti Jenar yang kemudian
disalahpahami oleh banyak orang. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Nah, pengonsepan Tuhan baik secara
filosofis maupun mistik ini tentu menyulitkan kaum awam. Terlalu abstrak dan
terlalu berat. Saya tidak tahu bagaimana persisnya dan apa sebabnya - mungkin karena politik juga, namun
tampaknya sejalan dengan reformasi di Eropa – dimana muncul perpecahan Katholik
dan Protestan, agama wahyu (Kristen & Islam) mengalami “penurunan” (Karen Armstrong
sendiri berupaya tidak menyebutnya penurunan, mungkin dia berusaha obyektif).
Ketika filosof dan mistikus mengembangkan Tuhan secara inovatif, generasi
setelahnya (Islam dan Kristen) justru kembali ke tradisi lama. <b>Kembali kepada Tuhan yang antropomorfis
</b>(Tuhan tidak lagi Realitas Yang Tidak Bisa Didefinisikan, namun menjadi Raja/Dewa
Tunggal dengan sifat-sifat menyerupai manusia). Tuhan mengalami <b>penyederhanaan</b>,
mengakibatkan <b>agama menjadi sekedar seperangkat aturan dan syariat yang harus
dipatuhi para pemeluknya</b>. Orang lebih diajari untuk beragama dibanding
ber-Tuhan. Di sinilah kayaknya timbul dogma surga-neraka yang begitu kental dan Tuhan yang Pemarah <i>(Azab Allah sangat pedih!)</i>. Jika filsuf dan mistikus
mencoba memaknai Tuhan dan ajaran-Nya melalui metafora dan simbolisme, maka
generasi konservatif ini memaknainya secara <b>harfiah.</b> <b>Nah, di sinilah menurut saya letak kesalahan berikutnya. </b><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ99vcvWpeMP7SeaFmqCbjf5PgNzGpBYiLvPCxb4jfOkGRKBLFQtQ7q_YdtMAmysW2gtGagUXHdmgJ5jPNh58-AfznvUFMnBrxDpBybxNovGUfgWClY0vuiUQO85huBWg89TCUd4X8G5Ea/s1600/images+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ99vcvWpeMP7SeaFmqCbjf5PgNzGpBYiLvPCxb4jfOkGRKBLFQtQ7q_YdtMAmysW2gtGagUXHdmgJ5jPNh58-AfznvUFMnBrxDpBybxNovGUfgWClY0vuiUQO85huBWg89TCUd4X8G5Ea/s640/images+%25281%2529.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambaran neraka yang horror membuktikan bahwa manusia dikontrol melalui rasa takut.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mengonsepkan Tuhan dan
sifat-sifat-Nya, harus menggunakan simbol, metafora, imajinasi karena Tuhan
<b>HARUSLAH</b> sesuatu yang di luar bayangan kita. Tuhan tidak boleh terbelenggu
dengan pengetahuan dan bahasa manusia. Sama seperti seniman mengekspresikan
perasaannya, tidak melalui makna literal -
namun melalui seni: puisi, lukisan, tarian, musik. Penggambaran Tuhan dan
sifat-Nya melalui simbolisme dan metafora ini menyebabkan ayat suci menjadi
multitafsir. Yang bahaya, adalah ketika kemudian orang awam memaknainya secara
mentah. Dalam Islam contohnya, ganjaran surga menurut Quran adalah kolam susu,
sungai madu, dan bidadari. <i>Literally. </i>Alih-alih menafsirkan ayat-ayat Quran tentang surga sebagai “tempat
yang luar biasa indah”, banyak orang membayangkan surga BENAR-BENAR seperti itu.
Kepuasan nafsu makan dan nafsu seksual. *</span><span style="font-size: 16px; line-height: 18.4px;">Surga setiap orang harusnya berbeda-beda kan? Karena saya tidak peduli dengan kolam susu dan sungai madu. </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">Saya sendiri lebih suka
membayangkan surga tempat berkumpulnya saya dengan keluarga saya, terlebih lagi
kerinduan saya akan almarhum kakak laki-laki saya ingin sekali diwujudkan
dengan bertemu lagi di surga (dan di sana kita berantem rebutan makanan lagi,
sambil nonton film. Itu surga!). </span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Pemaknaan harfiah ini kemudian
menguat membuat pelajaran agama fokus mempelajari kisah-kisah nabi dengan
mukjizat-Nya (yang kalo dinalar sekarang sulit diterima akal sehat),
syariat-syariat, adab-adab, sunah-sunah nabi, aturan halal dan haram – pokoknya
menjadi rangkaian dogma - yang sejujurnya memberatkan dan gag penting. Kalo
boleh saya jahat sedikit, aturan celana cingkrang, berjenggot, jilbab harus
syar’i, sunah makan pakai tangan, dan hal-hal semacam itu nggak ada faedahnya.
