Kenapa Cari Jodoh Itu Susah

Judulnya provokatif dan agak click-bait. Sengaja.

Jika saat ini Anda membaca tulisan ini dengan suami/istri/pacar di samping Anda, dan Anda berpikir kenapa cari jodoh itu tidak sesusah yang saya ungkapkan di sini... maka bersyukurlah dan tetaplah optimis ~

Izinkan saya, di Valentine's Day ini mengeluarkan uneg-uneg saya soal cinta. Halah.

...


Saya tahu definisi jodoh itu berbeda dari masa ke masa. Jaman dulu orang tidak menikah karena cinta, tapi lebih disebabkan karena perjodohan - yang bisa jadi karena kepentingan ekonomi, politik, seks, keluarga, dll. Termasuk di antaranya adalah metode taaruf itu. Perlahan, seiring dengan perubahan jaman di kalangan urban dan kisah romantis yang terlalu didramatisir, maka pernikahan karena cinta menjadi sesuatu yang wajar saat ini. Apalagi ditambah kesakralan akan seks tidak lagi sekuat era konservatif, penilaian orang di kalangan "liberal" untuk menikah lebih didasarkan pada "celebrating love" bukan sekedar "mencegah perzinahan" sebagaimana ajaran agama.

Sebenarnya saya bukan tipe petualang cinta (soalnya ga punya kapabilitas untuk itu sih), tapi kebetulan saya suka mengamati cerita-cerita orang tentang cinta dan pernikahan. Saya menikmati cerita - cerita itu dan menjadikan itu sebagai bagian dari pembelajaran diri saya hingga saya bisa sok-sokan nulis ini. Dari dulu saya orangnya berusaha untuk realistis dan gag muluk-muluk. Saya suka film-film romantis, tapi saya tahu itu ga real. Saya juga kerap merasa bahwa cinta itu cuma fantasi yang dibesar-besarkan aja. Jodoh adalah kebetulan yang diromantisir. Tapi yaaa... namanya perempuan ya. Tetap aja saya pengen ketemu Mr. Right Guy. Kalo bisa yang seganteng Michael Fassbender, kaya, setia, dan romantis, agak kinky kayak Christian Grey ga masalah....... yang penting hot dan kaya. ...

Saya tahu pemikiran ini sesat.... Pesimisme (baca: realistis) itu bikin hidup emang jadi nggak seindah novel-novel romantis. Jadi terkadang saya suka mikir mending kita terbenam pada fantasi-fantasi bahagia soal cinta aja daripada dikasih tahu kalau cinta itu cuma efek hormonal di kepala (anyway, toh cinta adalah hasil perbudakan evolusi manusia untuk berkembang biak). Denial is a good thing!


Oke, mari saya coba jabarkan kenapa cari jodoh itu secara scientific (*halah) emang susah.

#1 
JODOH ITU SUKA SAMA SUKA


Nah, sedari awal nemu yang suka sama suka aja udah susah. Kita naksir orang, eh orangnya nggak mau. Kita dekat sama orang, eh kita di-friendzone-in doank. Begitu kita ditaksir orang, eh kita yang nggak ada feeling. Nah kan dari awal aja nemu yang suka sama suka aja udah susah. Secara probabilitas matematis, berapa orang yang kita sukai dalam suatu waktu? Mungkin 1-2 orang. Nah berapa probabilitas nih orang suka balik sama kita? Entah! 

Untunglah.... Tuhan memudahkan jalan dari kekacauan matematis ini dengan bikin skema dimana si cowok hunting, dan si cewek nunggu dideketin. Untung pula biasanya cewek gampang baper kalo dimanis-manisin cowok, atau banyak orang yang bisa berpindah hati dengan cepat. Jadi peluang suka sama suka itu jadi lebih lebar. Untung pula, orang biasanya cenderung tertarik dengan orang yang mirip dengan dirinya sendiri. Jadi, yang nerd biasanya suka sama yang nerd, yang gaul suka sama yang gaul, yang playboy suka sama yang.... matre? :)

#2
JODOH ITU MELIBATKAN PERASAAN / EMOSIONAL YANG SUPER ABSURD


Tahu kan ungkapan cinta itu buta? Sometimes we love someone and we don't even know why... Bisa jadi karena doi baik hati, karena cantik, karena kalo senyum manis banget, atau karena dia yang nolongin kita pas kita jatuh di jalan (kayak FTV-FTV). Terlepas dari manusia bersikeras sebagai makhluk pintar yang mengaku punya rasionalitas maha pintar di kepala, nggak bisa nggak, cinta melibatkan sejumlah hormon-hormon atau dorongan evolusi di otak. 

