Tinder Experience #3 : Bisakah Mencari Jodoh di Tinder?

Saya yakin banyak dari kalian sudah sering mendengar cerita-cerita buruk tentang perempuan-perempuan naif yang ditipu lelaki yang ditemuinya di dunia maya. Ada yang "dimanfaatin", dikibulin dengan janji-janji manis, hingga taraf mengerikan semacam diculik dan diperkosa. Whew, dunia maya jelas bukan tempat aman untuk mencari lelaki. Hey, tapi ketahuilah... berkenalan dengan pria di dunia nyata juga sama absurdnya.

Tinder adalah salah satu aplikasi online dating yang paling populer di lingkup anak muda. Terutama karena cara main mencari jodoh-nya semudah men-swipe kanan dan kiri. Kalau di Barat, aplikasi ini sendiri terkenal sebagai aplikasi online dating "casual hookup", sekedar semacam mencari one-night-stand atau teman di kala kesepian. Ngomongin Tinder biasanya langsung terkesan sebagai aplikasi online dating bagi cowok-cowok mesum yang lagi birahi dan berharap dapet mangsa. Pokoknya para perempuan yang main Tinder jangan kelewat baper lah. 

Kali - kali bisa nemu jodoh di Tinder yang mau nikahin dalam 7 hari setelah kenalan.... 

Lha, jadi bisakah mencari jodoh beneran di Tinder?

Eits, bisa lho. Selain kasus luar biasa Rey Utami dengan Pablo Putra Benoa, saya sudah dengar 3 cerita (temennya atau saudaranya teman) yang berkenalan lewat Tinder lalu kemudian berencana atau bahkan sudah menikah. Saya juga iseng googling "Pengalaman Tinder" dan rupanya menemukan beberapa orang yang menulis kisah cintanya yang bermula dari aplikasi itu. Dan errrr... saya sendiri kebetulan berhasil bertemu seseorang lewat aplikasi ini. Welcome to the new era of finding love. 

Maka kesimpulannya: mencari jodoh beneran lewat aplikasi Tinder itu bisa dilakukan. Oh namun perlu dicamkan pula dalam otak, bahwa lelaki-lelaki brengsek yang main Tinder juga banyak. Banyakan yang nggak bener malah daripada yang bener. Tapi asal kita pandai berstrategi dan bisa mendeteksi mana pria hidung belang mana yang enggak, maka resiko baper kepada lelaki yang tidak tepat bisa diminimalisir. 

PENGALAMAN BERTEMU LELAKI NGGAK BENER

Saya sudah pernah cerita di tulisan sebelumnya, kalau saya punya 2 akun Tinder. Satu, akun beneran. Dua, akun tipu-tipu yang emang saya buat untuk tujuan social experience. Akun tipu-tipu ini saya buat berdua dengan sepupu saya dalam rangka iseng dan buat bahan ketawaan (yes, because I have no life!). Eh tapi serius deh, spesies di Tinder itu macem-macem. Buat yang rumpik ngumpul sesama cewek pasti seru mainan Tinder sambil ngrasanin profil cowok-cowok yang muncul.

Harapannya ketemu cowok seganteng Leonardo di Caprio di Tinder. Biar playboy yaa.. tapi at least doi punya modal dan CINTA LINGKUNGAN!

Dalam akun tipu-tipu itu saya dan sepupu saya mengarang tokoh fiktif yang kami perkirakan disukai dan menjadi impian sebagian besar cowok-cowok Indonesia. Kami comot gambar asal dari internet, seorang perempuan berjilbab, di mobil, dengan lipstik merah menyala. Kami karang si tokoh imajiner ini berasal dari Bandung tapi tinggal di Surabaya, kalangan menengah, punya butik busana muslim, anak baik-baik tapi dengan dandanan mewah. Chattingnya kami genit-genitin dikit (semacam ketawanya pake "hihihi" instead of "hahaha"). Jadi nih cewek sangat "istri"-able sekali, tapi masih punya sisi cakep dan nakal. Gitu lho maunya.

Seperti yang sudah diperkirakan, akun palsu ini menjaring banyak lelaki. Dalam sekejap langsung dapet match seabrek. Saya sampai nggak habis pikir, karena jelas akun palsu ini kelihatan banget palsunya - tapi ya tetap aja banyak yang ketipu. Lelaki yang terjaring akun fiktif ini beragam, karena kami juga ngeswipenya beragam, mulai dari pemuda-pemuda ambisius lulusan kampus ternama, pemuda-pemuda daerah yang ambil foto selfie dengan kamera hp seadanya, pemuda-pemuda sok kecapekan (yang biasanya foto di pantai atau lagi nyetir mobil), hingga bapak-bapak yang cari cewek daun muda. 