Mungkin itu menjadi ritual penting bagi iman seseorang, namun tidak semua
membutuhkan itu menjadi ritual keimanan seseorang – karena saya sendiri percaya
bahwa jalan spiritual orang berbeda-beda. Saya menghormati mereka yang percaya
hal-hal seperti itu, namun tidak usah menyindir hingga memaksa mereka yang
tidak melewati jalan yang sama. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Nah, fokus agama pada hal-hal kecil
yang tidak signifikan, serta kepercayaan-kepercayaan kuno tentang mukjizat Nabi
(cerita nabi Nuh, Adam sebagai manusia pertama di bumi) – jelas menjadi umpan
gurih bagi kaum sekuler, liberal, agnostik dan atheis untuk membabi buta
menyerang kepercayaan itu. Terutama atheis dan agnostik yang terinspirasi dari
jaman yang serba maju saat ini, mengandalkan rasionalitas untuk menyanggah
ajaran agama yang....... sangat kuno dan memang gag masuk akal! Jadi, jangan
salahkan kaum “rasional” ini untuk menyalahkan ajaran agama yang kuno dan tidak
praktis ini. Ditambah gag toleran <i>sisan!</i> Gimana gag jadi bulan-bulanan.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Jadi bisa disimpulkan, bahwa agama
menjadi olok-olokan sebagian orang, karena<b>
ajarannya</b> yang <i>old school</i> banget, dan buat saya pribadi menjadi “kisah
horor” karena dogma adanya murka Allah dan neraka. Dogma ini mungkin menjadi
salah satu jalan yang bisa mewadahi sebagian orang, namun tentu ajaran ini tidak
sempurna, tidak universal dan tidak menenangkan - karena citra Tuhan yang Pencemburu dan Pemarah. Bagi sebagian orang lainnya –
ajaran kolot itu sudah tidak relevan. Saya sendiri tidak tahu ke-Tuhanan dan
religiusme saya seperti apa, sejujurnya masih mencari jati diri, tapi memaknai
Tuhan secara filosofis dan mistik membangkitkan gairah tersendiri (seenggaknya
saat ini) – yang tidak pernah saya dapatkan saat mempelajari agama secara konservatif.
Kecuali, mungkin pas ESQ... tapi itu juga karena ditakut-takutin ditinggal mati
orang tua. Lalu solusinya gimana? jika agama memang masih ingin menancapkan egonya,
maka ajaran agama harus berubah. Harus sesuai sains dan teknologi, fokus pada
hal-hal berbau kemanusiaan, lingkungan, dan spiritualisme ke-Tuhanan itu
sendiri. Biar relevan. Biar bermanfaat. Dan ga jadi bahan ketawaan...... <o:p></o:p></span></div>
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><span style="font-size: 12pt;">Demikian.</span></span></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;">*Ngomong-ngomong, dunia filsafat, spiritual, agama dkk masih sangat baru buat saya. Mungkin tulisan di atas sangat awam. Jadi, saya senang kalo dikomentari :)</span></div>
</div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-59932553524542268202016-02-19T21:20:00.001-08:002016-02-19T21:20:48.003-08:00LGBT Issue: My Point Of View<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyN4rD_Ce3LoBeRKbaY254RETnl8sW-j1hsLIar794ZFU-An0MhOsYv6vfXRm0BENHOYeyeGNHPoBqChrpHMUGVshHG8ZgNqSExgANHAzUg_Ro_i4pOU87ICVf_wSBTV0cB4yGdqnVis-c/s1600/equalpeple1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="246" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyN4rD_Ce3LoBeRKbaY254RETnl8sW-j1hsLIar794ZFU-An0MhOsYv6vfXRm0BENHOYeyeGNHPoBqChrpHMUGVshHG8ZgNqSExgANHAzUg_Ro_i4pOU87ICVf_wSBTV0cB4yGdqnVis-c/s640/equalpeple1.jpg" width="640" /></a></div>
<div>
<br /></div>
Saya nggak tahu isu LGBT ini kenapa belakangan begitu heboh, yang saya tahu awalnya karena ada gosip "komunitas LGBT" di Universitas Indonesia bernama SGRC UI, yang ternyata merupakan komunitas belajar yang mengkaji topik-topik seputar gender dan seksualitas <a href="https://www.blogger.com/(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/22/o1c80r282-sgrc-ui-kami-bukan-komunitas-lgbt)">(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/22/o1c80r282-sgrc-ui-kami-bukan-komunitas-lgbt)</a>. Lalu dipanas-panasin lagi oleh pernyataan Menristek yang mengatakan bahwa kaum LGBT tidak boleh masuk kampus. <i>And then boom! </i>netizen rame banget dengan isu LGBT. Terlihat dari <i>news feed</i> facebook saya, ada yang pro, sebagian besar kontra. Lantas diskusi bergulir dengan pewacanaan bahwa tidak ada gay yang <i>born that way (</i>itu akibat gaya hidup!), dibales mereka yang bilang gay sudah dari sononya, juga apakah LGBT gangguan kejiwaan atau bukan, dan seterusnya dan seterusnya hingga terakhir pas banget Saipul Jamil ketangkep mencabuli remaja laki-laki. <div>
<br /></div>
<div>