Kalau based on biology evolutionary, biasanya manusia cenderung tertarik dengan orang yang memiliki gen-gen yang sama dengan dirinya. Kenapa? Karena kecenderungan "gen egois" manusia untuk mewariskan gen-gen dirinya ke keturunannya. Itulah kenapa saya rasa yang menyebabkan "jodoh kok mukanya sering mirip", atau tertarik dengan orang yang punya kemiripan hobi, bakat, kesukaan, dll. Bisa juga (menurut penelitian beneran nih), manusia punya kecenderungan untuk tertarik dengan pasangan yang mirip orang tuanya. Saya menemukan beberapa perempuan yang tertarik dengan pria-pria yang mirip bapaknya sendiri (termasuk saya! Haha). By the way, namanya kecenderungan ya belum tentu ini 100% akurat. 

So, terlepas dari cinta itu jangan dilihat dari fisik, mau ga mau otak di kepala kita memiliki pemograman ketertarikan berdasarkan penampilan luar. Well, physical attraction itu penting - at least untuk stage jatuh cinta pertama (bukan yang tipikal witing trisno jalaran soko kulino ya). Ini ga berarti kita hanya tertarik sama yang cantik dan yang ganteng sih, karena toh cantik dan ganteng itu relatif. (Misal: saya cenderung tertarik sama cowok-cowok berkulit gelap dan mukanya kasar - jadi bukan tipikal cowok ganteng mainstream. Atau ada juga cowok yang suka naksir sama cewek-cewek mungil yang lucu - bukannya yang seksi).  

Selain attraction by physical (attraction boleh dimaknai sebagai "tipe pasangan idaman", dan physical attraction juga bisa dimaknai sebagai sexual attraction), ketertarikan selanjutnya biasanya berupa chemistry. Ini susah dijelaskan sih. Keliatannya seseorang rupawan dan pintar nan sempurna, tapi chemistry-nya nol besar dan kita ga bisa tertarik lama-lama sama dia. Bagi saya, chemistry ini seperti "irama" antara dua orang. Jika iramanya pas, maka ada semacam tarian yang harmonis, jika tidak ya gag cocok... Dan chemistry ini yang sukar dibohongi. Saya merasa ada orang yang bisa gampang build-chemistry dengan lawan jenis, ada yang susah. Nah saya termasuk yang susah kayaknya. 

Ada juga nilai-nilai emosional tertentu dari lawan jenis (atau sesama jenis, whatever, I don't judge) yang bisa bikin kita jatuh cinta dengan mudah. Ini juga susah dijabarkan. Kenapa? Karena kita sebagai manusia kadang nggak pernah benar-benar tahu apa yang kita inginkan. Misal ada perempuan yang menarget bahwa laki-laki idamannya adalah "bertanggung jawab". Namun sebenarnya alam bawah sadarnya mendefinisikan bertanggung jawab sebagai kemapanan. Kasarnya nih cewek sebenarnya matre (wajar sih), tapi jelas dia nggak mau mengakui fakta itu dengan berani. Jadi kata "bertanggung jawab"-lah yang keluar dari mulutnya. Pengalaman saya sendiri, sejak gagal dengan mantan, saya cenderung merasa bahwa saya hendak mencari pria pintar yang bisa lebih dominan dari saya, namun ternyata saya menyadari bahwa preferensi ketertarikan saya ada pada cowok-cowok idealis yang nggak sombong dan tipe baik hati serupa Ron Weasley atau Peeta Mellark. Pinter tapi kalo nggak idealis biasanya saya gag tertarik. Jadi, apa yang saya pikir mau, ternyata bukan itu yang ada di otak saya....

#3
JODOH DAN PERNIKAHAN DIBATASI RASIONALITAS DAN SOCIETY


Oke, cinta itu buta... tapi ungkapan selanjutnya adalah : cinta doank ga cukup. 

Kalo menikah karena cinta doank tanpa memikirkan hal-hal lainnya, maka cari jodoh untuk dinikahi tidak akan serumit itu. Setelah kita attracted sama orang, maka banyak pertimbangan-pertimbangan rasionalitas dan sosial yang membatasi. 