Tenang, tapi saya nggak sejahat itu kok. Jadi kalo ada cowok yang kelihatan bener dan serius ngajak chattingnya biasanya langsung kami skip dan ga lanjut chat. Tapi cowok-cowok yang udah ga single ngaku single, atau cowok-cowok yang uda jelas majang foto istrinya di profil tindernya, atau cowok yang lebay dan player banget kalo pendekatan, nah tipe-tipe seperti itu yang kita kerjain. Tapi ya ngerjain-nya juga sebatas chatting doank sih. Begitu si cowok ngajak ketemu atau minta whatsapp atau Line kita ga jawab lagi. Haha. 

So, it's true. Banyak cowok nggak bener di Tinder. Ada yang manis banget, rutin menyapa dan ngaku single, tapi setelah diselidiki rupanya ketahuan udah punya bini dan anak. Ada juga yang jelas buka-bukaan mengaku dari awal sudah punya istri dan emang main Tinder untuk "iseng" atau "cari kenalan" (Please deh, kenalan macem apa sih yang dicari lewat Tinder, mas?). Ada juga pria-pria pervert yang clearly di deskripsi bio pasang tulisan "Just for fun" - yang secara implisit sudah menjelaskan bahwa dia emang cuma pengen have fun. Definisi fun-nya jelas urusan ranjang! Huff.... Padahal akun fiktif saya memasang perempuan jilbaban lho, bukan perempuan sexy. Tapi perempuan jilbaban yang pake lipstik merah sih... soo.... bibirnya minta dicium banget. Haha.

Lipstik merah selalu menggoda lelaki! 

Sementara itu, pada akun pribadi saya, saya berusaha sedikit selektif dan pake pencitraan kelihatan pinter supaya nggak bisa ditipu. Uda gitu profil picture-nya juga pake muka saya yang ala kadarnya. Dengan akun pribadi saya ini jelas jumlah match saya nggak sebanyak akun fiktif saya. Jauh banget malah perbedaan jumlahnya *sigh*. But at least cowok-cowok mesumnya udah kefilter duluan sedari awal. Sehingga dengan akun pribadi ini saya nggak banyak nemu cowok-cowok "iseng". Main Tinder selama 3 bulan, total ada 2 orang yang sampai kopdar, ada beberapa yang chatting lumayan nyambung... tapi pada akhirnya cuma 1 yang nyantol dan kecantol. Cieeee...

Eh, tapi saya sempat nemu satu cowok lho pake akun pribadi saya. Nggak ganteng sih, tapi mengingatkan saya pada Rangga-nya Cinta. Ala-ala sastrawan gitu, suka baca buku-buku kiri, ngakunya nggak fasih bahasa "gaul" dan lebih nyaman berbahasa baku, dan yang jelas ahli memuji. Dia memuji semacam ini, "Menurutku, perempuan yang menyukai Radiohead itu sangat menarik,". Ini tipe cowok yang langsung bikin saya meleleh. Oh but then I found his facebook profile: udah punya anak. HAH! (Udah gitu ga mikir apa kalo nama dia agak unik sehingga gampang banget digoogling?).

ALASAN COWOK NGGAK SINGLE MAIN TINDER



Tidak ada alasan tunggal kenapa cowok udah punya pasangan main Tinder. Sebagaimana tidak ada alasan tunggal kenapa seseorang berselingkuh. Tidak fair jika menyamaratakan semua cowok yang nggak single dan masih main Tinder sebagai tukang selingkuh, karena alasannya beragam. 

Saya nemu beberapa orang yang menjadikan Tinder sebagai salah satu metode berjualan. Tapi, saya nggak tahu motivasi sesungguhnya di balik kedok "strategi marketing" ini. Apakah memang murni main Tinder sebagai salah satu channel jualan (atau cari rekan bisnis), atau sebenarnya siapa tahu beruntung dapat mangsa perempuan sambil pura-puranya "urusan bisnis". Oh ya, saya sempat nemu beberapa owner franchise yang mainan Tinder. Salah satunya yang kebetulan ramai viral diberitakan setelah dituduh selingkuh istrinya. *Nggosip yes... 

Pernah baca salah satu artikel, ada juga yang nampaknya memang iseng main Tinder murni untuk ngecek dirinya masih laku atau enggak. Semacam berusaha memanjakan ego narsis pribadinya. Melihat apakah dirinya masih diminati cewek-cewek di luaran sana. Orang-orang semacam ini biasanya cuma ingin melihat seberapa banyak dia dapet match, tanpa berniat untuk chatting dan berkenalan lebih jauh. 

But mostly.... well, entahlah. Saya memang menangkap beberapa yang beneran main Tinder untuk selengki. Tapi saya nggak pernah membuktikan dengan mata kepala saya sendiri apakah mereka beneran berani selengki atau cuma sebatas flirting. Petualangan saya di dunia Tinder nggak sampai yang aneh-aneh. Saya kan anak baik-baik.

Nah, lalu bagaimanakah tips mencari jodoh di Tinder? Saya tulis di tulisan selanjutnya... (niat ya, mumpung lagi libur lebaran ga ada kerjaan). 

Komentar

Postingan Populer