Perlu diketahui dulu bahwa saya support kaum LGBT. Saya pikir mencintai adalah hak setiap orang. Menjadi diri sendiri adalah hak setiap orang. <b>Selama itu tidak merugikan orang lain.</b> Jadi, saya nulis begini bukan mau menengahi konflik pro-kontra LGBT ini, tapi sakjane malah makin manas-manasin. Dan kalau kamu tahu saya <i>support</i> mereka, harusnya kamu tahu bahwa tulisan ini tendensius ke arah situ. Jadi jika kamu terlalu gelap mata untuk men-<i>judge</i> seorang LGBT sebagai pendosa kelas berat tidak mampu diampuni dan hukumannya dibunuh sebagaimana kaum nabi Luth, maka tak ada gunanya kamu membaca ini. Yang ada kamu malah makin marah-marah. Tapi kalo di dalem hati kamu masih ada keterbukaan, atau masih ada rasa empati kepada kawan-kawan yang LGBT, mungkin tulisan ini ada gunanya. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>ARGUMENTASI PRO KONTRA LGBT</b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saya pikir argumentasi pro kontra LGBT ini akan berlangsung abadi karena alasan yang dikemukakan sebenarnya tidak di satu level yang sama. Jadi mau teriak-teriak sampai mampus, adu argumentasi ini gag akan mufakat karena alasan yang dikemukakan masing-masing gag selevel. Begini, mereka yang anti LGBT biasanya adalah kalangan agamis (ada gag sih non-agamis yang anti LGBT?), yang akan membawa ayat dalam kitab suci, atau mungkin hadist, untuk melegitimasi bahwa LGBT adalah dosa besar. Harusnya, ini akhir diskusi. Sekian dan terimakasih. Tapi kemudian kalangan agamis ini membawa bukti ilmiah yang sebenarnya tidak terlalu kuat dan dipertanggungjawabkan, mengenai bahwa LGBT murni salah satu bentuk gangguan kejiwaan yang bisa disembuhkan. Tentu saja, mereka yang pro LGBT (kebanyakan aliran liberal atau malah tidak beragama) akan memberikan bukti-bukti ilmiah lain, dan diskusi kemudian berlanjut makin panas..... namun tentu saja sampai kapanpun kalangan agamis ini akan percaya bahwa kita berasal dari Adam dan Hawa (bukan Adam dan Ali, atau Adam and Steve). Pada akhirnya kalangan agamis ini akan berpegang teguh pada penafsiran ajaran agama mereka sendiri. Jadi mau dikasih bukti-bukti ilmiah lain, tetep aja gag bakal ketemu karena yang mereka percayai adalah firman Tuhan yang tidak bisa diilmiahkan! Yang bikin makin rumit, <i>scientific evidence</i> tentang masalah kenapa orang bisa <i>gay</i> ini sendiri juga masih belum jelas. Jadi mau debat di ranah ilmiah pun, belum ketemu jawabannya.</div>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdxDWgqOZs4yf_m75ZvW4XLiwi8lXETcT33_aQhQhe9YS-TqHSBD7cdlsIyuM7Rl6WoORq46VxWGDLFJWEcbr3lwCrHVWVnYiG5vNl1C40O6EgPnKj5BCMcrXy4fV0eH4vZ7QyPk3Ik0PM/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdxDWgqOZs4yf_m75ZvW4XLiwi8lXETcT33_aQhQhe9YS-TqHSBD7cdlsIyuM7Rl6WoORq46VxWGDLFJWEcbr3lwCrHVWVnYiG5vNl1C40O6EgPnKj5BCMcrXy4fV0eH4vZ7QyPk3Ik0PM/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Itulah kenapa bagi saya pro kontra LGBT ini nggak akan usai. Karena level perbincangannya nggak nyambung. Yang satu bawa firman Tuhan yang tidak bisa ditawar, satunya bawa bukti-bukti ilmiah. Jadi, bagi kamu yang anti LGBT, perdebatan ini akan usai ketika kamu berdebat lawan orang yang tidak seagama (atau malah nggak beragama), karena kalian berbicara dengan basis kepercayaan yang tidak sama. Demikian juga bagi yang pro-LGBT, saya merasa tidak perlu lah untuk mencari-cari celah di balik ayat kitab suci atau hadist, karena itu tidak ada gunanya - malah kesannya kayak cari-cari kesalahan. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Lalu apa resolusinya?</b></div>
<div>
Saya pikir solusi paling baik dari setiap hal adalah dibawa ke arah <i>humanity </i>(kemanusiaan). Memanusiakan manusia. Berbuat baik kepada sesama. Apa definisinya? Tidak merugikan orang lain! </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Jadi, bagi mereka yang anti-LGBT saya pikir ke-anti-annya itu bisa diterapkan dengan bagaimana kamu melindungi anak-anakmu dari LGBT yang kamu anggap dosa besar. Sudah begitu saja sudah cukup. Mungkin kalau anakmu mengaku <i>gay</i> kamu bisa semaput, tapi bayangkan kalau kamu punya sahabat baik yang tiba-tiba mengaku bahwa dia seorang gay, apa iya kamu tega sahabatmu ini dibinasakan? Kalau kamu percaya bahwa mereka bisa sembuh, kamu tentu akan mengajaknya baik-baik kan? <i>Hate the sin, not the sinner. </i></div>
<div>
<br /></div>
<div>
Buat yang pro-LGBT (<i>like me</i>), saya rasa kita juga bisa memberikan edukasi yang baik kepada mereka yang anti. Saya rasa yang bisa kita lakukan adalah menghomati kepercayaan mereka yang anti-LGBT, selama itu tidak disisipi kebencian-kebencian yang bertentangan dengan kemanusiaan. Walaupun, saya pribadi mereka mereka yang sangat <i>harsh</i> menyumpahi pelaku LGBT, hingga bahkan mendukung Presiden Gambia yang kabarnya akan menggorok pelaku LGBT di negaranya (<a href="http://www.s-man.org/2016/02/hebohnya-berita-presiden-gambia-yang.html">http://www.s-man.org/2016/02/hebohnya-berita-presiden-gambia-yang.html</a>) sangat tidak bisa ditolerir.<i> But then perhaps we must stop calling them bigots,</i> karena itu artinya kita juga jadi fundamentalis liberal!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>KENAPA SAYA SUPPORT KAUM LGBT</b></div>
<div>
<b><br /></b></div>
<div>