Pertimbangan ini bisa berupa semacam pertimbangan-pertimbangan ekonomi, agama, norma, budaya, strata sosial, dll. Seorang bangsawan diharapkan menikah dengan sesama bangsawan, seorang muslim wajib menikah dengan sesama muslim, anak pengusaha X dijodohkan dengan anak pengusaha Y, anak pejabat A dijodohkan dengan pejabat B.... intinya sebuah pernikahan diharapkan "bermanfaat" buat orang banyak. 

Maka, mencari jodoh itu makin susah.... Ada orang baik kita ga attracted, ada orang yang kita attracted eh orangnya ga baik... atau beda agama... atau beda ras... Ya Allah... 

#4 
CINTA SUKA TIDAK TEPAT WAKTU


Ini mirip novel milik Puthut EA berjudul "Cinta Tidak Pernah Tepat Waktu" (belum baca sih, tapi judulnya udah asyik). Kadang.... cinta itu datangnya tidak tepat waktu. Untuk berjodoh kita butuh momen yang sempurna. 

Misal, kamu jatuh cinta sama orang yang sudah menikah (atau sama-sama sudah menikah). Artinya kalian bertemu dan jatuh cinta di saat yang tidak tepat. Hidup akan lebih mudah seandainya kalian bertemu sebelum ada yang menikah (ini kan kayak film In The Mood For Love bangeeet!). Saya jadi keinget gosip salah satu artis: Tora Sudiro yang menceraikan istri pertamanya untuk menikahi Mieke Amalia. Ketika diwawancara mereka bilangnya: "Kami jatuh cinta di saat yang memang tidak tepat...". Kedengarannya egois ya, namun ya manusiawi. 

Contoh lain: misalkan, kamu ditaksir orang tapi kamu nggak mau. Eh,, gilirannya orangnya udah nggak cinta lagi, kamu baru mau. Nah ini juga sering kejadian!

#5
PERNIKAHAN ITU BAK MAIN JUDI


Bagaimanapun juga namanya masa depan ya kayak main judi. Because we never know. Dan salah satu hal tidak bisa dikendalikan adalah sifat dan perasaan manusia. Kita boleh sudah merencanakan dan memikirkan baik-baik tentang orang yang kita nikahi, tapi kita tidak pernah benar-benar bisa mengendalikan dia seperti apa yang kita mau. Demikian juga sebaliknya (anyway saya belum nikah kok sok bijak kalik ngomong begini). 

Saya berkaca pada gosip salah satu artis wanita ibu kota yang sudah dua kali gagal menikah (sebut saja R). Pernikahan pertamanya karena pacaran, MBA, namun kemudian gagal. Ini seperti menjadi validasi bahwa pacaran itu tidak menjamin kita cocok atau tidak dengan pasangan. Tapi pernikahan keduanya karena taaruf, gagal juga. Jadi ini juga membuktikan bahwa bah pacaran bah taaruf tidak menjamin pernikahan bisa langgeng dan bertahan lama.

Dan kita juga nggak bisa mengendalikan perasaan dan sifat orang ke depannya seperti apa. Terkadang perasaan bisa hilang gitu aja.... Ini menyakitkan, tapi ini ya manusiawi juga. Bahkan, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa rasa cinta cuma bertahan maksimal 3 tahun, selebih itu dibutuhkan komitmen sama-sama kuat untuk membuat cinta itu jadi attachment. I've been in a relationship with my ex for 7 years, dan saya pikir saya sudah cukup mengenal dia selama pacaran selama itu,  but in the end I just realized that I don't even know him at all. So... feelings change, people change. (Jadi curhat. Kalo mantan baca ya gpp lah).

Jadi, jodoh itu bisa juga sifatnya temporary.. 




....
So yang namanya jodoh itu bagi saya seperti kepingan-kepingan yang jatuh dari langit, dan entah bagaimana kepingan-kepingan itu harus bisa jatuh pada tempatnya dengan tepat. Ini probabilitasnya rendah banget lho Sebagian orang bisa merasakan itu, mungkin sebagian orang tidak. Mungkin jodoh itu juga tidak ada, mungkin juga ada. Entahlah. Bagi anda jomblo-jomblo di hari Valentine ini, bersabarlah karena kenyataannya cari jodoh itu emang ga mudah. *lalu baper di pojokan*

Komentar

Postingan Populer