Sebelumnya, perlu diketahui dulu bahwa saya tidak terlalu relijius. Saya tidak mendeklarasikan saya atheis atau agnostik atau Islam Liberal (biar itu jadi urusan saya). <i>But I do believe in humanity. </i>Dengan mengetahui itu, saya rasa kamu tidak bisa memberikan argumentasi anti-LGBT dengan membawa firman Tuhan, karena saya punya kepercayaan yang mungkin berbeda darimu. Jadi, saya support kaum LGBT akan pilihan mereka untuk menjadi LGBT, murni karena empati aja. Karena bagi mereka untuk bisa menerima diri mereka sendiri sebagai seorang LGBT adalah hal yang luar biasa berat lho. Beban itu akan mereka bawa seumur hidup, termasuk beban bahwa mereka tidak akan bisa jadi keluarga yang normal, tidak bisa punya anak, beban dihujat, dan lain-lain. Saya rasa saya tidak bisa menghalangi mereka dari meraih kebahagiaan. Biarlah menjadi LGBT itu adalah salib yang harus mereka pikul (mengutip kata - kata Ernest Prakasa di blognya, <i>such a good word</i>), tanpa kita harus menambah beban hidup mereka. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
<i>Anyway,</i> coba tonton Philadelphia-nya Tom Hanks deh. Film melodramatik tahun 1993 yang menceritakan perjuangan seorang <i>gay</i> yang terkena HIV/AIDS dan kemudian didiskriminasi oleh orang-orang kantornya. Akting Tom Hanks <i>superb</i> banget di situ. Meleleh air mata!</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Tambahan lagi, buat kamu yang percaya dukungan terhadap kaum LGBT menyebabkan populasi manusia punah - saya rasa itu argumen yang kejauhan. Kalau dari teori evolusi, <i>"selfish-gene"</i> kita akan selalu memihak pada keberlangsungan hidup spesies kita. Jadi, banyaknya kaum LGBT tidak akan menyebabkan heteroseksual punah. LGBT tetaplah populasi minoritas. Kalaupun sekarang banyak yang ngaku gay, itu bukan karena proses penularan - tapi saya rasa karena sekarang banyak yang lebih berani aja untuk menerima dan mengungkap jati diri mereka. Dan saya tahu pernyataan berikut ini akan sedikit kontroversi, tapi saya merasa LGBT adalah salah satu cara "baik" mengendalikan jumlah penduduk. Populasi manusia ini udah kebanyakan! Daripada pake cara Richmond Valentine di film Kingsman: Secret Service (2015) yang ngebunuhin orang-orang supaya bumi sehat kembali, mendingan pake cara begini kan? </div>
<div>
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtJR_EmNVG1LC4Ia7LQABHWIxSbJKSvkanKch-g7jnWpyv5W5RDkZoXpn3N23qckB2japIWBhPpaNJlyM6q1NPQ_SYNSQoNj6kzYe38Ngb9k-7hYko7kQlJcAX1hTY7xNJUDJK8O_0bh4J/s1600/matt_bomer_white_collar_wallpaper-t2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtJR_EmNVG1LC4Ia7LQABHWIxSbJKSvkanKch-g7jnWpyv5W5RDkZoXpn3N23qckB2japIWBhPpaNJlyM6q1NPQ_SYNSQoNj6kzYe38Ngb9k-7hYko7kQlJcAX1hTY7xNJUDJK8O_0bh4J/s640/matt_bomer_white_collar_wallpaper-t2.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Matt Bomer, one of the actor who came out as gay. Kenapa cowok ganteng begini harus gay? Bayangin kalo ganteng mata keranjang banyak cewek yang mau banyak anak pula.... makin banyak jumlah penduduk dunia.</td></tr>
</tbody></table>
<div>
<br /></div>
<div>
Ngomong-ngomong, buat kamu yang punya argumen-argumen lain soal LGBT yang mengesahkan ke-anti-anmu, ada artikel menarik dari teman saya yang dituliskannya di <b>tulisanperempuan.com, </b>bisa dibaca disini: <a href="http://tulisanperempuan.com/83/02/menyanggah-argumen-tentang-lgbt/">http://tulisanperempuan.com/83/02/menyanggah-argumen-tentang-lgbt/</a>.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<br /></div>
<div>
....</div>
<div>
<i>In the end,</i> saya rasa manusia memang membutuhkan proses untuk bisa menerima perbedaan. Ini sudah menjadi sejarah berabad-abad, dan proses menerima perbedaan itu selalu membutuhkan proses berdarah - darah (contohnya seperti kasus perpecahan Katholik dan Kristen, atau pemberontakan kulit hitam di Amerika Serikat). Saya percaya manusia akhirnya akan belajar untuk lebih bisa menerima perbedaan lain, kita sudah belajar untuk tidak rasis, tidak menghina agama orang lain, dan mungkin pada akhirnya belajar untuk menghargai pilihan orientasi seksual orang lain (selama itu tidak merugikan orang lain. Misal kasus <i>pedofil,</i> itu mah orientasi seksual yang merugikan orang lain!). </div>
Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-84404274530035763292016-02-15T03:28:00.004-08:002016-02-17T03:09:42.444-08:00Let's Talk About Love..Yuk. Mari bicara cinta.<br />
<br />
<i><span style="font-size: x-small;">Beh, apa mentang-mentang kemarin baru aja Valentine (sendirian), trus sekarang ngomongin cinta?</span></i><br />
<br />
Topik yang saya bicarakan ini dijamin adalah topik favorit jutaan orang. Kalo ga favorit, mustahil lagu-lagu pop dari jaman dahulu sampai detik ini masih aja ngomongin cinta, cinta dan cinta (fakta yang membuat band Efek Rumah Kaca bikin lagu berjudul Cinta Melulu). Tapi yang jelas, topik cinta yang saya bahas ini bukanlah cinta yang romantis, muluk-muluk, atau baper macam artikel <i>hipwee</i> yang penuh romansa memuakkan. Malah, saya mau ngomongin cinta di luar segala romantisme memabukkan ini.. Semacam Sheldon Cooper dari The Big Bang Theory kalau mencoba mendefinisikan cinta :<b> secara ilmiah dan tanpa perasaan!</b><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGWHmb_AbbwlPA7cwEgL88_BWLj7FOyq8L2Ep70-wrKlWRABBRTNsTbx76G4EUjQs1Q1AK3-gk5bdnoHqIdthuO5TJc6533rFDrtaa3mKuY5N17X4KoW1jNXpMLjBtyOauGFYP_j9Kogbs/s1600/sheldon+cooper+love.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGWHmb_AbbwlPA7cwEgL88_BWLj7FOyq8L2Ep70-wrKlWRABBRTNsTbx76G4EUjQs1Q1AK3-gk5bdnoHqIdthuO5TJc6533rFDrtaa3mKuY5N17X4KoW1jNXpMLjBtyOauGFYP_j9Kogbs/s400/sheldon+cooper+love.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<b>What is Love</b><br />
<br />
Ah, apa itu cinta? Saya jamin kamu punya definisinya masing-masing. Ti Pat Kai di serial Kera Sakti (ketauan umur deh tau seri ini) bilang: "Sejak dulu begitulah cinta, deritanya tiada pernah berakhir...". Pengarang novel romantis Nicholas Sparks bilang <i>"Love is like the wind, you can't see it but you can feel it,". </i>Okay, cinta adalah hal yang indah. Saya tau. Tapi tepatnya, jatuh cinta adalah hal yang indah - namun cinta sendiri adalah hal yang kompleks. Cinta adalah hal yang bisa membuatmu se-gila Rose yang lebih milih nyelametin Jack daripada selamat naik sekoci bareng mantan tunangannya di film Titanic (1997), dan yang membuat Jack rela mati demi Rose, atau di banyak kasus lain cinta adalah hal yang bisa membuat se-<i>psycho </i>Alex (Glenn Close) di Fatal Attraction (1987) (ngomong-ngomong, film ini juga menunjukkan kalo selingkuh jangan sama orang gag waras!).<br />
<br />
Tapi, rupanya <i>scientist</i> punya penjelasan ilmiahnya sendiri. Dijabarkan ilmiah begini bikin nilai "cinta" sendiri tak ubahnya halusinasi akibat aktivitas otak di kepala. Menurut bidang ilmu biologi, cinta terbagi di 3 stage: <b><i>lust, attraction</i> dan </b><i><b>attachment.</b> </i>Stage 1 adalah <i><b>lust,</b></i> yang menunjukkan keinginan secara seksual (mungkin tanpa kamu sadari, tapi terbukti cinta pada pandangan pertama biasanya terjadi kepada mereka yang secara fisik sesuai dengan tipemu). <i><b>Lust</b></i> ini katanya paling lama bertahan beberapa bulan. Lalu tahap berikutnya adalah <i>romantic attraction, or you can say when you are falling in love</i>. Penelitian di bidang neurosains menunjukkan bahwa ketika jatuh cinta, otak kita mengeluarkan serangkaian zat kimia seperti serotonin dan dopamin - zat kimia dalam otak yang diketahui bertanggung jawab terhadap rasa bahagia. Apakah kamu merasa dunia begitu indah dan hatimu berdebar-debar ketika jatuh cinta? <i>Oh hey, that's just your chemical stuff on your brain speaking! </i>Berita buruknya: proses jatuh cinta ini hanya bertahan paling lama tiga tahun. Ketika masa indah ini berakhir, maka stage berikutnya adalah : <i>attachment</i>. <i>Attachment</i> ini adalah hal yang diperlukan supaya hubungan percintaanmu bertahan lama. <i>Attachment</i> ini bisa berupa komitmen (pacaran, pernikahan) atau mempunyai anak bersama.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDoRXxqcW9qQ2sfCB3H1I7X_CMSGGG_nnyquEOmnhfWB4FGHEDmX0InVBU7vhkTPvA_zK3gMJ4Zma01zcIvV2vAPUTJWKfIlXWCQ1aIhxGqb4Wwl0ap3OZXzRer_ZlQArcSrdvO-KLsT0S/s1600/500+days+of+summer.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDoRXxqcW9qQ2sfCB3H1I7X_CMSGGG_nnyquEOmnhfWB4FGHEDmX0InVBU7vhkTPvA_zK3gMJ4Zma01zcIvV2vAPUTJWKfIlXWCQ1aIhxGqb4Wwl0ap3OZXzRer_ZlQArcSrdvO-KLsT0S/s640/500+days+of+summer.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
<b>Marriage By Love</b><br />
<br />
Berkat <b>Sheldon Cooper </b>dalam salah satu racauan<i> trivia facts-</i>nya di serial <b><i>The Big Bang Theory</i></b> saya tahu bahwa <b>"pernikahan karena cinta"<i> (Marriage by Love)</i></b> ternyata baru populer abad ke-17. Kalau baca wikipedia, kata ahli sejarah Stephanie Coontz memang demikian adanya. Sebelumnya, pernikahan lebih ditekankan pada pernikahan karena campur tangan orangtua <i><b>(Arranged Marriages)</b></i>. Pernikahan yang diatur ini lebih bisa diterima secara sosial saat itu, terutama untuk menjalin ikatan antar kedua keluarga. <i>Or in different cases</i>, keluarga perempuan "menjual" anak perempuannya ke laki-laki yang bisa menghidupi anak perempuannya (ini kayaknya alesan kenapa ada mahar). Fakta <b>nikah karena cinta</b> baru populer abad ke-17 ini jelas adalah fakta yang agak bikin kaget, terutama buat saya pribadi. Pantes cerita romantis Romeo dan Juliet atau selera lokal seperti Siti Nurbaya begitu melegenda - karena kisah cinta tidak kesampaian itu merepresentasikan bagaimana beratnya memperjuangkan cinta pada masa itu. Kalau dirunut-runut lagi, pantes aja pernikahan dengan model <i>taaruf</i> maupun poligami begitu populer pada abad-abad sebelumnya, karena memang demikian tatanan sosial saat itu. Nikah ya nikah, nggak ada hubungannya sama situ cinta atau enggak. Pernikahan adalah semacam produk kebudayaan yang mengatur berkembang biak, atau dengan kata lain - mengendalikan seksualitas manusia supaya nggak kawin sini kawin sana kayak kucing. Nah, sama sekali nggak romantis kan?<br />
<b><br /></b>
<b>Love and Sex</b><br />
<br />
<i>I hope you are mature enough to understand this.</i> Saya sering berpikir bahwa cinta adalah eufimisme dari seks. Ini tidak sepenuhnya benar, karena sebagian orang bisa melakukan <i>casual sex</i> tanpa hubungan cinta. Namun orang yang berpasangan selalu melibatkan seks ke dalam hubungan mereka, kalau enggak itu namanya<i> friendzone!</i> Bukan, ini maksudnya bukan ajakan cinta satu malam , tapi bahwa yang namanya cinta - sebagaimana para ahli biologi konvensional berpendapat - melibatkan <i>sexual attraction</i> dan <i>attachment.</i> Jadi ketika kamu jatuh cinta, sebenarnya itu adalah proses alami dalam otak menyampaikan keinginan berkembang biak. Walaupun tentu saja otak pria dan wanita berbeda pandangan dalam menyikapi masalah cinta dan seks ini. Lalu, pernikahan itu sendiri adalah wujud komitmen atau perjanjian nyata yang disampaikan ke muka umum antara kedua mempelai, untuk saling setia satu sama lain. Atau secara kasar dan tabunya: berkomitmen untuk hanya bercinta (saya pilih istilah yang sedikit sopan) dengan pasangan - yang pernyataannya disampaikan di depan publik!<br />
<br />
Saya kutip salah satu janji nikah dalam Islam yang diucapkan sang suami setelah akad nikah:<br />
<blockquote class="tr_bq">
"Saya (Nama Mempelai Pria) bin (Nama Ayah Mempelai Pria) saya berjanji dengan sesungguh hati, bahwa saya akan menepati kewajiban saya sebagai seorang suami, dan akan saya<b> pergauli istri saya </b>bernama (Nama Mempelai Wanita) binti (Nama Ayah Mempelai Wanita) dengan baik (muasyarah bil maruf) menurut syariat agama Islam,"</blockquote>
Baca kata yang saya cetak tebal? <i>You know what I mean? </i><br />
<br />
<i><span style="font-size: x-small;">*Saya juga pernah baca buku yang mengatakan betapa signifikannya evolusi dalam membentuk pemikiran, pandangan hingga perasaan kita. Evolusi menunjukkan kenapa lelaki cenderung tidak setia, perempuan cenderung matre, atau kenapa jodoh biasanya mukanya mirip, tapi mungkin saya tulis di tulisan berikutnya saja. </span></i><br />
<br />
<br />
...<br />
Jadi, masih berpikir cinta seromantis yang kamu bayangkan?<br />
Saya sendiri, berhubung saya perempuan dan <b>kebanyakan nonton film romantis</b>, tidak bisa mencegah bentukan evolusi di otak saya untuk mencari cinta yang indah dan romantis. Masih ngarep bisa ketemu cowok se-smart Harry (Billy Chrystal) di When Harry Met Sally (1989), se-so sweet Chandler Bing di serial TV Friends, dan selucu Ron Weasley di novel Harry Potter (dan kalau bisa seganteng Michael Fassbender). <i>But perhaps I should listen to Samantha on Sex and The City:</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-cCSh6IwouyfEzJgTETnLdlOoWwQ_Un-c7O6sXWg7E90m9n_riMDcZjflhs9TaCk_qIQ5PmD2KuIYR5IBE6-yPB5ifqhzE-rTvwAlnimXJMJJPbAhLpUfHICSj2hdjZYtSX1K2YBs9W1x/s1600/samantha-jones-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="468" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-cCSh6IwouyfEzJgTETnLdlOoWwQ_Un-c7O6sXWg7E90m9n_riMDcZjflhs9TaCk_qIQ5PmD2KuIYR5IBE6-yPB5ifqhzE-rTvwAlnimXJMJJPbAhLpUfHICSj2hdjZYtSX1K2YBs9W1x/s640/samantha-jones-2.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
<span style="font-size: x-small;"><i>*Reference:</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>1.<a href="https://www.blogger.com/%C2%A0https://en.wikipedia.org/wiki/Love"> https://en.wikipedia.org/wiki/Love</a></i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>2. <a href="http://homepage.mac.com/helenfisher/archives_of_sex_beh.pdf">http://homepage.mac.com/helenfisher/archives_of_sex_beh.pdf</a> Defining the Brain Systems of Lust, Romantic Attraction, and Attachment by Fisher et. al</i></span><br />
<span style="font-size: x-small;"><i>3. <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Love_marriage">https://en.wikipedia.org/wiki/Love_marriage</a></i></span>Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4101146136886737291.post-54958988234984789532016-02-07T02:17:00.000-08:002016-02-17T03:16:13.345-08:00Sains dan Agama <i>Sebelumnya, perlu saya jelaskan terlebih dahulu bahwa saya menulis ini bukan dalam rangka "memberitahu", namun dalam rangka mengekspresikan isi otak yang nggak karuan. Saya tidak hendak menulis jurnal ilmiah dengan kajian - kajian dan referensi ilmiah, tapi lebih bersifat opini dan rangkuman dari apa-apa yang telah saya pelajari, pahami dan renungkan (*tsahhh.. berat!). Jadi, kalau ada apa-apa yang kurang, bisa tolong koreksinya :D</i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbYFHx5RoTLw3tSxcc5KzbXjkETsICFQNjoefvNxUrW__4SRYwFWX7F-h9hfpMRsrGw9LRZwkd7b6IoD4cPZ8bDatNcREp-59Ic-qX7NP8VVDgxmwiBLBSlsE2jIDPE8K3_-fAfyAV6yvY/s1600/141_649_320.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="314" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbYFHx5RoTLw3tSxcc5KzbXjkETsICFQNjoefvNxUrW__4SRYwFWX7F-h9hfpMRsrGw9LRZwkd7b6IoD4cPZ8bDatNcREp-59Ic-qX7NP8VVDgxmwiBLBSlsE2jIDPE8K3_-fAfyAV6yvY/s640/141_649_320.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Suatu ketika saya nulis status di halaman <b>facebook saya</b>, tentang bagaimana ada 2 hal yang tampaknya memang tidak bisa berjalan bersama-sama. Saya kasih 2 contoh. Contoh pertama, orang yang mencintai kekuasaan tidak akan bisa sekaligus mencintai kedamaian (Macbeth-nya Shakespeare?). <b>Contoh kedua: sains dan agama. </b>Contoh terakhir inilah yang kemudian menimbulkan pro-kontra di status saya itu, kebanyakan yang ribut adalah yang kontra. Banyak yang tidak terima bahwa saya mengatakan sains dan agama berbeda jalan hidup... Namun tentu saja saya nulis begitu bukan karena saya ga ada landasan berpikir.<br />
<br />
Sebenarnya perdebatan sains dan agama adalah perdebatan yang sudah kelewat usang. Perdebatan ini sudah melegenda dalam kasus Galileo, misalnya. Ketika gereja mengatakan matahari mengelilingi bumi, Galileo justru mendukung Copernicus yang mengatakan bahwa bumi lah yang mengelilingi matahari. Kasus itu menjadi contoh klasik perseteruan antara otoritas agama dengan kebebasan berpikir. Atau dalam hal ini, menjadi <b>agama versus sains.</b> Galileo versus gereja ini telah terjadi berabad-abad silam di dunia Barat, dan seiring dengan waktu sains Barat telah tumbuh kembang menjadi sains modern yang dalam perjalanannya kemudian "mengalahkan" ajaran agama. Ketika dunia barat sudah dewasa, Indonesia yang mayoritas penduduknya religius (atau dipaksa relijius, karena kita wajib meyakini sila 1 Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa dan wajib cantumin agama di KTP), yaaa.. boleh dibilang lebih terlambat dibandingkan dunia barat dalam pengembangan sainsnya.<br />
<br />
Beberapa orang mengatakan bahwa sains barat adalah sains tulen, artinya sains barat berhasil bersikap sekuler, atau memisahkan sains dari ilmu dan dogma agama. Sementara di Indonesia sendiri, saya masih melihat banyaknya <i>scientist agamis (semacam Harun Yahya?)</i>. Ketika<i> scientist </i>barat seperti Stephen Hawking telah mengakui diri menjadi atheis, scientist Indonesia beranggapan bahwa <i>science</i> adalah ilmu alam yang "sekedar" mempelajari ciptaan Tuhan. Namun, bagi saya pribadi, <i>scientist </i>agamis adalah mereka yang menerapkan standar ganda, atau takut untuk merubah kepercayaan. Ketika Anda mengimani sains, mustahil untuk sekaligus mengimani agama (bukan Tuhan lho ya).<b> Kenapa? karena dua hal itu - sains dan agama - punya penalaran yang jauh berbeda. </b>Terutama, karena saya merasa bahwa ajaran agama yang usianya sudah beratus-ratus tahun itu, <b>tidak relevan</b> dengan perkembangan dunia saat ini. <i><span style="font-size: x-small;">Maaf, tapi toh ini pendapat pribadi. </span></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm-MBfzhA16FLbaFIrsfkipUeuuZ3Vy_mfGgYPp4DK-J06XQ-v0MyaPaC20IOcpTI6zrk6V27Hw2FkqimlUEhpmnCgiBVK9fx_XXwFPW1z3BDDc93h4IyshXzF8e2wrP3IMHAcbHlJO6LI/s1600/20131112-202138.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="456" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm-MBfzhA16FLbaFIrsfkipUeuuZ3Vy_mfGgYPp4DK-J06XQ-v0MyaPaC20IOcpTI6zrk6V27Hw2FkqimlUEhpmnCgiBVK9fx_XXwFPW1z3BDDc93h4IyshXzF8e2wrP3IMHAcbHlJO6LI/s640/20131112-202138.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Sains mendasarkan segala sesuatu berdasarkan dari bukti empiris, pengalaman, hingga panca indera. Dalam menelurkan suatu teori, seorang<i> scientist</i> harus melakukan serangkaian hipotesa dan metodologi untuk menguji teorinya. Ketika teori ini kemudian dianggap relevan (belum ada teori sains lain yang membantahnya), maka teori tersebut dianggap benar. Intinya, suatu teori dalam sains harus melalui proses yang panjang untuk bisa dinyatakan <i>benar. </i>Apakah ini kebenaran mutlak? Belum tentu, namun seiring waktu sains bersifat sangat fleksibel menyikapi teori-teorinya. Ketika ada teori yang membantahnya, maka teori tersebut dinyatakan gugur, dan sains bisa <i>move on </i>dengan mudah.<br />
<br />
Bandingkan dengan agama. Agama mendasarkan segala sesuatunya pada dogma dan iman. Sebagai contoh semenjak kecil, saya yang dididik Islam telah diajari tentang sifat-sifat Tuhan, cerita-cerita Nabi, mukjizat Nabi, kebenaran Al-Quran, surga - neraka, dan lain sebagainya dengan mengimaninya. Tidak dengan proses nalar kritis. Misalnya, apa bisa saya bertanya ke guru ngaji saya, kalau surga itu memang ada, mana buktinya? Ketiadaan bukti tidak menjadi alasan untuk tidak mengimani. Dengan adanya ketiadaan bukti, bagaimana cara menjejalkan ilmu-ilmu ini ke otak manusia? Dengan serangkaian dogma. Sebagai contoh: konsep <i>reward and punishment.</i> Contoh gampangnya: kalo kafir masuk neraka, kalo Islam/Kristen/dkk masuk surga! Tidak percaya adanya nabi Adam dosa! Ketika ada orang yang bersikap sedikit mengkritisi ajaran agama, tentu saja kaum agamis langsung marah-marah. Karena sedikit "kesalahan" dalam "kebenaran mutlak" yang mereka yakini tentu saja akan merubuhkan kebenaran mutlak dari ajaran yang mereka percayai.<i> </i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSM7hHQkEmdZtmONvmbrFbDmirThjH-20S5nM9i268sBtKerluymUoyacpMaBXo5XdgY0zPqpxa9tpPHEA6HKgOP2CFzGG9UfDiRW2lZc7Xz_9OMRfrhoK4Lz13Z2K887RLlCjHLan9XW9/s1600/bc5271a21d7f5d79a59986d31ed1eb2b6076ef33_hq.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="578" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSM7hHQkEmdZtmONvmbrFbDmirThjH-20S5nM9i268sBtKerluymUoyacpMaBXo5XdgY0zPqpxa9tpPHEA6HKgOP2CFzGG9UfDiRW2lZc7Xz_9OMRfrhoK4Lz13Z2K887RLlCjHLan9XW9/s640/bc5271a21d7f5d79a59986d31ed1eb2b6076ef33_hq.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Saya kasih contoh soal<b> evolusi.</b> Evolusi yang pertama kali dicetuskan Darwin ini memicu konflik berkepanjangan antara sains dan agama. Sains meyakini evolusi, berbagai penelitian dari berbagai macam ilmu pengetahuan tampak relevan jika mengikuti kerangka berpikir teori evolusi. Evolusi menjelaskan dengan ilmiah kenapa manusia, hewan dan tumbuhan beraneka ragam. Tentu saja teori evolusi ini bisa diyakini begitu banyak orang karena ada bukti-bukti yang (sejauh ini) tidak terbantahkan. Teori ini tentu saja membuat kaum agamis gusar, karena pada agama monoteisme (Yahudi, Kristen, Islam) - mereka mempercayai gagasan manusia berasal dari nabi Adam (<i>Creationism</i>). Gagasan ini dapat darimana? Karena tertulis di kitab suci. Kaum agamis tidak pernah capek-capek membuktikan apakah nabi Adam ada, kecuali sibuk membantah mereka yang mempercayai teori evolusi dengan serangkaian argumen yang (sejujurnya) terasa lemah. <i><span style="font-size: x-small;">Masih percaya kalo manusia berasal dari monyet kenapa monyet masih ada? Coba banyak baca yak!</span></i><br />
<br />
Dari contoh kasus ini, menurut saya bisa terlihat bahwa Anda yang telah mempercayai teori evolusi, mustahil juga untuk mempercayai teori penciptaan manusia dari tanah. <i>Scientist</i> sejati (menurut saya lho) tentu tidak akan pilih-pilih teori mana yang ia percayai. Ketika Anda menganggap para scientist melakukan <b>konspirasi besar</b> dalam evolusi untuk menyekutukan Tuhan - lalu kenapa Anda bisa mempercaya teori-teori lain yang dihasilkan oleh para scientist itu? Seperti gravitasi misalnya. Kaum agamis sendiri juga saya rasa di tengah perkembangan ilmu pengetahuan sebegini dahsyatnya, mau tidak mau tidak bisa mengandalkan ajaran-ajaran <i>kolot</i> untuk melindungi agamanya, karena ajaran seperti itu hanya akan menjadi bahan tertawaan mereka yang telah mengenal sains, dan bahkan saya (sedikit) yakin bahwa ajaran agama seperti itu tidak akan relevan dan bisa jadi musnah. <span style="font-size: x-small;">(Saya katakan sedikit yakin, karena saya masih dalam proses pembelajaran tentang ini semua, dan mengatakan 100% yakin bisa jadi menjadi kesombongan diri). </span><br />
<br />
....<br />
<b>Lalu, apakah Sains dan Agama bisa bersahabat?</b><br />
Untuk bersahabat mungkin masih bisa, namun untuk menikah tampaknya ga bakalan bisa (bisa cerai kalik). Karena sekali lagi sains dan agama memiliki wilayah yang jauh berbeda, dengan metodologi yang jauh berbeda. Beberapa orang bikin lelucon bahwa ada cabang ilmu yang menyatukan agama dengan sains, yakni <b><i>cocoklogi (</i></b>alias cocok-cocokan aja). Beberapa juga mengatakan bahwa ketidakbisaan sains dalam mengungkap suatu hal lantas dengan mudah disebut sebagai misteri Tuhan<i> (<b>God of The Gaps</b>)</i>. Namun misteri Tuhan ini sendiri seiring kemajuan peradaban telah tereduksi. Sebagai contoh, manusia dulu menganggap matahari sebagai Tuhan. Namun seiring waktu kita sadar itu cuma bola panas raksasa.<br />
<br />
Walaupun saya merasa sains adalah sesuatu yang lebih bisa saya percayai, tapi agama telah menjadi bagian dari kehidupan manusia berabad - abad, dan tentu itu ada alasannya. Agama, telah menjadi <b>salah satu</b> (saya tegaskan salah satu!) instrumen yang mengatur kehidupan manusia. Memberikan tujuan hidup ketika manusia bertanya tentang hakikat hidup dan dirinya sendiri. Sebagai salah satu kontrol sosial. Ber-Tuhan merupakan naluri manusia untuk membuat hidup kita lebih tenang dan damai (saya bukan atheis, gagasan tidak ada Tuhan bikin saya takut sendiri) dan pada akhirnya menjadi salah satu landasan bagaimana kita hidup sebagai makhluk sosial. Namun mereka yang mempercayai sains, sebagaimana saya (saat ini), sulit untuk tidak bertanya hal-hal krusial yang diajarkan oleh agama - yang kadang tidak masuk akal sama sekali. <i><b>Sekali kamu bersikap skeptis, mustahil untuk kembali lagi...</b></i><br />
<br />Nikenhttp://www.blogger.com/profile/08296732893118140533noreply@blogger.com0